Kak Edi, Penulis yang tidak Pernah Berakhir
Idris Thaha
TKS Ris. Slm'. Itulah respons terakhir yang saya terima dari Kak Edi, panggilan akrab yang saya gunakan untuk menyapa Prof Dr Azyumardi Azra CBE. Jawaban singkat melalui Whatsapp (WA) itu saya terima pukul 08.10 WIB, Jumat (16/9).
Setiap hari, Kak Edi mendapat kiriman koran (pdf) dari saya. Kak Edi juga meminta saya untuk membuat screenshot tulisan-tulisannya yang dimuat koran, termasuk berita-berita yang mengutip pendapatnya. Kak Edi dapat dipastikan meresponsnya, termasuk pesan-pesan WA lainnya. Itulah cara Kak Edi mengajarkan saya sebagai juniornya untuk menjaga dan memperkukuh tali silaturahim.
Tujuh jam lebih setelah menerima respons itu, tepatnya ba'da ashar, saya mendapat kiriman pesan dari grup WA Peneliti PPIM—Pusat Kajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah, yang mengabarkan Kak Edi sakit dan diberi selang oksigen beberapa menit sebelum pesawat mendarat di Bandara Internasional Kuala Lumpur pukul 15.33 waktu setempat. Awalnya saya memang tidak peduli dengan balasan itu. Setelah mengecek kiriman-kiriman pesan balasan yang dikirim Kak Edi sebelumnya, saya merasakan keanehan.
Aneh, Kak Edi tidak biasanya menjawab pesan WA saya, yang biasanya hanya menjawab, 'Ok', 'Tdk masalah', atau cukup 'Tks'. Kali ini, Kak Edi mengirim pesan WA dengan tambahan kata 'Slm'. Saya memahaminya sebagai 'salam' akhir. 'Salam' penutup. Atau, 'salam' perpisahan sebab dua hari kemudian, Ahad (18/9), Kak Edi dipanggil ke rahmatullah. Lahuu al-Faatihah.
Menulis dan menulis
Kak Edi tergolong penulis yang sangat produktif yang multibisa dengan berbagai bidang ilmu. Itu bisa dilihat dari karya-karya ilmiah yang ditulis, yang diikuti dengan peluncurannya. Setidaknya ada empat kali, Kak Edi meluncurkan buku-buku yang ditulisnya.
Penerbitan karya tulisnya dimulai saat pertemuan atau perkenalan dengan Kak Edi ketika saya bergelut di dunia jurnalistik. Saat itu, saya mendapat tugas mewawancarai Kak Edi tentang muktamar Muhammadiyah di Aceh. Pertemuan-pertemuan berikutnya berlanjut. Hingga suatu saat, ketika menjadi Wakil Rektor IAIN (belum menjadi UIN) Jakarta, Kak Edi menunjukkan bundelan-bundelan makalah dan tulisannya. Saya tidak tahu, mengapa Kak Edi menyerahkan semua bundelan karya tulisnya kepada saya.
Saat itu, saya telah mengedit hasil-hasil wawancara KH Zainuddin MZ, yang kemudian diterbitkan Mizan, Bandung, menjadi buku dengan judul Dakwah & Politik: Da’i Berjuta Umat K.H. Zainuddin MZ (1997). Apakah karena berhasil mengedit buku dai kondang itu? Saya tidak pernah bertanya ke Kak Edi secara langsung. Hingga wafatnya, saya tidak tahu jawaban beliau.
Produktivitas Kak Edi mulai terlihat pada 1999. Pada awal Reformasi itu, Kak Edi meluncurkan enam karya tulisnya di Gedung Antara, Jakarta. Karya-karya tulis Kak Edi yang telah dibundel itu diterbitkan menjadi buku dengan tema sangat beragam. Saya mengklafisikasikannya menjadi beberapa tema. Tema teologi menjadi buku Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, diterbitkan Paramadina. Mengenai sejarah di dalam buku Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana & Kekuasaan. Buku itu terpilih menjadi buku terbaik bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial.
Membahas masalah-masalah sosial di dalam Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan Tantangan, diterbitkan Remaja Rosdakarya. Tema pembaharuan di dalam Islam Reformis: Dinamika Gerakan, Pembaharuan dan Intelektual, diterbitkan Rajawali Pers. Keempat buku ini saya edit--dua tahun setelah saya mengedit buku Zainuddin. Dua buku lainnya yang terbit pada 1999 tentang pendidikan; Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru dan Esei-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam —keduanya diterbitkan Logos Wacana Ilmu, Ciputat.
Setahun berikutnya (2000), Kak Edi menyerahkan lagi bundelan kumpulan hasil wawancara dan kliping dari berbagai media massa nasional dan internasional. Setelah dipoles dan diedit, hasil suntingan itu diterbitkan menjadi Islam Substantif: Agar Umat tidak Jadi Buih (Mizan, Bandung). Penerbitan buku dilanjutkan dengan peluncurannya.
Produktivitas Kak Edi dalam tulis-menulis berlanjutkan pada 2002. Sekali lagi, Kak Edi kembali menyerahkan bundelan karya tulis yang sudah dikumpulkannya sendiri. Tugas saya hanya mengelompokkan dan menyistemasikan, serta mencarikan penerbit yang bersedia menerbitkan dan meluncurkannya.
