KKN Kebangsaan: Bawa Games Semai, Fatimah Az-Zahra Beri Pendidikan Anti-Korupsi

KKN Kebangsaan: Bawa Games Semai, Fatimah Az-Zahra Beri Pendidikan Anti-Korupsi

Sambas, BERITA UIN Online— Fatimah az-Zahra, peserta KKN Kebangsaan 2023 asal UIN Jakarta memberikan pendidikan anti-korupsi bagi siswa-siswi SDN 27 Sekumbak, Desa Lela, Kecamatan Teluk Keramat, Sambas, Kalimantan Barat. Kegiatan pengabdian ini diharapkan turut memupuk sikap tanah air melalui penumbuhan sikap anti korupsi bagi generasi masa depan.

Demikian disampaikan Fatimah yang juga mahasiswi Prodi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Jakarta dalam rilisnya kepada BERITA UIN Online, Jumat (11/8/2023). Untuk merealisasikan program pendidikan anti korupsi, tuturnya, ia turut didukung Lembaga SPAK Indonesia (Saya Perempuan Anti Korupsi).

Lembaga ini membekalinya permainan edukatif bernama Semai. Tergabung dalam kelompok 40 KKN Kebangsaan 2023, Fatimah mengawali program kerja pertama dengan melakukan penyuluhan Antikorupsi melalui games Semai 9 Nilai Antikorupsi di SDN 27 Sekumbak. Sebuah sekolah dasar yang terletak di Desa Lela, Kec. Teluk Keramat, Kab. Sambas, Kalimantan Barat.

Fatimah menuturkan, dirinya sengaja memprogram pendidikan anti-korupsi bagi para pelajar tingkat SD guna menumbuhkan semangat anti korupsi sejak dini. Ia menilai, program KKN Kebangsaan yang diikutinya memberi ruang lebih dalam mengaktualisasikan ide pendidikan anti korupsi sejak dini.

“KKN Kebangsaaan menjadi ajang untuk mengedukasi anak-anak dalam membingkai semangat nasionalisme yang anti terhadap korupsi. Mahasiswa Kelompok 40 KKN Kebangsaan sebagai agen perubahan membawa semangat baru di pedalaman, salah satunya memajukan hak-hak anak sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat,” ceritanya.

Kegiatan Game Semai sendiri diikuti tak kurang dari 30 peserta didik kelas 4, 5, dan 6 yang sudah bisa membaca. “Di dalamnya (games Semai, red.) disampaikan pesan-pesan moral kejujuran untuk membentuk karakter anak didik yang jujur dan anti terhadap perbuatan korupsi,” ujarnya.

Dalam memainkan board game Semai, para peserta didik cukup mencocokan mini case yang diberikan dengan Sembilan nilai anti korupsi. Kesembilan nilai itu antara lain kesederhanaan, kegigihan, keberanian, kerja sama, kedisiplinan, keadilan, kejujuran, bertanggung jawab, dan kepedulian.

“Kami membaginya menjadi dua tim yaitu tim singa dan tim kucing kemudian mereka berlomba menjawab dengan benar untuk memperebutkan poin,” tutur Fatimah

Memberikan pendidikan anti korupsi sejak dini dinilai Fatimah sangat penting. Ia berpendapat jika nilai-nilai kejujuran sebagai bentuk perilaku anti korupsi ini harus dikenalkan sejak usia dini.

Edukasi antikorupsi sendiri diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sekaligus menghindarkan mereka dari tindakan perilaku koruptif saat dewasa nanti. Menurutnya, ini penting mengingat masalah korupsi merupakan musuh utama dalam sikap nasionalisme bangsa.

“Korupsi di Indonesia sudah bukan lagi rahasia. Seperti hal lumrah, dan diwajarkan. Karena itu, kami berinisiatif untuk mengajarkan nilai-nilai kejujur dari sejak dini, untuk membangun generasi masa depan yang amanah dan bersih,” tambahnya.

Inisiatif Fatimah memberi pendidikan antikorupsi berbekal games Semai disambut baik masyarakat setempat. Para guru SDN 27 Sekumbak sendiri sangat mengapresiasi inisiatif Fatimah, bahkan menerima dan mendukung segala bentuk edukasi kreatif yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Kebangsaan.

“Kami betul-betul mengapreasi insiatif adaik-adik mahasiswa. Pendidikan karakter sangat penting. Kami berharap adik-adik ini terus semangat belajar, tumbuh menjadi pribadi yang jujur dan berakhlak baik, karena mereka inilah cikal bakal yang akan mengharumkan bangsa Indonesia dengan prestasi hebatnya,” ujar Kepala SDN 27 Sekumbang, Gustian.

Memberikan pendidikan anti korupsi di sekolah kawasan pedalaman dengan kondisi bangunan dan fasilitas pembelajaran sangat sederhana memberikan pengalaman tersendiri bagi Fatimah. “Meski demikian, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan lancar dan tidak melunturkan semangat belajar siswa,” jelas Gustian tentang kondisi gedung dan fasilitas pendidikan siswa. (Haura K/ZM)