KH Zulfa Mustofa Beri Apresiasi dan Pesan untuk Mahasiswa UIN Jakarta

KH Zulfa Mustofa Beri Apresiasi dan Pesan untuk Mahasiswa UIN Jakarta

Masjid al-Jami’ah, BERITA UIN Online— Lingkungan akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atau UIN Jakarta dinilai menyediakan iklim berfikir kritis bagi para mahasiswanya. Di sisi lain, mahasiswa juga dituntut terus memperkuat tradisi membaca dan belajarnya.

Demikian disampaikan KH Zulfa Mustofa saat mengisi Istigosah dan Doa Bersama dalam rangka hari lahir ADIA/IAIN/UIN Jakarta ke-66 tahun di Masjid al-Jami’ah, Rabu malam (12/7/2023). Hadir dalam kegiatan ini Rektor Prof. Asep Saepudin Jahar MA Ph.D didamping sejumlah pimpinan rektorat, fakultas, dan Lembaga. Kegiatan diikuti ratusan mahasiswa dan sivitas di lingkungan universitas.

Kiai Zulfa menuturkan, dalam usianya yang ke-66 tahun, UIN Jakarta telah banyak melahirkan sejumlah tokoh terkemuka di berbagai bidang. “Kampus ini banyak melahirkan tokoh-tokoh hebat, pemikir, cendekiawan seperti Profesor Harun Nasution, Menteri Agama Pak Munawir Syadzali, dan Pak Suryadarma Ali,” ujarnya.

Para alumni juga tersebar dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat, baik tokoh agama, keilmuan, politik, birokrasi, dan lainnya. Kiprah para alumni ini menjadikan UIN Jakarta sebagai kampus yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Keunggulan demikian, sambungnya, tidak lepas dari iklim akademik yang tumbuh di lingkungan UIN Jakarta sendiri. Para akademisi yang mengajar di kampus ini terbiasa mengajarkan berfikir kritis kepada para mahasiswanya dengan melakukan analisa sosial.

“Salah satu kelebihan akademisi UIN Jakarta, anak-anaknya diajak berpikir kritis. Melakukan analisa sosial sehingga tidak tekstual dalam memahami teks. Tapi juga memiliki kemampuan mengkontekstualisasikan teks-teks yang ada, baik dalam al-Quran, Hadis, maupun dalam Kutubutturats, kitab-kitab klasik,” paparnya.

Kemampuan berfikir kritis, lanjutnya, merupakan gaya berfikir para ulama-ulama unggul pada masa dahulu. Para ulama ini selalu berupaya melakukan kontekstualisasi atas pemahaman mereka sehingga terhindari dari kejumudan.

Dengan iklim akademis yang menuntut berfikir kritis ini, ujarnya, para mahasiswa sejatinya perlu beruntung karena dia terbiasa memperkaya perspektifnya. “Makanya anda beruntung, anda dari banyak pondok pesantren seperti Lirboyo, Sarang, Ploso, Gontor, juga dari Madrasah-madrasah aliyah, kemudian jadi satu (berkumpul belajar di UIN Jakarta, red.), mendapatkan banyak perspektif baik dari dosen-dosen, guru besar, alumni Timur Tengah maupun Barat. Insya Allah itu semua membuat anda memiliki perspektif yang kaya,” paparnya.

Kekayaan perspektif, sambungnya, berpengaruh pada karakteristik bijaksana dan moderatnya seseorang. “Banyak bacaan, pasti bijaksana dan moderat. Barang siapa yang luas bacaannya, luas persspketifnya, Insya Allah akan jadi moderat,” imbuhnya.

Untuk itu, Kiai Zulfa meminta para mahasiswa UIN Jakarta untuk memperkuat tradisi membaca dan belajar. Menurutnya, membaca dan terus belajar menjadi modal penting para mahasiswa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

“Saya katakan, orang yang mau betul-betul belajar di sini dia akan jadi cendekiawan yang paripurna, sempurna, kalau dia mau banyak membaca dan mengambil perspektif seluas-luasnya,” tandasnya.

Meski begitu, Kiai Zulfa mengingatkan, mahasiswa UIN Jakarta tetap perlu menjaga akhlak selain terus meningkatkan keilmuannya. “Marilah tunjukan kesarjanaan kita. Masyarakat tahunya kita memiliki ilmu dan memiliki akhlak,” ingatnya. (Dena Amanda/ZM)