Habib Ja’far: Membawa Islam Tetap Relevan di Tengah Tantangan Zaman

Habib Ja’far: Membawa Islam Tetap Relevan di Tengah Tantangan Zaman

Auditorium Harun Nasution, Berita UIN Online — Dunia yang terus berubah, tak semua orang mampu menjawab tantangan zaman sekaligus mempertahankan nilai-nilai spiritualitas. Namun Habib Husein Ja’far Al Hadar, alumnus Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hadir sebagai contoh bagaimana Islam bisa tetap membumi di setiap ruang dan relevan di setiap zaman, Ahad (25/05/2025).

Sebagai pendakwah muda yang dikenal luas di media sosial dan berbagai platform digital, Habib Ja’far mengingatkan bahwa generasi milenial dan Gen Z hari ini menghadapi dua tantangan besar dalam beragama: tarikan terhadap keberagamaan yang sangat rasional, dan di sisi lain, keberagamaan yang sangat doktrinal.

“Sebagian orang melakukan hijrah secara total dalam seluruh aspek hidupnya. Tapi ada juga yang lebih memilih pendekatan rasional sebagai panduan dalam beragama,” jelasnya dalam wawancara singkat bersama Tim Humas UIN Jakarta di sela momen wisuda.

Fenomena ini, menurutnya, wajar terjadi di tengah era keterbukaan informasi dan ragam pemikiran yang melimpah. Namun di sinilah pentingnya moderasi beragama—nilai yang ia pelajari dan tanamkan sejak kuliah di kampus Ciputat.

UIN, Ruang Tumbuh Moderasi dan Spiritualitas

Sebagai alumni Fakultas Ushuluddin, Habib Ja’far menegaskan bahwa UIN Jakarta membekalinya tidak hanya dengan wawasan keilmuan, tetapi juga dengan cara pandang beragama yang moderat. “Saya diajarkan untuk berada di tengah, tidak ekstrem ke kanan atau ke kiri. Tapi saya juga dibentuk untuk punya kekuatan spiritual,” tuturnya.

Menurutnya, keberagamaan yang kuat tak hanya diukur dari banyaknya hafalan atau doktrin yang dipegang, tetapi dari kematangan dalam memahami konteks sosial, budaya, dan kemanusiaan. Maka tak heran jika pendekatan dakwahnya terasa segar: ringan, santai, namun sarat makna.

Relevansi Islam di Tengah Derasnya Zaman

Bagi Habib Ja’far, Islam adalah agama yang mampu menembus ruang dan waktu. Tidak terikat oleh bentuk, tapi kuat pada esensi. “Islam itu agama yang selalu bisa dibawa ke zaman apa pun, asal kita pahami dengan cara yang tepat,” ungkapnya.

Ia percaya, kunci keberhasilan generasi muda dalam beragama terletak pada kemampuan untuk memahami Islam sebagai agama rahmat dan hikmah, bukan sekadar aturan. Dengan demikian, dakwah tidak lagi terasa menggurui, tapi justru menjadi ruang dialog yang menyentuh hati.

Habib Husein Ja’far Al Hadar kini tak hanya dikenal sebagai dai muda yang cerdas, tetapi juga sebagai representasi alumni UIN Jakarta yang membawa semangat moderasi, toleransi, dan spiritualitas ke tengah masyarakat—terutama generasi muda yang haus makna di tengah derasnya zaman.

Tips untuk Generasi Muda: Fokus dalam Ibadah di Era Digital

Pada kesempatan tersebut, Habib Ja’far juga memberikan pesan khusus kepada generasi muda. Ia menyampaikan pentingnya tetap menjaga fokus dalam beribadah, terutama di tengah derasnya arus informasi dan distraksi di era digital saat ini.

Ia menegaskan bahwa fokus adalah kunci utama dalam menjalankan ibadah dengan khusyuk dan bermakna. Banyaknya gangguan di media sosial, informasi instan, dan budaya serba cepat, menurutnya, dapat melemahkan perhatian dan merusak kekhusyukan ibadah bila tidak disikapi dengan bijak.

Habib Ja’far mengingatkan bahwa generasi muda harus pandai memilah dan mengelola perhatian. Sejalan dengan ajakannya dalam sambutan sebelumnya—agar alumni UIN Jakarta mengembalikan kepakaran dan keilmuan pada fitrahnya—ia menekankan bahwa menjaga fokus dalam beribadah juga bagian dari memelihara fitrah sebagai manusia berilmu dan beriman.

Pesan ini menjadi pelengkap dari refleksi yang ia sampaikan sebelumnya, yakni bahwa tantangan terbesar saat ini bukan hanya pada tataran ilmu dan keahlian, tetapi juga pada keistiqamahan menjaga nilai-nilai spiritual di tengah dunia yang penuh kebisingan dan opini.

(Aida Adha S./Fauziah M./Syarifah Nur K./Foto: PIH)