Guru Besar FITK Abuddin Nata: Hari Ini Harus Lebih Baik dari Kemarin

Guru Besar FITK Abuddin Nata: Hari Ini Harus Lebih Baik dari Kemarin

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – Guru Besar Bidang Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Abuddin Nata mengatakan  hari ini harus lebih baik dar hari kemarin. Bila hari ini lebih buruk dari hari kemarin berarti termasuk orang celaka.

Abuddin Nata mengatakan hal itu saat memberikan cemarah agama pada acara Halal Bihalal (HBH) Idul Fitri 1441 H yang digelar secara virtual, Kamis (28/5/2020). HBH dihadiri Rektor UIN Jakarta Amany Lubis, Wakil Rektor Bidang Akademik Zulkifli, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Masri Mansoer, Dekan FTK Sururin, para kepala program studi, dosen, dan staf.

Menurut Abuddin, terdapat tiga modal yang harus dilakukan untuk mengubah hari kemarin lebih baik dari hari ini. Modal pertama adalah mosal sosial, yaitu bagaimana meningkatkan kemampuan diri dengan penguatan skil, bekerja lebih cepat dan cerdas serta kreatif dan kolaboratif.

Modal kedua adalah modal kefitrahan, yaitu dorongan untuk selalu ingin tahu tentang berbagai hal, seperti melakukan banyak riset melalui metode bayani, ijbari, burhani, jadali, dan irfani. Metode bayani diambil dari kajian ilmu agama Islam;  ijbari diambil dari kajian ilmu alam; burhani diambil dari kajian ilmu sosial, jadali diambil dari kajian filsafat, dan irfani diambil dari tasawuf.

“Di antara tokoh Islam yang mengembangkan kelima metode ini adalah Ibnu Sina. Dia sosok ilmuwan Islam yang lengkap,” terang Abuddin yang juga Ketua Senat Universitas itu.

Kemudian modal ketiga, lanjutnya, adalah modal spiritual, yaitu peningkatan spiritualitas dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan kata lain, menurut Ketua Senat Universitas itu, Modal spiritual di antaranya bagaimana menghadirkan Allah SWT dalam diri setiap muslim.

Modal spiritual artinya juga bertakwa kepada Allah SWT yang kemudian memunculkan sikap ikhlas, sabar, tawakkal, jujur, dan amanah.

“Modal spiritual ini di antaranya ada dalam puasa Ramadan. Sebab Ramadan mendidik kita untuk bertaubat,” katanya.

Abuddin berharap puasa Ramadan yang baru saja berlalu dapat lebih meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT sesuai dari tujuan puasa itu sendiri.

“Melalui pemahaman dan pengamalan ketiga modal ini kita akan memperoleh keseimbangan hidup. Mudah-mudahan kita dapat mewujudkannya,” katanya. (ns)