Kopi Dirjen Haji
Prof. Dr. KH Oman Fathurahman, M.Hum
Dulu, struktur penyelenggara ibadah haji Indonesia sangatlah sederhana, malah cenderung apa adanya. Pimpinannya diangkat per keberangkatan kapal saja.
Pada 1950 misalnya, Hamka diangkat sebagai salah seorang Ketua Panitia, memimpin jemaah haji yang berangkat dari Tanjung Priok, Djakarta.
“Sekarang saya telah mulai melakukan tugas kewajiban yang dipikulkan oleh Kementerian Agama kepada diri saya, yaitu memimpin 970 jemaah haji Indonesia… Saya sebagai Ketua, dan saudara Asa Bafagih dan Ayah Hamid menjadi anggota Pimpinan,” cerita Hamka (HCL, Naik Haji di Masa Silam II, 2019: 765).
Belum ada seleksi petugas haji untuk membantu saat itu, padahal hampir tak pernah ada hajatan haji yang tanpa masalah. Maklum, berhimpun jutaan orang bersamaan, tiap tahun jemaahnya berbeda watak dan latar belakang.
Apalagi pada tahun 1950 itu, Hamka menjelaskan “Yang naik haji pada umumnya adalah rakyat kampung, rakyat dusun, yang masih amat jauh daripada pergaulan ramai…" (h. 767).
Kini, panitia penyelenggara ibadah haji di Kementerian Agama sudah semakin mapan, dan secara khusus ada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) yang ditugaskan.
Jemaah haji berangkat bergelombang dengan pesawat terbang. Dalam setiap penerbangan ada ketua kloter, ketua rombongan, hingga ketua regu, ditambah pembimbing ibadah dan petugas kesehatan.
Jenderal tertinggi penanggungjawab di lapangan dipegang oleh Dirjen PHU. Di atasnya ada Amirulhajj, yang memegang amanah dari Presiden RI sebagai pemegang kebijakan tertinggi terkait urusan penyelenggaraan ibadah haji, dibantu oleh sejumlah wakil institusi dan masyarakat yang terkait haji.
Di tahun 2025, tugas sebagai Jenderal operasional haji di lapangan dipikul oleh Hilman Latief, yang mendapat amanah dari Menteri Agama RI sebagai Dirjen PHU. Ia sudah empat musim memimpin empat ribuan petugas haji untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan pelindungan terhadap jemaah haji Indonesia.
Itu rekor tersendiri. Dirjen PHU yang lain terhitung sejak 2012 atau 13 tahun terakhir, paling "banter" mengalami tiga kali haji. Jika ditarik ke belakang sampai 2005, maka Hilman hanya kalah dari Slamet Riyanto yang menjadi Dirjen PHU selama lebih kurang tujuh tahun.
Tiap musim haji, Hilman berhadapan dengan masalah yang berbeda-beda.
“Jangankan orang baru, pejabat berpengalaman pun akan pusing menghadapi haji tahun 2025," ujarnya suatu ketika, “Dinamika kebijakan haji tahun ini, baik di Indonesia dan di Arab Saudi, menuntut kita untuk mampu cepat beradaptasi, berinovasi, dan piawai berdiplomasi.”
Haji 2025 memang penuh warna-warni. Hilman tentu mengetahui hiruk-pikuk di media sosial tentang penilaian “sengkarut haji”, baik versi jemaah maupun versi elit stakeholder haji sendiri. Ia tidak menutup mata.
Namun, Dirjen Haji yang satu ini lebih memilih bekerja berdasar data, bukan sekadar merespon bermain retorika. Kepercayaan penuh Menteri Agama sekaligus Amirulhajj, Nasaruddin Umar, membuatnya leluasa bekerja.
Masalah di lapangan bukan diabaikan, tapi ditelusuri akar penyebabnya. Ia berangkat dari pemetaan masalah, menelusuri mengapa terjadi, lalu ia menawarkan dan memutuskan solusi. Ia juga selalu berkoordinasi dan menimbang saran dari Tim Mitigasi Haji.
Selama musim haji 2025 ini, Hilman bekerja siang dan malam, terutama menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Secangkir kopi selalu menemani. Jam tidurnya bergeser ke dini hari. Kehadiran Dirjen Haji di tengah-tengah para petugas yang setiap malam lembur, amat sangat berarti. Ia bahkan mengaku tak bisa tidur jika mendengar ada jemaah yang tidak terlayani, apalagi wafat, meski memang sudah Kehendak Ilahi.
