Konferensi Internasional Ke-10 FDI UIN Jakarta Tegaskan Peran Islam dalam Membangun Perdamaian

Konferensi Internasional Ke-10 FDI UIN Jakarta Tegaskan Peran Islam dalam Membangun Perdamaian

Gedung FDI, Berita UIN Online— Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sukses menggelar Konferensi Internasional, International Dirasat Islamiyah Conference (IDIC ke-10), bertajuk “Daur al-Islām fī al-Hurriyah wa al-Salām wa al-Hadhārah,” (Peran Islam dalam Kebebasan, Perdamaian dan Peradaban) yang berlangsung pada hari Rabu, 14 Mei 2025. Konfrensi yang dibuka dengan khidmat melalui pembacaan ayat suci Alquran dan doa bersama menghadirkan sejumlah narasumber pakar, akademisi, dan praktisi dari berbagai negara.

Dalam pembukaannya, Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah, Dr. Yuli Yasin, M.A. menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat datang kepada seluruh tamu undangan, baik yang hadir secara langsung di lokasi acara maupun yang bergabung melalui platform daring. “Selamat datang dan bergabung pada forum akademik internasional ini. Mudah-mudahan ini menjadi momen kita dalam meningkatkan kolaborasi riset dan pendidikan berkualitas,” katanya.

Di sela pembukaannya, Dr. Yuli Yasin mengungkapkan sejarah berdirinya Fakultas Dirasat Islamiyah sebagai hasil kerja sama strategis antara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Fakultas ini sejak awal didesain untuk mengadopsi kurikulum Universitas Al-Azhar, baik dari sisi struktur mata kuliah maupun pendekatan keilmuannya. “Para dosen pengajar di fakultas ini pun mayoritas merupakan lulusan Al-Azhar, dan seluruh perkuliahan disampaikan dalam bahasa Arab,” ungkapnya.

Dekan juga menyampaikan terima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Asep Saepudin Jahar atas dukungan penuh yang telah diberikan dalam penyelenggaraan acara ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh panitia pelaksana atas kerja keras dan dedikasi yang telah diberikan sehingga konferensi ini dapat terselenggara dengan baik, lancar, dan penuh makna.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa konferensi ini merupakan momen penting dalam perjalanan akademik dan riset universitas. Beliau menegaskan bahwa UIN Jakarta senantiasa berkomitmen menjadi ruang hidup bagi dialog ilmiah dan wadah subur bagi penelitian yang serius.

"Kami percaya bahwa pertukaran pengetahuan adalah jalan utama untuk membangun masa depan bersama yang dilandasi oleh saling pengertian, perdamaian, dan pembangunan berkelanjutan," ujarnya.

Guru Besar Fakultas Syariah ini menyoroti pentingnya kembali kepada nilai-nilai hakiki yang diajarkan Islam, yakni agama rahmat, keadilan, dan penghormatan terhadap martabat kemanusiaan. Beliau menekankan bahwa kebebasan, termasuk kebebasan beragama dan berpikir, merupakan prinsip utama dalam Islam, yang ditegaskan dalam Al-Qur’an dan dipraktikkan dalam sejarah peradaban Islam.

Lebih lanjut, beliau menyatakan bahwa Islam bukan sekadar agama spiritual, melainkan juga sumber peradaban agung yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, keadilan, dan keterbukaan terhadap keragaman. "Peradaban Islam yang pernah membentang dari Andalusia hingga Samarkand telah memainkan peran besar dalam mengembangkan sains dan filsafat yang memengaruhi dunia hingga saat ini," tandasnya.

Konferensi ini dihadiri oleh peserta dari sejumlah negara, baik secara luring maupun daring, menunjukkan antusiasme tinggi terhadap isu-isu yang diangkat. Selain memperkaya wawasan akademik, kegiatan ini juga diharapkan menjadi wadah kolaborasi internasional di masa depan. Di antara yang hadir sebagai pembicara utama dalam acara ini adalah Prof. Dr. Abdullah Sarhan dari Universitas Al-Azhar Kairo, Prof. Dr. Amani Lubis dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Mubarak Saif Hadi al-Hajiri dari Universitas Kuwait, Prof. Dr. Muhammad Mahmud Gamal dari Universitas Qatar, Dr. Faraj al-Shiddiq Ali dari Universitas Islam al-Asmariyah Libya, dan Dr. Musthafa Abu Bakr dari Universitas Yubi Nigeria.

Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Mubarak al-Hajiri menekankan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan figur teladan utama dalam memperjuangkan kebebasan, perdamaian, dan pembangunan peradaban. Ia menguraikan bahwa kebebasan yang diajarkan oleh Nabi mencakup berbagai aspek, mulai dari kebebasan berkeyakinan, kebebasan berpendapat, hingga kebebasan dalam mengelola harta secara pribadi.

Dalam hal perdamaian, ungkap Profesor Mubarak, Nabi Muhammad menunjukkan sikap mengedepankan solusi damai selama hal itu memungkinkan, sebagaimana tercermin dalam Perjanjian Hudaibiyah. Sementara dalam hal pembangunan peradaban, beliau memberi contoh progresif di tengah realitas peperangan pada masa itu, seperti dengan meminta para tawanan perang mengajarkan baca tulis sebagai bentuk tebusan, yang secara nyata mendorong terciptanya masyarakat yang melek aksara.

Sementara itu, Prof. Dr. Mohammed el-Gammal menyoroti pentingnya konsep kebebasan dalam syariat Islam. Ia menegaskan bahwa sistem taklif dalam Islam sejatinya merupakan pembebasan manusia dari ketundukan terhadap sesama makhluk menuju kepatuhan total kepada Allah SWT. Lebih jauh, beliau menunjukkan bagaimana syariat secara bertahap mendorong penghapusan perbudakan, dengan menjadikan pembebasan budak sebagai salah satu bentuk kaffarat atas pelanggaran tertentu.

Dalam sudut pandang sufistik, Dr. Farag memberikan penekanan pada makna kebebasan sejati menurut ajaran tasawuf. Ia menyatakan bahwa inti kebebasan dalam tasawuf terletak pada kemampuan manusia untuk melepaskan diri dari dominasi hawa nafsu. Bagi para ahli tasawuf, pembebasan dari dorongan-dorongan nafsani merupakan bentuk kebebasan paling mendasar dan hakiki.

Sementara itu Prof. Dr. Abdullah Sarhan dari Universitas Al-Azhar Kairo Mesir memaparkan bahwa Alquran menggunakan gaya bahasa yang indah dan retoris dalam menyampaikan pesan-pesan kebebasan dan perdamaian. Berbagai perangkat balaghah seperti majāz (metafora) dan uslūb al-qaṣr (gaya pembatasan) ditemukan dalam ayat-ayat yang memperkuat nilai-nilai tersebut. Menurutnya, keindahan bahasa Alquran bukan sekadar estetik, tetapi memiliki daya pengaruh mendalam secara makna terhadap pembacanya, baik secara eksplisit maupun implisit.

Dari Universitas UIN Jakarta, Prof. Dr. Amani Lubis menjelaskan bagaimana organisasi-organisasi Islam di Indonesia, baik yang dipimpin laki-laki maupun perempuan, memiliki kontribusi besar dalam menanamkan nilai-nilai kebebasan, kesetaraan gender, pendidikan, dan pembangunan sosial-ekonomi. Beliau juga menggarisbawahi tantangan global seperti arus globalisasi, kekerasan atas nama agama, dan bencana alam yang dihadapi Indonesia. Namun, seluruh organisasi Islam disebutnya mampu merespons tantangan tersebut dengan solusi konkret, termasuk melalui pemberdayaan perempuan, penguatan keluarga, dan pendidikan perdamaian.

Adapun Dr. Musthofa menekankan bahwa Islam memberikan penghargaan yang tinggi terhadap kaum wanita. Ia menjelaskan berbagai teks Alquran dan Hadis yang menunjukkan posisi mulia perempuan sebagai ibu, istri, anak, dan saudara. Menurutnya, penghormatan terhadap hak-hak perempuan merupakan bagian penting dalam mewujudkan kebebasan, perdamaian, dan peradaban yang adil, tentunya dalam kerangka syariat Islam. Ia juga mengutip khutbah Nabi SAW dalam Haji Wada' yang menegaskan pentingnya memperhatikan hak-hak perempuan sebagai elemen sentral masyarakat.

Konferensi ini diharapkan menjadi ruang strategis untuk memperbarui wacana keislaman dan pemikiran global, sekaligus memperlihatkan kontribusi Islam terhadap kebebasan sejati, perdamaian abadi, dan pembangunan peradaban manusia yang inklusif dan berkeadilan. Juga menjadi wadah pertukaran gagasan dan penguatan jejaring akademik internasional di bidang studi Islam, serta memperkuat posisi Fakultas Dirasat Islamiyah sebagai institusi pendidikan tinggi Islam yang unggul secara global. (MH/Aidha A)