Isi PBAK 2024, Aktivis Perempuan Dorong Keterlibatan Akademis dan Partisipasi Organisasi Mahasiswa
Auditorium Utama, Berita UIN Online - Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) sesi dua di Auditorium Harun Nasution, Rabu (28/8/2024) dihadiri oleh Aktivis Perempuan sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Neng Dara Affiah.
Dalam acara tersebut, Teh Neng sapaan akrabnya, menjadi narasumber pada talkshow bertajuk 'Tradisi Berpikir UIN Jakarta'. Acara ini dimoderatori Ziyad Hubbillah serta diikuti oleh mahasiswa baru dari Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) dan Fakultas Ushuluddin. Talkshow tersebut bertujuan untuk mengenalkan tradisi pergulatan intelektual yang terjadi di lingkungan UIN Jakarta yang terus diwariskan dari generasi ke generasi sampai hari ini.
Selain itu, Teh Neng dalam membuka sambutannya mengatakan mahasiswa yang diterima di UIN Jakarta adalah orang-orang yang beruntung karena telah mengalahkan ribuan calon mahasiswa lain. "UIN Jakarta adalah PTKIN terkemuka berskala nasional. Kalian akan bertemu dengan teman-teman dari berbagai provinsi di Indonesia," ucapnya sambil meminta mahasiswa yang berasal dari pulau-pulau terjauh untuk angkat tangan.
Dia memotivasi mahasiswa baru untuk mengoptimalkan masa-masa perkuliahan sebaik mungkin. Melalui pencarian mendalam akan minat dan bakat yang disukai. "Bercita-cita lah apa saja sesuai passion atau semangat kalian. Hiduplah dengan visi karena dengan visi itulah yang akan membawa kalian terbang setinggi-tingginya," tutur penulis buku Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia.
Di samping itu, penulis buku Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas ini juga mengulas salah satu rektor terkemuka yang sangat berpengaruh dalam mendorong perubahan signifikan di lingkungan kampus ini. "Prof. Dr. Harun Nasution adalah rektor yang paling fenomenal dalam sejarah UIN Jakarta," ungkapnya. Melalui ide-ide segarnya yang dituangkan dalam buku dapat mencerahkan pemikiran yang tadinya kaku dan kolot. "Kalau ingin maju, ubah cara berpikir. Kalau ingin maju, cara berfikir harus maju. Kemajuan tidak akan pernah tercapai, kalau kalian tidak melatih diri terus menerus hari demi hari, minggu demi minggu, bulan ke bulan untuk terus update pengetahuan," kata Neng yang juga penulis buku Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi identitas ini
Ia mengingatkan bahwa tujuan utama mahasiswa dari luar daerah ke UIN Jakarta adalah untuk belajar. Dengan kata lain, kegiatan yang kontraproduktif dengan tujuan awal mesti diminimalisir bahkan dihindari. "Sangat timpang kalau kalian menjadi aktivis, tapi tidak sukses dalam dunia akademis," tutur aktivis feminis penulis Gerakan Islam Indonesia Pasca Orde Baru: Merambah Dimensi Baru Islam itu.
Mantan Aktivis Forum Mahasiswa Ciputat ini memberikan pandangan yang tajam tentang kehidupan mahasiswa. Menurutnya, keseimbangan antara keterlibatan akademis dan partisipasi dalam organisasi ekstra kampus adalah kunci keberhasilan. Namun, dia mengingatkan agar mahasiswa tidak terjebak dalam fanatisme organisasi. "Silahkan bergabung dengan organisasi apa pun, tetapi hindari memupuk kebencian terhadap pihak lain," tegasnya.
Lebih jauh, Neng Dara menyarankan agar mahasiswa baru tidak terlalu khawatir tentang masa depan. Dia menekankan bahwa fokus utama seharusnya adalah belajar dengan giat dan membangun jaringan yang luas. "Saya hampir tidak pernah mencari kerja; pekerjaan yang datang menghampiri saya," tutupnya, menegaskan bahwa peluang seringkali muncul sebagai hasil dari usaha dan hubungan yang dibangun selama masa kuliah.
Ciputat memang identik dengan tradisi kritis dan forum studi menjadi jiwa dari dinamika intelektualnya. Penulis buku Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas itu menggambarkan betapa kehidupan akademik di Ciputat saat itu dipenuhi dengan energi dan antusiasme. Forum-forum studi menjamur seperti jamur di musim hujan, masing-masing dengan kontribusi berharga dalam mengasah pemikiran dan diskursus.
Meski beberapa forum seperti Indonesian Studies and Advocation Center (ISAC), Piramida Circle, dan Manba'ul Afkar (MAKAR) mungkin telah pudar dari ingatan, Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI) tetap berdiri kokoh, melanjutkan tradisi tersebut. Dari sinilah muncul gelombang pemikir muda, yang tidak hanya memfokuskan diri pada studi keislaman, tetapi juga menjelajah berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, sastra, ilmu politik, filsafat, ekonomi, dan psikologi. Ciputat, dengan segala dinamikanya, tetap menjadi ladang subur bagi ide-ide dan pemikiran yang terus berkembang.
"Iklim intelektual di Ciputat tidak hanya datang dari forum-forum studi, tetapi juga dari organisasi massa mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)," jelas Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia itu. Ia melanjutkan keberadaan organisasi ekstra menghadirkan gelombang kajian keilmuan yang meluas, memberikan kontribusi signifikan pada dinamika intelektual di kampus.
Setelah runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada tahun 1998, Ciputat menjadi pusat kebangkitan gerakan mahasiswa dengan lahirnya berbagai organisasi pergerakan seperti Forum Kota (FORKOT), Lingkar Studi Aksi Demokrasi Indonesia (LS-ADI), serta Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (FAMRED). Pergerakan ini semakin berwarna dengan bergabungnya organisasi-organisasi massa dan seni seperti HMI, Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO), IMM, PMII, Lembaga Dakwah Kampus (LDK), dan Pelajar Islam Indonesia (PII). Bersama-sama, mereka menciptakan iklim pergerakan yang semarak, memadukan kajian keilmuan dengan semangat perubahan yang mendalam.
(Aji Pangestu/Fauziah M./Syarifah Nur K./Foto: Melva Evangelyn, M. Fahri Afrizal, Hermanudin)