Hakekat Thawaf
Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar
Ibadah formal pertama yang dilakukan hamba Allah SWT ialah thawaf. Berawal ketika malaikat mempertanyakan kebijakan Allah SWT yang ingin menciptakan pendatang baru yang bernama manusia, yang sekaligus akan menjadi khalifah di muka bumi (khalaif al-ardh), kemudian Allah SWT seperti menyentak. “Aku lebih tahu apa yang tidak kalian tidak ketahui” (Q.S. al-Baqarah/2:30).
Menyadari dirinya bersalah, maka para malaikat dalam suatu riwayat menyesali kelancangannya dengan berputar mengelilingi Arasy, istana Tuhan, sambil memohon ampun.
Beberapa waktu kemudian, Allah SWT menciptakan miniatur Arasy bernama Bait al-Ma’mur yang dibangun di bawah ‘Arasy. Di situlah para malaikat melanjutkan pengabdiannya kepada Allah SWT yang diikuti juga oleh planet-planet di jagat raya.
Di tempat ini pula, Adam dan Hawa diciptakan, kemudian ikut melakukan pengabdian kepada Tuhan dengan meniru pola pengabdian malaikat dan planet, yaitu berthawaf mengitari Bait al-Ma’mur yang ada di atas sana.
Lintasan sejarah selanjutnya, giliran Adam dan Hawa melanggar perintah Allah SWT, keduanya dilarang menghampiri pohon Khuldi. Tapi karena godaan Iblis, maka keduanya melanggar, keduanya dibuang ke bumi penderitaan.
Penyesalan yang amat mendalam terhadap kekeliruan ternyata mengundang perhatian dan kasih Tuhan. Penyesalan tersebut menjadi faktor dibangunnya Ka’bah sebagai simbol suci dan rumah pertobatan pertama bagi umat Islam (QS. Ali `Imran/3: 96), yang kemudian terealisasi menjadi rukun Islam kelima, yaitu penunaian ibadah haji bagi mereka yang memenuhi syarat dan kemampuan, sebagaimana diatur dalam ketentuan syari’ah.
Sebuah riwayat disebutkan, ketika Adam diusir dari surga ke bumi, ada satu hal yang paling ia sedihkan, yaitu Adam tidak bisa lagi mengikuti ibadah para malaikat berthawaf mengelilingi ‘Arasy, singgasana Allah.
Kemudian Adam dihibur dengan dibangunnya Ka’bah sebagai Baitullah, miniatur ‘Arasy di bumi. Lalu Adam diperintahkan berthawaf mengelilingi Ka’bah, sebagaimana para malaikat melakukannya di Baitul Ma’mur.
Ibadaht Thawaf adalah cara ibadah menirukan malaikat mengelilingi ‘Arasy, dan ternyata seluruh makhluk makrokosmos di jagat raya juga melakukan “thawaf” yang sama. Misalnya, bulan dan bumi berthawaf mengelilingi matahari, dan matahari beserta seluruh familinya juga berthawaf mengelilingi pusat galaksi, yang oleh para astronom disebut Milky Way atau Galaksi Bimasakti.
Mereka semua dengan setia menyembah kepada Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya: Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Al-Sajadah/22: 18).
Semua planet yang ada di angkasa raya, dengan tekun beredar di atas rel peredarannya. Sedikit saja planet-planet itu melenceng dari garis edarnya, maka akan menimbulknan perubahan komposisi kimia dalam oksigen, atau berbagai akibat fatal lainnya dalam kehidupan manusia. Karena itu manusia perlu menghayati hakekat makna thawaf. (rm id/zm)
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dan Imam Besar Masjid Istiqlal. Artikelnya dimuat Tangsel Pos, Senin 25 Juli 2022. Lihat di https://tangselpos.id/detail/1703/hakekat-thawaf