Integrasi Agama dan Sains dalam Pembelajaran dengan Kurikulum Model Blok
Di wilayah penerapannya, rancangan integrated curriculum mengambil bentuk yang sangat variatif. Selain model tersebut kini banyak digunakan para pengguna kurikulum dari berbagai latar belakang keilmuan substantive. Kecenderungan dunia akademik menunjukan bahwa profesionalisme dosen lebih ditentukan oleh kapasitas keilmuan substantif dibanding keilmuan pedagogiknya. Tetapi, ketika para dosen memasuki profesi sebagai pendidik, mereka akan menggunakan kurikulum, rancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar. Mereka juga akan banyak berinovasi tanpa terlalu banyak merujuk teori-teori dasar pedagogik karena sudah memiliki pengalaman empirik pada program studi, baik di dalam kelas maupun bimbingan para mahasiswa.
Salah satu hasil inovasi yang sangat luar biasa adalah pengembangan kurikulum blok. Menurut Juli Sarama dari The State University of New York, kurikulum ini mampu memadukan isi berbagai cabang ilmu secara lebih solid, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, high order thinking, dan memahami aplikasi dari ilmu yang dipelajari para pelajar/mahasiswa. Kurikulum ini didesain dengan memetakan pencapaian kompetensi para mahasiswa melalui sajian program pembelajaran yang dikemas dalam beberapa blok yang diintegrasikan sesuai kepentingan skill, keterampilan, keahlian, sikap dan attitude para mahasiswa, bukan mata kuliah yang terpisah dan tidak saling terintegrasi.
Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dengan kompetensi lulusan guru profesional yang mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran PAI di SD, SMP, SMA, dan SMK misalnya, kurikulumnya bisa didesain menjadi beberapa blok kurikulum. Mulai dari blok landasan pendidikan, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran, sebagai blok-blok yang bisa membangun kompetensi keguruan. Sementara untuk kompetensi ilmu keagamaan yang akan mereka ajarkan pada para siswa, diperlukan blok-blok al-Qur’an, al-Sunah, Fiqh, Ilmu Kalam dan Aqidah, Ilmu Akhlak, dan Sejarah Peradaban Islam. Tetapi sebelum memasuki mata kuliah keahlian tersebut, sebaiknya didahulukan blok pembinaan karakter bangsa, berfikir ilmiah, serta skill lab keguruan dan praktik keguruan. Dengan demikian, untuk Prodi PAI hanya dibutuhkan sekitar 13-15 blok yang dapat mereka tempuh dalam delapan semester. Tetapi, model kurikulum ini belum difikirkan untuk dirancang di FITK, kendati sudah disarankan oleh external reviewer dari Australian Catholic University (ACU).
Ini hanya sekedar contoh saja, karena kurikulum Prodi PAI di UIN Jakarta maupun Prodi-prodi PAI di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Indonesia masih disusun dengan struktur subject centered curriculum.
Penyusunan rancangan perkuliahan yang diatur dalam sistem blok juga berpengaruh terhadap rancangan bahan ajar yang disusun secara komprehensif dari berbagai subject matter yang tergabung dalam satu blok, yang memiliki relasi sangat kohesif antara satu dengan lainnya dalam konteks implementasi atau aplikasi keilmuan tersebut dalam sebuah profesi atau prilaku sosial. Umpamanya dalam bidang manajemen, seorang manajer ketika akan merancang sebuah perencanaan bisnis, maka desain perencanaannya itu melibatkan keahlian moneter, sosiologi, psikologi, dan perdagangan.
Oleh karena itu, agar belajar membuat perencanaan yang baik dan benar, maka semua cabang keilmuan tersebut dipelajari pada jam yang sama di dalam kelas yang sama, dengan tema yang lebih empirik dan melibatkan semua cabang keilmuan tersebut yang dituangkan dalam modul bahan ajar, dan dipelajari dalam sebuah interaksi belajar yang berpusat pada mahasiswa, serta diikuti dengan praktik di laboratorium untuk berlatih membuat perencanaan bisnis yang baik. Dengan demikian, setiap mahasiswa manajemen, sudah terlatih benar bagaimana membuat perencanaan bisnis yang baik dan benar. Itulah model rancangan pembelajaran yang sekarang populer dengan kurikulum sistem blok, dan dipakai di hampir semua Prodi Pendidikan Dokter (PSPD) di Indonesia, termasuk PSPD di FKIK UIN Jakarta.