Kalau sudah begini, jatah seruput kopi Dirjen bertambah secangkir lagi.
“Kita berdebat, bertengkar, marah, dan kadang saling menyudutkan. Kita sama-sama dalam tekanan berat demi keselamatan jemaah” Hilman jujur memberi pengakuan. “Kemudian kita bahu-membahu, saling bantu, saling dukung, dan saling tolong menolong memastikan jamaah untuk berhaji”.
Ungkapan hati Hilman mewakili perasaan banyak petugas haji.
Selain harus berhadapan dengan suara-suara gaduh cenderung memojokkan di negeri sendiri, sebagai Dirjen Haji, Hilman bersama jajarannya harus dapat berkomunikasi dan bernegosiasi dengan delapan mitra Syarikah, dan dengan petinggi di Kementerian Haji Saudi.
Tentu kepada Menteri Agama RI, ia juga harus mempertanggungjawabkan dengan penuh amanah dan sangat hati-hati.
Yang dipertaruhkan Dirjen Haji memang tidak main-main, yaitu kenyamanan dan keselamatan jemaah haji!
Tahun ini sebagian jemaah terpisah dari pasangannya: suami pisah hotel dengan istri, anak pisah dari orang tua, jemaah lansia jauh dari pendamping, hingga petugas kloter yang terpisah dari jemaahnya.
Semakin pening kepala Dirjen Haji dibuatnya.
Kopi Dirjen semakin kental menjelang puncak haji. Apalagi tersiar kabar sebagian jemaah terlambat diberangkatkan ke Arafah, jemaah “léléran” tidak kebagian tenda saat wukuf, keterlambatan angkutan bus yang menyebabkan jemaah jalan kaki dari Muzdalifah ke Mina, hingga keterlambatan konsumsi makan bagi sejumlah jemaah pasca Armuzna.
Masih banyak kerumitan penyelenggaraan haji tahun ini. Namun Hilman tak pernah mengeluh. Ia terus bekerja memastikan pelayanan kepada jemaah, ditemani secangkir kopi, dan disemangati oleh dedikasi hebat para petugas haji. Kerja kerasnya berbuah apresiasi.
“Akhirnya, semua berujung dalam sebuah pelukan persaudaraan yang saling menghargai dan menghormati”, ujar Hilman Latief, yang di luar jabatannya dikenal sebagai sarjana Muslim handal negeri ini, santri yang menjelma menjadi pakar Islamic philanthropy.
Kini Dirjen Haji bisa bernafas lega. Dari kantornya di Jakarta, ia senyum berseri sambil menyeruput secangkir kopi, menyimak kunjungan hangat Wakil Menteri Haji di akhir Juni ke kantor Daker di Mekkah Arab Saudi, untuk menyampaikan langsung ucapan selamat atas sukses penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 oleh Kementerian Agama RI.
Dalam sejarah penyelenggaraan ibadah haji, konon kunjungan istimewa Wakil Menteri Haji Saudi semacam ini belum pernah terjadi.
Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis Hanafi, dan Konsul Haji KJRI Jeddah, Nasrullah Jasam, beserta sebagian petugas PPIH yang masih fokus bekerja di Mekkah, menyambut silaturahmi pembesar Kementerian Haji Saudi itu, mewakili Dirjen Haji.
Wakil Menteri Haji Arab Saudi mengaku memahami sepenuhnya kompleksitas di lapangan karena jumlah jemaah haji Indonesia yang sangat besar.
Syukurlah menurutnya, kerja keras dan kerjasama pihak Indonesia dan Arab Saudi telah menghasikan “juz’ kabir minan najah” (keberhasilan yang sangat signifkan) termasuk dalam proses perpulangan jemaah ke tanah air.
Ya, kopi Dirjen tetap menemani Hilman bekerja di Jakarta, meski kini ia tak lagi harus tiap malam terjaga.
Hilman tetap memantau dan menunggu kabar dari jajarannya, seraya berharap kiranya seluruh jemaah haji Indonesia dapat kembali ke tanah air tercinta, bertemu keluarga, dengan selamat sentosa, bergelar haji dan hajjah, berkerudung serta berpeci putih di kepala.
Semoga para jemaah haji Indonesia merasa aman, nyaman, dan mabrur sepanjang umur.
اللهم اجعله حجا مبرورا وسعيا مشكورا وذنبا مغفورا وعملا مقبولا وتجارة لن تبور
Oman Fathurahman (Ketua Mustasyar Diniy PPIH Arab Saudi 2025, Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok, dan Pengampu Ngariksa (Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara)