Khotmil Qur’an Membentuk Pribadi Muslim yang Unggul

Khotmil Qur’an Membentuk Pribadi Muslim yang Unggul

Berita UIN Online - Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Jakarta mengadakan kegiatan rutin setiap hari sabtu pagi selama bulan Ramadan yaitu khotmil qur’an. Dalam kegiatan Khotmil Qur’an kali ini bertemakan “Ramadan dan Pembentukan Pribadi Muslim yang Unggul”. Khotmil qur’an dilaksanakan melalui virtual zoom Meeting pada Sabtu, (16/04/2022).

Hadir membuka acara Zilhadia selaku Dekan Fikes UIN Jakarta menyampaikan rasa syukur dapat bergabung dan melaksanakan khotmil qur’an kedua di bulan Ramadan ini.

“Bagi kami di Fikes masih dalam proses belajar untuk membiasakan kegiatan seperti ini, berbeda dengan FIDIKOM yang sudah terbiasa dengan kegiatan ini. Harapannya forum ini bisa dimanfaatkan sebagai majelis dzikir dan tausiyah untuk tenaga kerja pendidikan maupun karyawan lainnya” lanjut Zilhadia dalam sambutannya.

Hadir sebagai pengisi tausiyah Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta Suparto “Tahlil adalah inti dari keimanan kita yang percaya Allah adalah satu-satunya tuhan yang maha esa. Sedangkan doa adalah inti dari suatu ibadah yang dilakukan” ujar Suparto.

Suparto  memulai tausiyah dengan rasa syukur dengan dua nikmat yaitu nikmat sehat dan waktu. Dalam tausiyahnya Suparto memaparkan momentum dalam bulan Ramadan bahwa jadikan Ramadan ini sebagai momentum penyucian diri dengan beribadah.

Sesuai dengan tema yang diusung, Suparto menyampaikan bahwa Ramadan dapat menciptakan muslim unggul, yaitu manusia beriman menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Dan Rasulullah SAW menyatakan orang yang beriman adalah orang yang senang dengan perbuatan kebaikan dan sedikit ketika melakukan keburukan.

Melanjutkan tausiyahnya, Suparto mengatakan Ramadan sebagai momentum mengekalkan keimanan kepada Allah SWT karena kualitas iman seseorang dapat berubah-ubah. Rasulullah SAW dilahirkan ke bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia, sehingga Ramadan dapat menjadi momentum penyempurnaan akhlak dengan kesabaran dalam menahan segala kekosongan.

Tidak hanya mengosongkan fisiknya, jiwa pun perlu dikosongkan dari penyakit-penyakit jiwa manusia. Oleh karena itu, jadikan puasa sebagai wadah melatih perilaku baik tanpa pamrih dari manusia, hanya serta merta meminta balasan dari Allah SWT. Sehingga kita akan balik kepada wujud fitrah manusia.

“Setelah puasa Ramadan ini, muncul kebiasaan-kebiasaan baik yang akan terus dilakukan oleh manusia” harapan Suparto untuk menutup tausiyahnya.

Sesi selanjutnya yaitu tanya jawab. Dosen Kesehatan Masyarakat Febrianti Abassuri bertanya “Bagaimana unggul dalam amal shaleh dari bekerja dalam sehari-hari, terdapat individu-individu yang tidak terdorong untuk meningkatkan kualitas kerja. Apakah kualitas kerja ada hubungannya dengan keimanan setiap individu?”

“Dalam organisasi kerja ada visi dan misi yang dibentuk manusia untuk merefleksikan kebaikan. Meskipun itu hanya buatan manusia selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai qur’an dan sunnah maka itu masuk dalam kebaikan. Sarana peraturan itu wajib karena bagian dari mewujudkan cita-cita bersama tadi. Dalam bulan Ramadan setan dibelenggu namun, banyak manusia tetap melakukan perbuatan salah. Karena nafsu dalam diri sendirilah yang menjadi godaan dalam jiwa kita. Kita harus bisa melawannya untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik.” Jawab Suparto

Perlu diketahui bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari sabtu pagi selama bulan Ramadhan yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. (tim jurnalis/zr/sam)