Terkait kurikulum ini, American Association for the Advancement of Science (AAAS) mengembangkan sebuah rancangan pendidikan dengan nama “Project 2061†dan menerbitkan sebuah buku bertajuk Designs for Science Literacy (2001). AAASjuga menawarkan kurikulum dan rancangan bahan ajar melalui model blok dengan berbagai macam kategori. Umpamanya, untuk kategori blok aplikasi yang menekankan aplikasi ilmu, matematika, dan teknologi, maka dibuat blok aplikasi ilmu yang terdiri dari mata kuliah Chemistry and Society, Public Opinion Polling, and Science and Crime. Kemudian, bisa juga dikembangkan blok cabang ilmu yang mendekatkan berbagai aspek penting dari isi, metode, dan konsep struktur dari sebuah cabang ilmu. Contohnya, menggabungkan antara antropologi, statistika, probabilitas, dan biokimia. Inilah dinamika pengembangan blok yang sangat tergantung pada kompetensi akhir yang harus dicapai mahasiswa. Dimana tidak ada satu content-pun yang dipelajari tidak terkait dengan kompetensi kesarjanaan mereka.
Kurikulum dan pembelajaran dengan model dan sistem blok ini, kini diimplementasikan di PSPD UIN Jakarta, seperti juga di PSPD perguruan tinggi lain yang sangat kental dengan profesionalitas para alumninya yang akan menjadi dokter.
Tantangan yang muncul kini adalah, bagaimana mengintegrasikan agama pada sains ketika pembelajaran sainsnya sendiri sudah terintegrasi secara ketat antar berbagai cabang keilmuan yang berkorelasi satu sama lain dalam implementasi empiriknya, dan bahkan sudah tersusun dalam sebuah modul pembelajaran. Untuk hal itu, disarankan agar ada satu blok pendidikan akhlak mulia yang mempersiapkan para mahasiswa mengetahui tata cara beragama yang baik sekaligus memiliki kesadaran kuat untuk bisa mengamalkan agama dalam seluruh perjalanan hidup mereka.
Kemudian, untuk memperkuat integrasi agama pada sains dilakukan dengan insersi perspektif agama tentang sains yang mahasiswa pelajari dimana insersinya tidak harus dalam seluruh blok dan modul, melainkan dipilih pada bagian-bagian kajian yang sangat kuat relevansi doktrin keagamaan dengan formulasi sains yang dipelajari mereka. Pada umumnya, pesan-pesan keagamaan pada sains, bisa dimunculkan dalam tema-tema tentang alam semesta, manusia, dan tumbuhan, yang menekankan akan kuatnya peran Tuhan dalam proses penciptaan alam semesta ini.
Dengan demikian, integrasi agama dan sains justru diprogramkan pada blok-blok sains itu sendiri, bukan pada blok keagamaan, karena blok keagamaan memiliki tugas dan fungsi membelajarkan para mahasiswa untuk memahami agama, meyakini sistem kepercayaan yang diatur dalam Islam, menguasai dan mampu mempraktikkan amaliah yang harus dikerjakan setiap Muslim, serta berbagai norma etika sosial dan etika profesi yang juga harus mereka budayakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan itu cukup satu blok Agama Islam dengan bobot sekitar 3 SKS. Sementara untuk membangun keyakinan bahwa sains itu merupakan bagian dari agama, justru harus diinsersi dalam blok sains yang dirancang secara elective, bukan pada setiap pokok bahasan.
Wallahu a’lam bi al-shawab.
Sumber Bacaan:
American Association for the Advancement of Science (AAAS), 2001. Designs for Science Literacy. Oxford University Press: USA.
Sarama, Julie. Technology in Early Childhood Mathematics: Building Blocs as an Innovative Technology based Curriculum. National Science Foundation: USA.