Seperti 1999, pada 2002 Kak Edi menerbitkan dan meluncurkan enam buku di Bentara Budaya, Jakarta, dan dengan tema yang berbeda-beda pula. Tentang sejarah bisa dibaca pada Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan Aktor Sejarah, yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama. Tema pendidikan dan agama terkumpul dalam Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi dan Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut Kerukunan Antarumat—keduanya diterbitkan Penerbit Buku Kompas.
Tema demokrasi bisa dibaca pada buku Menggapai Solidaritas: Tensi antara Demokrasi, Fundamentalisme, dan Humanisme, diterbitkan Pustaka Panjimas. Tema konflik dibahas dalam buku Konflik Baru Antar-Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas— diterbitkan Rajawali Pers. Satu lagi tema sejarah, yaitu buku Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal, diterbitkan Mizan, Bandung, yang diterjemahkan dari makalah-makalah berbahasa Inggris.
Menyambut ulang tahunnya ke-65 pada 4 Maret 2020, saat awal-awal covid-19, Kak Edi kembali menunjukkan produktivitas tulis-menulisnya. Tak tanggung-tanggung, ada delapan buku yang diterbitkan dan diluncurkan pada hari istimewa kelahirannya. Peluncurannya dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla (2004-2009 dan 2014–2019) dan KH Ma’ruf Amin (2019-2024).
Kala itu, Kak Edi tidak menyerahkan karya tulisnya kepada saya dalam bentuk bundelan seperti sebelumnya, tapi berupa file-file yang kemudian saya klasifikasi dengan tema berbeda-beda; agama, kebangsaan, demokrasi, dan negara. Tema-tema itu dapat dibaca pada Fenomena Beragama: Dari Dunia Arab hingga Asia Pasifik, kemudian Politik Global tanpa Islam, dari Timur Tengah hingga Eropa, berikutnya Moderasi Islam di Indonesia: Dari Ajaran, Ibadah, hingga Perilaku, kemudian Menjaga Indonesia: Dari Kebangsaan hingga Masa Depan Politik Islam, selanjutnya Membebaskan Pendidikan Islam, dan Gerakan Pembebasan Islam. Keenam buku itu diterbitkan Kencana.
Kedua buku lainnya diterbitkan Penerbit Buku Kompas, yaitu Indonesia Bertahan: Dari Mendirikan Negara hingga Merayakan Demokrasi, dan Relevansi Islam Wasathiyah: Dari Melindungi Kampus hingga Mengaktualisasi Kesalehan.
Kak Edi betul-betul sosok penulis produktif. Sebenarnya masih banyak buku Kak Edi, yang tentu saja tidak diluncurkan seperti buku-buku yang telah disebutkan sebelumnya, baik terjemahan maupun suntingan. Kak Edi juga menulis makalah untuk forum ilmiah dan jurnal-jurnal, kolom-kolom opini, maupun khotbah-khotbah Jumat dan hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha). Produktivitasnya ditunjukkan hingga akhir hayat. Kak Edi wafat dalam perjalanan untuk menyampaikan makalah pada Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam di Selangor, Malaysia (17/9), yang diselanggarakan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM).
Produktivitas Kak Edi dalam karya tulis ilmiah sebenarnya bertolak pada penerbitan disertasinya yang dipertahankannya untuk mendapat gelar PhD pada Departemen Sejarah Columbia University pada 1992. Judulnya The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks of Middle Eastern and Malay-Indonesia ‘Ulama’ in the Seventeenth and Eighteenth Centuries.
Disertasi itu dua tahun kemudian diterbitkan dalam edisi Indonesia, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia. Dari cetakan pertama (1994) hingga keempat (1998), buku itu diterbitkan Mizan, Bandung. Penerbitannya dipindahkan ke Penerbit Kencana, Jakarta, pada 2004 (cetakan pertama) setelah melalui proses ketik ulang. Sampai 2022, buku itu mengalami cetak ulang enam kali.
Untuk edisi bahasa Arab, disertasi itu terbit dengan judul Syabakatu al-‘Ulama: Harakatu al-Tawaashul bayn al-Syarq al-‘Awsath wa al-Arkhabiil fii al-Qarnayn 17 M wa 18 M, yang diterbitkan PPIM UIN Jakarta pada 1999. Disertasi itu juga diterbitkan Penerbit Allen & Unwin dalam edisi bahasa Inggris pada 2004, dengan judul The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Middle Eastern and Malay-Indonesia ‘Ulama’ in the Seventeenth and Eighteenth Centuries.
Buku-buku karya ilmiah Kak Edi, terutama Jaringan Ulama, telah menjadi bacaan dan rujukan yang luar biasa bagi para akademisi dan intelektual, serta menjadi inspirasi bagi peneliti-peneliti generasi berikut. Buku-buku Kak Edi telah mendatangkan manfaat bagi dunia akademik, baik nasional maupun internasional, yang tidak akan pernah putus sebagai amal jariah. Meski Kak Edi telah mengirim 'Slm' (perpisahan) dalam WA yang saya terima, penyebaran ilmu-ilmu yang dituangkan dalam buku-bukunya tidak akan pernah berakhir. Wallahu a‘lam bishshawab. (zm)
Penulis adalah Editor buku-buku Prof Dr Azyumardi Azra CBE dan dosen FISIP UIN Jakarta. Artikelnya dimuat Media Indonesia dan bisa diakses di https://mediaindonesia.com/opini/524004/kak-edi-penulis-yang-tidak-pernah-berakhir