Iran, Negeri Kaya Seni
Oleh Siti Mufarida
SEDERAN foto karya seorang fotografer Iran, Mohammad Rizal, terpasang di dinding-dinding stan. Foto-foto tersebut menggambarkan tentang beragam kebudayaan masyarakat serta lingkungan geografis Iran. Selain itu, terpampang pula foto-foto tentang tradisi masyarakat Muslim Bengkulu dan Minang di Indonesia dalam perayaan menyambut 10 Muharram (hari Asyyura) yang dikenal dengan Tabut. Tabut sendiri tak lain adalah upacara perayaan mengenang wafatnya cucu Rasulullah, Sayyidina Husein, yang terbunuh di Padang Karbala, Irak, oleh pasukan yang dipimpin Yazid bin Muawiyah pada tahun 61 Hijriyah.
Foto-foto yang di pasang di stan dalam Pekan Festival Seni Budaya Pemuda Muslim Iran dan Indonesia yang digelar di Auditorium Utama Kampus UIN Jakarta sejak Selasa-Kamis (9-11/3) itu cukup mengundang banyak perhatian pengunjung. Bahkan, sejumlah stan Iran lain yang menampilkan berbagai karya seni, tak luput dari perhatian pengunjung yang mayoritas mahasiswa UIN Jakarta. Sebut saja misalnya seni melukis, kaligrafi maupun paper cutting atau seni menggunting ornamen dari kertas karbon. Stan-stan ini setiap hari selalu dipadati pengunjung yang ingin menyaksikan langsung para seniman Iran mendemontrasikan kepiawainnya dalam bidang seni.
“Iran memang sangat mencintai seni Islam. Faktanya, banyak sekali bermunculan seniman-seniman Muslim di Iran dan sudah terbukti Iran merupakan salah satu pusat utama seni Islam di dunia,†ujar Rabbani, staf Kedubes Iran untuk Indonesia. Tak hanya itu, Iran pun telah mampu menghasilkan para seniman musik, baik sebagai musisi maupun penyanyi.
Dari beragam kebudayaan Iran yang ditampilkan, seni kaligrafi, paper cutting dan melukis sepertinya cukup banyak dikagumi pengunjung. Kaligrafi misalnya, seorang seniman Iran dengan piawai mampu menorehkan ujung pena yang terbuat dari bambu di atas media kertas karton dengan apik dan indah. Goresan pena yang membentuk huru-huruf Arab itu dibuat dengan gaya khat nasta’liq, salah satu aliran seni kaligrafi Islam. Saking indahnya, tak sedikit di antara pengunjung yang meminta untuk dibuatkan namanya dalam tulisan Arab. “Bagus juga jika diberi frame,†ujar Nining, pengunjung yang cukup lama antre menunggu giliran.
Kaligrafi Arab yang bergaya nasta’liq ini merupakan murni hasil ciptaan para kaligrafer Iran. Uniknya, seperti karya-karya kaligrafi yang dipamerkan di stan itu, ornamennya di buat di atas kertas minyak. Hal ini tentu saja menambah wawasan para pecinta seni kaligrafi Islam.
Sebagaimana dikatakan Rabbani, pemerintah dan masyarakat Iran sangat mengapresiasi berbagai karya seni. Karena itu, hampir di setiap sudut di Iran tak lepas dengan ornamen seni dalam beragam bentuk dan karya.
“Iran memiliki banyak kekayaan tentang seni dan kebudayaan. Dengan alasan itu pula Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Iran pada tahun 2008 lalu,†kata Wakil Kementerian Pendidikan Nasional RI Dr Fasli Jalal seusai membuka Pekan Persabahatan Mahasiswa Muslim dan Pekan Seni Budaya Pemuda Indonesia-Iran, Selasa (9/3) kemarin.*
Â
Â