Ibu Hebat, Negara Kuat
Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Peringatan Hari Ibu bukan sekadar seremoni rutin, tetapi harus menjadi momentum penting dan komitmen luhur untuk menggugah kesadaran kolektif akan pentingnya multiperan ibu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa. Sayangnya, tidak semua ibu di negeri tercinta mendapat pendidikan terbaik, sehingga multiperan dan fungsinya dalam menyiapkan generasi unggul tidak optimal.
Tidak semua ibu itu sehat, hebat, dan bermartabat, karena terhimpit oleh persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, bahkan terisolasi dari kemajuan sains dan teknologi. Idealnya, ibu dan segenap komponen bangsa lainnya berkontribusi besar dalam mencetak generasi unggul dan berkarakter mulia: generasi beriman yang menguasai sains, memiliki keterampilan, profesional, dan integritas moral yang tinggi. Ibu harus menjadi figur teladan, misalnya, dalam pemberantasan korupsi, karena ibu pasti tidak pernah mengajarkan putra-putrinya untuk korupsi.
Generasi unggul dan hebat akan dapat diwujudkan apabila ibu yang melahirkan, membesarkan, mengasuh, mendidik, dan menyayangi putra-putrinya itu juga hebat. Mengapa ibu harus hebat? Karena rasa keibuan, ketulusan, kesabaran, dan kasih sayang ibu menjadikannya sakaguru bangsa yang luar biasa dalam menyukseskan keluarga dan generasi muda harapan bangsa. komitmen, perhatian, edukasi, dan kasih sayangnya terhadap generasi masa depan.
Ibu hebat adalah modal intelektual, moral, dan sosial yang sangat berharga sebagai tiang negara yang kuat. Karena itu, peringatan Hari Ibu menjadi sangat penting dimaknai dalam konteks mewujudkan negara bangsa (nation state) yang kuat, berdaulat, dan bermartabat melalui peran ibu yang hebat. Bagaimana menghebatkan kaum ibu agar berkontribusi dan berdedikasi tinggi dalam pembangunan keluarga dan masa depan bangsa?
Sekolah Keibuan
Diakui bahwa sebagai tiang negara, ibu adalah sumber kasih sayang, motivasi, dan inspirasi bagi semua, karena dedikasi dan pengorbannya yang tiada tara. “Kasih ibu itu sepanjang masa”, demikian lirik sebuah lagu.
Hafiz Ibrahim, sastrawan Mesir, pernah menyatakan, “Ibu itu bagaikan sekolah kehidupan. Jika engkau siapkan (didik) dia dengan baik, berarti engkau telah menyiapkan bangsa berkarakter dan berkepribadian baik.”
Ibu merupakan sekolah kehidupan pertama dan utama bagi siapapun, karena melalui sentuhan kasih sayangnya siapapun pernah dididik, dirawat, dibina, dilatih, dibiasakan dan disukseskan olehnya. Sedemikian hebatnya peran edukatif ibu, sehingga bahasa pertama yang dikuasai anak disebut bahasa ibu (mother tongue), bukan bahasa ayah atau bahasa kakek.
Selain kehangatan dan kedekatan emosional, ibu mampu berperan sebagai role model dalam kasih sayang keibuan yang tidak dijumpai di lembaga pendidikan manapun. Ibu adalah pemilik dan pengembang sekolah keibuan. Di dalam sekolah kasih sayang inilah proses peneladanan dan pembiasaan kepribadian dan karakter positif dibentuk.
Di pangkuan kelembutan ibu, anak-anak tumbuh, berkembang, menjadi dewasa dan generasi penerus bangsa dengan belaian cinta. Karena itu, wajar bahwa surga berada di bawah “telapak kaki” ibu.
Sekolah cinta kasih itu memang harus by design, dipersiapkan dengan baik. Para ibu penting memiliki ilmu dan wawasan parenting kepengasuhan dan kependidikan bagi anak-anaknya. Karena sekolah cinta kasih itu merupakan potensi alami yang perlu dikembangkan dan dimatangkan melalui proses edukasi yang benar, berbasis nilai kasih sayang.
Idealnya, pendidikan calon ibu itu setara dengan pendidikan kaum lelaki. Bahkan calon ibu perlu dibekali wawasan kepengasuhan, keperawatan, kesehatan, dan kepribadian bagi anak.
Di sekolah keibuan, seorang ibu tidak hanya mengasuh, merawat, dan membesarkan anak, tetapi juga berperan penting dalam mendidik, membentuk sikap dan karakter anak, membiasakan gaya hidup positif dengan keteladanan yang baik (uswah hasanah). Dengan kolaborasi simbiosis mutualisme dengan ayah, ibu “mewakafkan” segala perhatian, kasih sayang, pikiran, dan tenaganya untuk mencerdaskan, mencerahkan, dan mengantarkan putra-putri mereka menjadi generasi hebat, sukses, dan bahagia dunia dan akhirat.
