HADITS SAPU JAGAT
oleh: Syamsul Yakin Dosen KPI Magister FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam kitab Ayyuha al-Walad, Imam al-Ghazali mengutip sebuah hadits Nabi SAW, “Berbuatlah untuk duniamu seukuran posisimu di dunia. Berbuatlah untuk akhiratmu seukuran keabadianmu di sana. Berbuatlah untuk Allah seukuran kebutuhan dirimu kepada-Nya. Berbuatlah untuk neraka seukuran daya tahan dirimu menghadapinya”. Diceritakan dalam kitab itu bahwa Imam al-Syibli mengaku telah berkhidmat kepada empat ratus orang guru. Tak hanya itu, ia pernah berkata, “Aku telah membaca empat ribu hadits Nabi SAW. Lantas aku memilih satu buah hadits saja. Hadits itu aku amalkan dan yang lainnya aku tinggalkan” Menurut al-Syibli hal itu dilakukannya karena ia telah merenungi hadits tersebut. Ia berkesimpulan bahwa satu hadits itulah yang dapat menyelamatkannya. Tak hanya itu, menurutnya, pengetahuan ulama dahulu dan sekarang tercakup di dalam satu hadits tadi. Oleh karena itu ia merasa cukup berpegang teguh dengan hadits yang dikutip di awal tulisan ini. Pertama, berbuatlah untuk duniamu seukuran posisimu di dunia. Posisi atau keberadaan manusia tinggal di dunia sangat sebentar. Nabi SAW bersabda, “Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sedikit dari mereka yang melebihi itu” (HR. Tirmidzi). Maka sejatinya setiap detik yang dilakukan manusia adalah berbuat baik. Dalam Hadits Imam Hakim, Nabi SAW bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara. Masa hidupmu sebelum datang masa matimu. Masa sehatmu sebelum masa sakitmu. Masa senggangmu sebelum masa sibukmu. Masa mudamu sebelum masa tuamu. Masa kayamu sebelum masa miskinmu”. Allah SWT juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasry/59: 18). Nabi SAW berwasiat, “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sejelek-jelek manusia adalah orang yang panjang umurnya dan jelek amalnya”. (HR. Ahmad). Lalu, “(Ada) dua karunia yang kebanyakan orang tertipu olehnya. (Yakni, karunia) sehat dan senggang” (HR. Bukhari). Kedua, berbuatlah untuk akhiratmu seukuran keabadianmu di sana. Ternyata manusia di akhirat kekal abadi. Allah berfirman, “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS. al-A’la/87: 17). Namun sayang kerap kali manusia lalai ihwal urusan akhirat. Allah berfirman, “… Sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai” (QS. al-Ruum/30 :7). Jadi, seharusnya manusia berbuat sebaik dan sebanyak mungkin untuk kehidupan akhirat yang selama-lamanya. Seperti penjelasan Allah SWT, “Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS. al-Ankabut/29:64). Saatnya manusia memilih yang kekal dan lebih baik. Seorang asketis, yakni Malik bin Dinar seperti dikutip al-Syaukani dalam Fath al-Qadir, pernah berseloroh, “Jika dunia itu emas yang fana, dan akhirat adalah tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja manusia wajib memilih yang kekal (yaitu tembikar) dari emas yang fana. Namun, nyatanya akhirat itu emas yang kekal dan dunia itu tembikar yang fana”. Ketiga, berbuatlah untuk Allah SWT seukuran kebutuhan dirimu kepada-Nya. Nyatanya manusia setiap saat butuh Allah SWT. Karena Allah SWT yang memberi hidup dengan oksigen yang disediakan gratis. Setiap hari manusia disuapi makanan dan diberi minum di atas bumi yang dihamparkan. Manusia diberi teman seperti isteri, anak, handai taulan. Ingatlah firman Allah SWT ini, “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir/35: 3). “Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah, “Allah” (QS. Saba’/34: 24). Keempat, berbuatlah untuk neraka seukuran daya tahan dirimu menghadapinya”. Tentu ada manusia yang kuasa menghadapi neraka. Inilah dahsyatnya api neraka, “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul" (QS. al-Ahzab/33: 66). Tentu masih banyak ayat yang menggambarkan neraka itu lebih dahsyat lagi. Namun perlu diungkap juga di sini bahwa wanita adalah yang terbanyak menghuni neraka. Nabi SAW bersabda, “Aku melihat surga, ternyata kebanyakan penghuninya adalah fuqara. Aku pun melihat neraka dan ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita” (HR. Bukhari). Dalam hadits yang bersumber dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalau kalian melihat apa yang aku lihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. Para sahabat bertanyaa, “Apa yang Engkau lihat, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Aku telah melihat surga dan neraka” (HR. Muslim).*(sam/mf)