Gelar Pelepasan Calon Wisudawan Ushuluddin, Lilik Ummi Kaltsum Bawa Pesan Gus Dur

Gelar Pelepasan Calon Wisudawan Ushuluddin, Lilik Ummi Kaltsum Bawa Pesan Gus Dur

Gedung FU, BERITA UIN Online– Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar acara pelepasan calon wisudawan-wisudawati yang ke-125 secara hybrid (daring dan luring). Acara yang dihadiri oleh 98 wisudawan ini diawali dengan pembacaan Surat Keputusan Dekan yang disampaikan oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Dr. Edwin Syarip, M.Ag. perihal jumlah wisudawan dari setiap Program Studi. Dihelat daring via zoom meeting, dan luring di Ruang Teater H.A.R. Partosentono Lantai 4 Gedung FU. Rabu (24/08/2022).

Kegiatan pelepasan ini dihadiri oleh Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Dr. Edwin Syarip, M.Ag., Ketua Program Studi Ilmu Hadis Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A., Sekretaris Program Studi Ilmu Hadis Dr. Abdul Hakim Wahid, M.A., para ketua program studi dan sekretaris program studi (S1 dan S2), jajaran pejabat struktural, para volunteer, dewan mahasiswa (Dema) serta hadir pula 98 wisudawan/ti.

Sambutan yang cukup berkesan dalam pelepasan calon wisudawan/ti adalah pesan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang disampaikan Lilik Ummi Kaltsum. “Ada pesan dari Gus Dur untuk kalian, yakni tiga hal: pertama, jujur; kedua, terbuka; dan ketiga, memikirkan orang banyak,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Ayatirrahman Parung Bogor saat menyampaikan sambutannya.

Sebelum pada pesan Gus Dur itu, lanjut Nyai Lilik, ada tahapan tak kalah pentingnya yang juga perlu diperhatikan adalah faa-idaa faraghta faa-nshab “maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),” tambahnya.

“Pesan ini jangan sampai berhenti pada prinsip ini; banyak orang stres dan kebingungan setelah diwisuda karena tidak tahu setelah ini terus melakukan apa. Maka, pada ayat berikutnya yakni wailaa rabbika faa-rghab. Setelah pekerjaan satu telah selesai, maka segera berpikir setelah ini kita mau melakukan apa? Ketika kita sudah mengupayakan dengan keras maka gantungkanlah cita-cita kalian kepada Allah,” terangnya lagi.

Menurut istri K.H. M. Mustofa Abd Ghofur ini, pesan Gus Dur yang pertama adalah jujur. Al-Qur’an dan hadis telah banyak menjelaskannya, di mana kejujuran adalah perilaku yang ditunjukkan atau perkataan yang sesuai antara hati dan ucapan. Kedua, terbuka. Keterbukaan harus kita latih mulai sekarang; berteman dengan satu, dua, tiga orang, dan kepada siapa pun harus terbuka, hingga sampai memperoleh amanah/jabatan apa pun harus dengan keterbukaan. Yang ketiga adalah memikirkan orang banyak. Sesuai nasehat para guru bahwa apa yang kita makan di situlah ada rezeki orang lain. Kepandaian dan kecerdasan yang diberikan Allah kepada kalian itu juga ada jatah orang lain, maka jangan segan-segan men-share ilmunya ke orang lain. Nah, inilah bagian cara memikirkan orang banyak.

Lilik melanjutkan nasihatnya kepada wisudawan/ti. “Nanti malam jangan lupa bertafakur. Hari ini kita sudah menolong (membantu) siapa? hari ini kita sudah memikirkan nasib orang lain atau belum? Ketika mata kita mulai melek hingga merem lagi, –mbokyao– jangan yang dipikirkan adalah nasib sendiri; hari ini saya makan apa, saya harus minum apa?,” katanya

Lebih lanjut Lilik mengatakan bahwa “Inilah nasehat guru-guru saya –termasuk Gus Dur–  yang terus saya upayakan hingga saat ini. Gunakanlah sampai seumur hidup kalian. Jangan hanya memikirkan nasib sendiri tapi pikirkanlah juga nasib orang lain,” lanjutnya

Ia berpesan lagi tentang Wallaahu fii ‘awn al-‘abdi maa kaana al-‘abdu fii ‘awni akhiihi. “Kita akan dipikirkan Tuhan kalau kita mau memikirkan nasib orang lain,” imbuhnya.

Dalam akhir sambutannya, Nyai Lilik juga menyampaikan quotes yang cukup bijak serta disambut tepuk tangan para wisudawan/ti. “Pesan terakhir, ‘Kuburlah dirimu dalam bumi kehampaan.’ Artinya adalah prestasi apa pun yang kita capai, seakan kita di atas bumi yang hampa. Kita tidak punya siapa-siapa dan kita tidak bisa apa-apa. ‘Suatu saat kita akan menguburkannya dalam bumi’. Apa pun jabatan/gelarmu nanti, kuburkanlah dalam bumi kehampaan. Supaya apa? Supaya satu sifat iblis yang dihukum Allah itu tidak melekat pada diri kita yaitu kesombongan. Maka kalimat yang perlu ditanam pada diri kita adalah “aku hanyalah, Engkau adalah.” tutupnya. (M. Najib Tsauri/zm)