Gus Muwafiq Sampaikan Ceramah di Halal Bihalal UIN Jakarta
Auditorium Utama, BERITA UIN Online— KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq hadir dan menyampaikan ceramah dalam kegiatan halal bihalal keluarga besar UIN Jakarta, Rabu (17/5/2023). Dalam tausiahnya, Gus Muwafiq menekankan pentingnya peran perguruan tinggi keagamaan Islam dalam merawat kehadiran Islam di tengah-tengah masyarakat.
Diketahui, UIN Jakarta menggelar kegiatan halal bihalal yang dihadiri pimpinan rektorat, dekanat, lembaga, para guru besar, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, purnabakti, hingga mahasiswa. Kali ini, halal bihalal mengambil tema melalui halal bihalal kita pererat ikatan kekeluargaan dalam kehiduoan kebangsaan sivitas akademika UIN Jakarta.
Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq mengajak pimpinan dan sivitas akademika menjadikan UIN Jakarta sebagai gerbang terdepan dalam pemikiran keislaman yang dibutuhkan dalam konteks keindonesiaan masa kini dan mendatang. "UIN Jakarta terus menjadi garda terdepan pemikiran-pemikiran Islam di Indonesia," katanya.
Menurutnya, pelabelan sejumlah perguruan tinggi keagamaan Islam seperti UIN Jakarta sebagai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak lepas dari harapan diteruskannya perjuangan para wali penyebar Islam di tanah air. Para wali, sebutnya, telah meletakan garis perjuangan penyiaran Islam dengan konsep ro'iyah, musyarakoh, dan musyawarah.
"Nama-nama wali kenapa disematkan di UIN, adalah tidak lain tidak bukan untuk menjelaskan bahwa UIN agar selalu menjadi garda terdepan bagaimana membawa agama tetap menjadi sebuah konsep ro'iyah, musyarakoh, dan musyawarah tetap berjalan," paparnya.
Dalam sejarah penyebaran Islam misalnya disebutkan beberapa tokoh wali seperti Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel dan lainnya. Nama-nama ini disematkan sebagai identitas sejumlah perguruan tinggi Islam negeri.
Para wali, lanjutnya, merupakan figur-figur cerdas dalam menginternalisasikan Islam dalam kehidupan masyarakat di tanah air yang sudah memiliki peradaban cukup maju. Untuk itu, Islam didakwahkan tidak dengan kekerasan penaklukan perang, melainkan dengan mengambil prinsip ro'iyah.
Konsep roiyah sendiri diambil dari kullukum ro'in wa kullukum mas'ulun 'an roiyatihi. Setiap individu dalam masyarakat didorong menjadi pribadi yang bertanggungjawab termasuk dalam merespons realitas beragam dalam kehidupan sosialnya seperti keragaman suku, bahasa, agama dan lainnya.
Implementasi konsep roiyah sendiri, sambungnya, mendorong implementasi konsep musyarokah dalam rupa kehidupan masyarakat. Sedang dalam kehidupan ini memerlukan implementasi prinsip musyawarah.
Implementasi berbagai konsep ini, tuturnya, menjadikan Islam di Indonesia terus membumi sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim dengan indeks kesalehan tinggi. Ini misalnya terlihat dari jumlah penduduk Muslim terbanyak, masjid terbanyak, lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang, tingginya tingkat keberangkatan haji dan lainnya.
"Islam di Indonesia hidup di tengah-tengah masyarakat, Islam hidup dan berjalan dimana-mana tanpa ada struktur dalam pengertian negara. Sehingga Islam tetap terjaga walau tidak ada negara Islam," tandasnya.
Atas dasar itu, Gus Muwafiq menekankan pentingnya UIN Jakarta untuk meneruskan perjuangan para wali dalam menghadirkan Islam di tengah-tengah masyarakat. Islam harus hadir sebagai agama yang sejuk dan toleran di tengah-tengah pluralitas suku, bahasa, agama dan lainnya.
Sementara itu, Rektor Asep dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan terimakasih sivitas akademika atas kehadiran Gus Muwafiq ke UIN Jakarta. Dalam kesempatan yang sama, Rektor juga menyampaikan hikmah halal bihalal.
Menurutnya, halal bihalal merupakan momentum bagi sivitas akademika UIN Jakarta untuk memperkuat tekad memberikan kontribusi terbaik terhadap UIN Jakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi bagi kemaslahatan hidup umat. "Mari kita isi dengan legacy. jika itu kebaikan, jangan khawatir untuk melakukannya," katanya.
Selain itu, sivitas akademika UIN Jakarta juga harus sinergis satu sama lain sehingga kontribusi kebaikan masing-masing bisa lebih optimal. "Sebagai sivitas akademika UIN Jakarta, tdak ada lagi perbedaan suku, golongan, kelompok, faksi atau lainnya. Kita semua adalah keluarga UIN Jakarta," tandasnya.
"Mari kita bersama-sama berjuang mengembangkan UIN Jakarta untuk go internasional, mewujudkan good corporate governance," pungkasnya. (zm)