Sekolah cinta kasih ibu adalah sekolah keimanan, keilmuan, keadaban, kesalehan, kepribadian, kearifan, dan harapan masa depan. Melalui sekolah inilah, para pemimpin bangsa dan dunia pernah dilahirkan.
Di sekolah ini pula generasi muda calon pemimpin masa depan belajar “bermimpi besar” tentang masa depan, belajar bersikap benar dan berperilaku jujur, disiplin, tekun, bertanggung jawab, welas asih, dan bersabar demi meraih dan mewujudkan cita-cita mulia.
Dengan kata lain, ibu bisa menjadi hebat, apabila dipersiapkan dengan benar dengan sistem pendidikan integratif yang unggul dan efektif, sehingga dari ibu hebat, negara dan bangsa menjadi sehat, kuat, bermartabat, dan berdaulat.
Masyarakat Ilmu
Jika dikembangkan by design (secara terprogram), sekolah keibuan bisa menjadi cikal bakal dan modal sosial dari masyarakat ilmu. Sekolah keibuan adalah kunci transformasi Indonesia menuju masyarakat ilmu yang berperadaban dan berkeadaban. Idealnya, ibu hebat mampu menjadi inspirator bagi warga bangsa untuk menjadi generasi sehat, cerdas, berilmu, berwawasan luas, berpikir inovatif, berkinerja produktif, dan berakhlak mulia.
Dalam sekolah keibuan, budaya membaca, meneliti, menulis, berkarya dan mengembangkan ilmu berbasis riset bisa dikembangkan, apabila ibu hebat memiliki kesadaran ilmiah dan kecintaan yang tinggi terhadap ilmu. Karena budaya masyarakat ilmu adalah budaya akademik yang berorientasi kepada pemajuan ilmu dan pembangunan peradaban bangsa berkemajuan.
Ibu hebat harus tampil sebagai inspirator terwujudnya budaya masyarakat ilmu seperti: cinta kebenaran dan keadaban, antikebodohan, antikemunduran, antikemiskinan, antiketerbelakangan, dan antipenjajahan. Ibu hebat, negara kuat, apabila ibu inspirator masyarakat ilmu memiliki kepedulian tinggi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Ibu hebat, negara kuat manakala sekolah keibuannya sukses menyemai dan membentuk warga bangsa yang saleh dan muslih (berjiwa reformis dan konstruktif).
Ibu hebat, negara kuat apabila dalam masyarakat ilmu tumbuh dan berkembang nilai-nilai keadaban, kearifan, kedamaian, kejujuran, kemajemukan, dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Jadi, ibu hebat harus menjadi role model dalam berakhlak mulia, berjiwa kebangsaan, dan berwawasan kemanusiaan.
Masyarakat ilmu tidak hanya penting dikembangkan, tetapi juga sejatinya mebudayakan kesantunan dan kerukunan, tidak menebar ujaran kebencian dan permusuhan sesama warga bangsa. Masyarakat ilmu pasti mengedepankan rasionalitas, kerukunan, keutuhan, dan integrasi bangsa dengan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan keindonesiaan yang adil dan beradab.
Karena itu, ibu dengan sekolah cinta kasihnya penting memelopori gerakan pengembangan masyarakat ilmu yang berkeadaban dengan internalisasi nilai-nilai moral dan budaya berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Pengembangan masyarakat ilmu harus berbasis nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Masyarakat ilmu harus menjadi pilar demokrasi dalam civil society.
Apabila ibu hebat, maka negara menjadi kuat. Ibu hebat, negara kuat apabila warga bangsa ini bertransformasi menjadi masyarakat ilmu, berbudaya riset dan berorientasi kesejahteraan rakyat. Ibu hebat, negara kuat ketika masyarakat mencintai ilmu, gemar membaca, dan menghasilkan produk keilmuan yang berorientasi kepada pemajuan peradaban bangsa.
Ibu hebat, negara kuat selama spirit merawat dan mengawal NKRI dari ancaman disintegrasi menjadi komitmen semua pihak, khususnya kaum ibu. Keberagamaan dan kebangsaan dari sekolah cinta kasih akan dapat diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berorientasi kemaslahatan, keadilan, dan kesejahteraan untuk semua.
Jadi, ibu hebat, negara kuat harus diwujudkan dengan mengedukasi warga bangsa untuk berideologi dan berkepribadian Pancasila secara istikamah. Jika ibu hebat, ayah hebat, dan pemimpin hebat, pasti negara dan bangsa ini akan semakin kuat, berdaulat, bermartabat, dan bersemangat dalam mewujudkan baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur: negeri adil makmur, gemah ripah loh jinawi, rukun dan damai. Damai dan sejarahteralah bangsa ini, jika kaum ibu dengan sekolah cinta kasihnya mampu menginspirasi terwujudnya masyarakat ilmu, berperadaban maju dan berkeadaban mulia.
Dr Muhbib Abdul Wahab MA, Ketua Prodi Magister Pendidikan Bahasa Arab FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Ketua Imla Indonesia. Sumber: https://republika.co.id/berita/qlqgr2282/ibu-hebat-negara-kuat, Selasa, 22 Desember 2020. (mf)