ICEMS 2024 Hari Kedua: Bahas Kompleksitas Integrasi Multikulturalisme dan Literasi dalam Pendidikan

ICEMS 2024 Hari Kedua: Bahas Kompleksitas Integrasi Multikulturalisme dan Literasi dalam Pendidikan

Muhammad Yunus Theater FITK, Berita UIN Online - Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta melanjutkan The 9th International Conference on Education in Muslim Society (ICEMS) 2024 untuk hari kedua pada Kamis (15/08/2024) di Teater Muhammad Yunus FITK. Konferensi ini mengeksplorasi lebih dalam tentang integrasi multikulturalisme dan literasi dalam lanskap pendidikan.

Direktur Jenderal Pendidikan, Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag., Tinggi Keagamaan Islam, membuka sesi dengan menekankan pentingnya literasi kritis dalam pendidikan. "Literacy is more than ability to read and write. There are knowledge, competence and critical thinking in term 'literacy'," ujarnya.

Prof. Hamdi menambahkan bahwa tujuan pendidikan harus mencakup pengetahuan, keterampilan, dan pemikiran kritis. "Any purpose of education we choose, there are three things: knowledge, skill, and critical thinking," tegasnya.

Sementara itu, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., dalam welcoming speech-nya menyoroti pentingnya memahami semua aspek kehidupan manusia dalam menghadapi tantangan pendidikan. "We need to understand all aspects of human life. I hope this international conference can inspire and strengthen our understanding in the educational field," katanya.

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. dari UIN Jakarta membahas tantangan masa depan bagi generasi muda Indonesia. Ia menekankan pentingnya pendidikan multikultural dalam mempersiapkan siswa menghadapi pasar kerja global. "Multicultural Education is a wholistic system consist of instructional approach to develop cultural pluralism, respect for difference of ethnics, religions, and denying all kinds of discrimination," jelasnya.

Prof. Dr. Zulfiani, M.Pd. dari UIN Jakarta memaparkan pentingnya desain pembelajaran sains berbasis budaya lokal. "A science learning design based on local culture is one example that can be applied to science courses to foster multicultural character values," ungkap nya.

Prof. Dr. Ratna Sari Dewi, M.Pd. dari UIN Jakarta menyajikan temuan penelitian tentang religiusitas dalam pendidikan. "Data showed that 65% of religiosity is about the connection between humans and God strongly agreed. However, it is important to note that 62% agreed that connected in the community is also important," paparnya.

Konferensi ini menyoroti pentingnya integrasi multikulturalisme dan literasi dalam pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global. Para pembicara menekankan perlunya pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek kultural, sosial, dan spiritual dalam proses pembelajaran.

ICEMS 2024 ditutup dengan kesimpulan bahwa urgensi multikulturalisme dalam integrasi pendidikan semakin mendesak di era globalisasi. Pendidikan multikultural tidak hanya penting untuk membangun toleransi dan saling pengertian, tetapi juga krusial dalam mempersiapkan peserta didik untuk berhasil di pasar kerja global yang beragam. Integrasi nilai-nilai multikultural dalam kurikulum, metode pengajaran, dan budaya sekolah dianggap sebagai langkah strategis untuk menciptakan generasi yang mampu berpikir kritis, menghargai perbedaan, dan berkontribusi positif dalam masyarakat yang plural.

Para peserta konferensi sepakat bahwa implementasi pendidikan multikultural harus dimulai dari tingkat kebijakan hingga praktik di ruang kelas, melibatkan semua pemangku kepentingan dalam ekosistem pendidikan. Dengan demikian, diharapkan diskusi dan wawasan yang dibagikan dalam ICEMS 2024 akan mendorong inovasi dalam praktik pendidikan di Indonesia, khususnya dalam konteks masyarakat Muslim yang beragam, serta menjadi katalis untuk perubahan positif dalam sistem pendidikan nasional.

Silahkan simak hari kedua konferensi internasional tersebut dalam rekaman live streaming melalui tautan berikut:

https://www.youtube.com/live/uLhNJqf5S00?si=9DCvvNjCdLYzKW-O

Foto Dokumentasi:

ICEMS 1

(Rizkiyah Gustiana N./Fauziah M./Syarifah Nur K./Foto: Aryo D. Penangsang, Hermanudin)