Ketua Senat: Pertambahan Guru Besar Harus Percepat Budaya Kampus Riset
Auditorium Utama, BERITA UIN Online— Pertambahan guru besar berbagai bidang ilmu dinilai jadi modal percepatan transformasi UIN Jakarta menjadi universitas riset atau Research University. Menjadi universitas ini, para guru besar dituntut lebih banyak melakukan riset dalam merealisasikan pengembangan keilmuan dan inovasi produk yang bermanfaat bagi manusia.
Demikian disampaikan Ketua Senat UIN Jakarta saat membuka Sidang Senat Terbuka pengukuhan dua Guru Besar baru dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Didin Nuruddin Hidayat MA.Tesol., Ph.D dan Prof. Dr. Zulfiani S.Si, M.Pd di Auditorium Utama, Rabu (15/3/2023). Didin dikukuhkan sebagai Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris, sedang Zulfiani dikukuhkan jadi Guru Besar Pendidikan Biologi.
Menurutnya, pertambahan guru besar menjadi modal penting universitas dalam memperkuat upaya institusi untuk bertransformasi dari kultur Teaching University. Kultur Teaching University, didefinisikan Profesor Dede sebagai universitas dengan kultur akademik dimana guru besar lebih banyak mengajar, membimbing mahasiswa, dan menguji tugas akhir perkuliahan mahasiswa.
“Ke depan, dengan semakin banyaknya guru besar yang kini hampir mencapai 10 persen dari total UIN Jakarta, maka prioritas sivitas akademika adalah pengembangan sains dan teknologi. Dalam kata lain, kulturnya kultur Research University," ujarnya.
Diketahui, UIN Jakarta saat ini terus menambah jumlah guru besarnya sehingga total saat ini mencapai 88 orang guru besar. Mereka menjadi guru besar untuk berbagai bidang ilmu mulai dari bidang kajian keislaman, sosial humaniora, bahkan sains.
Tahun ini misalnya, UIN Jakarta menambah sembilan guru besar baru. Diantaranya, Dr. H.M. Asrorun Ni’am S.Ag MA (Ilmu Fikih), Dr. Bambang Irawan M.Ag (Tasawuf), Dr. Zulfiani S.Si M.Pd (Pendidikan Biologi), Didin Nuruddin Hidayat MA Ph.D (Pendidikan Bahasa Inggris), Dr. Dzuriyatun Toyibah MA (Sosiologi), Prof. Dr. Hj. Isnawati Rais MA (Ilmu Fikih), Prof. Dr. Hamid Nasuki MA (Tasawuf), J.M. Muslimin Ph.D (Ilmu Politik Hukum Islam), dan Dr. Nur Inayah, M.Si (Matematika).
Lebih jauh, Profesor Dede mengingatkan, jabatan profesor bagi seorang akademisi harus dimaknai sebagai ilmuwan yang mengajar, bukan agen pendidikan. Sebagai ilmuwan, jelasnya, seorang profesor harus menambah alokasi waktunya untuk kegiatan penelitian, penulisan karya ilmiah, dan menghasilkan banyak inovasi yang bermanfaat.
"Tidak hanya teori, tapi juga teknologi atau desain pembelajaran baru yang mempersiapkan anak didik bangsa yang siap mandiri dan berdaya saing global," tandasnya.
Sementara itu, Profesor Dede juga mengapresiasi pencapaian Profesor Zulfiani dan Profesor Didin. Menurutnya, keduanya merupakan dua guru besar dari ujung Generasi X dan Generasi Y atau generasi milenial sebagai generasi baru yang siap mengeskalasi pengembangan UIN Jakarta ke depan.
Profesor Zulfiani, sebut Profesor Dede, merupakan guru besar dengan keilmuan yang relatif baru di UIN Jakarta bahkan bisa menjadi guru besar Pendidikan Biologi pertama di universitas ini. "Profesor Didin, memang bukan yang pertama, tapi ia merupakan Profesor termuda di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan seingat saya yang tercepat dalam meraih pangkat Guru Besar sejak FITK berdiri di tahun 1960," tuturnya bangga.
“Mudah-mudahan kehadiran dua guru besar baru di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ini akan semakin memperkuat UIN Jakarta bertransformasi menjadi Research University,” tandasnya lagi.
Diketahui, UIN Jakarta hari Rabu ini mengukuhkan dua guru besar baru, Prof. Didin Nuruddin Hidayat MA.Tesol., Ph.D dan Prof. Dr. Zulfiani S.Si, M.Pd di Auditorium Utama. Masing-masing dikukuhkan sebagai Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris dan Guru Besar Pendidikan Biologi. (hmn/zm)