Hadapi Bonus Demografi, Generasi Muda Diminta Siapkan Kompetensi Diri
Ruang Diorama, BERITA UIN Online – Saat ini jumlah generasi muda terdapat sekira 20 persen dari total 100 persen penduduk Indonesia. Namun, dalam kurun 20 tahun kemudian, angka 100 persen penduduk Indonesia itu akan dipimpin oleh mereka.
Demikian disampaikan Dewan Syari’ah Al-Malik Travel, Bahroin Suryantara, saat menjadi pembicara pada Workshop Peningkatan Kualitas Calon Alumni UIN Jakarta bertajuk “Melejitkan Potensi Diri Menjadi Muttaqin Berprestasi” di Ruang Diorama, Selasa (8/11/2022).
Pria yang akrab disapa Abah itu menyebutkan, ada beberapa tantangan yang mesti dihadapi generasi muda Indonesia, seperti pada periode 2020-2045. Pada masa ini Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, yaitu terdapat 70 persen jumlah penduduk Indonesia dalam usia produktif atau sekitar 15-64 tahun, sedangkan sisanya 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif atau usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun.
Tantangan lainnya, dia menambahkan, akan ada pekerjaan yang hilang, seperti tenaga jasa penyiapan makanan, administrasi perkantoran, jasa transportasi, dan produksi manufaktur non-auto. Hal itu terjadi karena mulai tahun 2030 mendatang, sekira 400-800 juta pekerjaan akan tergantikan dengan teknologi.
“Namun, kabar baiknya, akan muncul peluang kerja, seperti data scientist dan data analysts, spesialis artificial intelligence, software dan game developer, serta analis big data,” lanjut dia.
Pada era digital dan keterbukaan informasi itu, menurut Bahroin, terdapat empat orang yang tidak laku di abad ke-21, yaitu orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, tidak memiliki keterampilan, tidak tahan banting, dan tidak berakhlak.
Dai menegaskan bahwa kompetensi dan karakter yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah seseorang yang memunculkan potensi, menghadapi ujian dengan senyuman, membangun jembatan silaturahmi dengan meruntuhkan tembok kesombongan, dan membuang hal yang tidak perlu dari diri sendiri.
“Membuang bagian yang tidak diperlukan itu salah satu ciri orang bijaksana. Selain itu, kompetensi yang dibangun pun harus benar,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta itu.
Mengingat hidup hanya sekali, jelas Bahroin, maka jangan melakukan hal yang biasa-biasa saja, tetapi sebaliknya harus menjadi manusia luar biasa. Hal itu sama dengan kuliah yang memberi semangat luar biasa.
Menurutnya, semua kualitas kebahagiaan diri di masa yang akan datang berbanding lurus dengan kualitas kerja di masa lalu. Sebab, sekecil apa pun kebaikan di dunia, maka akan dikembalikan bonus-bonusnya oleh Allah. Begitu pula sebaliknya.
“Mulailah memilih dan menekuni pekerjaan yang Anda cintai (passion), dan bukan yang bergengsi. Kalau Anda mengerjakan hal yang dicintai secara terus menerus, maka Anda akan menjadi ahli. Jadi, nanti uang yang akan mengikuti,” pesan dia.
Sementara itu, Marketing Communication Supervisor PT Dana Syariah Indonesia, Meheso Jenar, mengungkapkan, di era digital saat ini banyak perusahaan yang membuka peluang bagi lulusan UIN Jakarta untuk mengisi pekerjaan yang dibutuhkan pasar kerja.
“Banyak perusahaan yang membuka peluang pekerjaan digital marketing, cyber security. Namun, sayangnya hanya sedikit yang diterima," ujarnya.
Meski demikian, menurut alumnus FDIK UIN Jakarta itu, pasar kerja tersebut merupakan peluang, terutama peluang pekerjaan di advertising dan digital marketing.Maheso mengatakan, bidang advertising atau periklanan merupakan eksistensi media sebagai industri. Karena itu untuk menjalankan bisnisnya perusahaan harus menjalankan advertising-nya dengan baik. Bahkan biaya advertising biasanya lebih tinggi dari biaya produksi, baik berupa barang maupun jasa.
"Ini merupakan peluang bagus untuk lulusan yang paham perkembangan di era digital dan memiliki skill di bidang-bidang tersebut," pungkasnya.
Workshop digelar Bagian Kemahasiswaan serta dihadiri oleh sekira 100 mahasiswa. (ns/falah aliya)