Kisah Amadea, Tamatkan Pendidikan Dokter dengan Aktif Organisasi Bukan Halangan Capai IPK Tinggi

Kisah Amadea, Tamatkan Pendidikan Dokter dengan Aktif Organisasi Bukan Halangan Capai IPK Tinggi

Auditorium Harun Nasution, Berita UIN Online - wanita itu tersenyum sumringah, ia telah menanti momen sakral ini. Ia berjalan bersama teman lainnya yang ikut berbaris memasuki ruang besar dan megah, tempat kebanyakan mahasiswa terdahulu di sumpah untuk mengabdi mengemban profesi garda terdepan pahlawan kesehatan. Duduk di tengah kerumunan ia bisa menatap mata-mata penuh haru dan bangga. Hingga wanita itu terbelalak menjadi pemilik IPK tertinggi di momen sakral ini.

Amadea Azzahra Sonia Pertiwi menjadi salah seorang yang diambil sumpahnya sebagai dokter pada Kamis, (25/01/2024) pada Periode Wisuda Profesi Dokter ke-47 Fakultas Kedokteran, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak hanya itu, Amadea juga menyandang gelar sebagai peraih IPK tertinggi dengan 3,70.

Perempuan asli Ponorogo, Jawa Timur itu mengingat lagi keberhasilannya sebagai dokter. Selama kuliah, ia aktif dalam mengikuti organisasi ataupun event di luar kampus mulai relawan dan menulis jurnal-jurnal isu kesehatan. dr. Amadea mengaku sangat bersyukur bisa menyandang mahasiswa dengan IPK tertinggi. 

"Tentunya sangat bahagia dan bersyukur karena yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh selama ini membuahkan hasil yang indah, karena hal ini dapat menjadi hadiah yang dapat saya berikan orang-orang yang dengan tulus mendoakan dan mendukung saya selama ini. Bisa menyandang gelar mahasiswa IPK tertinggi tidak menyangka, karena saya tidak menargetkan hal ini sebelumnya," kata dr. Amadea dalam wawancara, Jumat (26/01/2024).

dr. Amadea mengaku tidak membatasi pengetahuan bahan bacanya. Selama ia penasaran, ia akan terus mencari jawaban dari rasa penasarannya hingga dapat. Walaupun harus merelakan jam tidur 3 atau 4 jam ataupun terpaksa harus menunda momen penting keluarga dan teman-teman. Ia juga mengaku rutin belajar 14 jam dalam sehari.

"Saya merasa, ilmu adalah kebutuhan masing-masing insan manusia. Saya tidak membatasi apa yang saya baca dan pelajari. Sehingga, selama saya merasa belum tahu dan ingin tahu saya akan mencari jawabannya hingga ketemu. Tidur hanya 3-4 jam. Kehilangan waktu untuk bertemu pada momen-momen penting keluarga dan teman-teman. Masuk IGD semalam langsung pulang untuk menjalani koas. Belajar 14 jam dalam sehari dalam mempersiapkan ujian nasional dokter. Banyak sekali yg terlewatkan sebagai manusia dalam menjalani pendidikan dokter. Namun dengan niat untuk selalu memberikan yang terbaik, maka Allah yang akan memberikan balasannya tersendiri," ujarnya

Aktif Organisasi 
Semasa kuliah, dr. Amadea aktif dalam mengikuti organisasi ataupun event mulai dari kerjasama antar universitas, lembaga-lembaga kesehatan maupun menulis jurnal Internasional isu kesehatan mental. Hal ini membuktikan bahwa aktif dalam organisasi tidak menghalangi untuk mencapai IPK tinggi.

"Semasa S1, saya mengikuti organisasi CIMSA divisi SCOPH yang fokus pada kegiatan Public Health. Mengangkat isu-isi non communicable disease, seperti masalah mental, gizi, rokok, diabetes dan lain-lain. Kemudian terjun langsung di masyarakat, berkerjasama dengan lembaga-lembaga seperti UNICEF Indonesia dan sebagainya. Saya juga melakukan penelitian yang kemudian dipublikasikan berupa jurnal terkait isu depresi pada mahasiswa yang diterbitkan di Malaysian Journal of Medicine and Health Science," papar dr. Amadea.

dr. Amadea mengingatkan bahwa mendapatkan ilmu tidak terbatas pada ruang dan waktu. Ia berharap teman-teman mahasiswa memiliki rasa penasaran, haus ilmu serta melakukan yang terbaik adalah kunci, maka Allah SWT akan memberikannya.

"ilmu tidak memiliki batas ruang dan waktu. Bagaimana kita haus akan ilmu, dan berusaha untuk terus memenuhi kebutuhan akan ilmu kita masing-masing. Dengan melakukan yang terbaik, maka Allah sendiri yang akan memberikan mengkaruniaNya," harapnya. (Aliffia Hafiizhah/Novia Syifaputri Ramadhan/Nanang Saikhu)