FK UIN Jakarta Gelar Seminar World Antimicrobial Resistance Awareness Week 2024
Gedung FK, Berita UIN Online– Fakultas Kedokteran (FK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar seminar kesehatan dalam rangka memperingati pekan kesadaran resistensi antibiotik sedunia, Jumat (22/11/2024). Seminar bertajuk World Antimicrobial Resistance (AMR) Awareness Week 2024 mengangkat tema Stop Overuse and Misuse of Antibiotic for Better Future (Educate, Advocate, Act Now).
Bertempat di Auditorium Prof. MK Tadjudin Fakultas Kedokteran, seminar dibuka langsung Dekan Fakultas Kedokteran UIN Jakarta Dr. dr. Achmad Zaki M.Epid., Sp.OT. FICS. Kegiatan sendiri menghadirkan Wakil Dekan FK, Dr. dr. Erike Anggraini Suwarsono M.Pd., Sp.M.K., sebagai salah satu narasumber, bersama Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia Jakarta (PAMKI) dr. Nelly Puspandari, Sp.MK.
Selain dihadiri para mahasiswa, kegiatan juga dihadiri sejumlah audien dari berbagai latar belakang seperti Dharma Wanita Persatuan UIN Jakarta, para pendidik dan tenaga kependidikan dari berbagai unit dan fakultas. Seminar disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube FK UIN Jakarta https://s.id/seminarfkuinjakarta
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Achmad Zaki mengungkapkan seminar hasil kolaborasi bagian Mikrobiologi FK UIN Jakara dengan PAMKI Jakarta dalam rangka World Antimicrobial Resistance (AMR) 2024 bertujuan mengedukasi pentingnya penggunaan antibiotik secara bijaksana. “Kita perlu paham penggunaan antibiotik dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Mengutip data Kemenkes, Dekan Achmad Zaki mengungkapkan, lebih dari 40% antibiotik dikonsumsi Masyarakat tanpa resep. Menurutnya, ini menggambarkan kondisi di masyarakat dan korelatif dengan angka kematian akibat resistensi antibiotik yang mencapai 1,3 juta di tahun 2019.
“Hal yang harus dapat dipahami, sektor kesehatan itu berawal dari rumah tangga. Penggunaan antibiotik harus hati-hati,” ujarnya.
Untuk itu, Dekan Achmad Zaki berharap seminar ini bisa memberi manfaat membangun literasi masyarakat terkait penggunaan obat antibiotik. Literasi ini diperlukan guna memperbaiki kondisi yang ada di masyarakat sehingga bisa terwujud masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.
Narasumber sekaligus Wakil Dekan FK UIN dr. Erike Anggraini Suwarsono mengungkapkan posisi obat antibiotik yang bisa menjadi teman sekaligus musuh. Untuk itu, dr. Erike mengingatkan empat pertanyaan perlu dimunculkan terkait penggunaan obat antibiotik.
“Ada empat pertanyaan yang kita perlu perhatikan mengenai antibiotik, pertama kapan antibiotik menjadi teman? kedua kapan antibiotik menjadi musuh? ketiga bagaimana resistensi dapat menyebar? keempat bagaimana melindungi keluarga kita?” ungkapnya.
Dengan posisi antibiotik seperti demikian, dr. Erike mengingatkan masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan antibiotik. Menurutnya, sikap tidak bijak dalam penggunaannya akan berdampak negatif. “Siapapun bisa mengalami resintensi akibat antibiotik jika tidak digunakan secara bijak,” ingatnya.
Sementara itu, dr. Nelly Puspandari menjelaskan resistensi antimikroba telah menjadi masalah kesehatan global. Penggunaan berlebih telah berdampak pada kesehatan masyarakat dengan mengakibatkan kesulitan dalam pengobatan infeksi, terbatasnya pilihan pengobatan, meningkatnya biaya perawatan dan meningkatkan angka kematian.
“Berdasarkan prediksi, di tahun 2050 akan ada 10 juta kematian yang disebabkan oleh resistensi antimikroba. Kematian yang disebabkan resistensi antimikroba lebih besar dibanding kematian yang disebabkan HIV, TB, dan Malaria,” jelasnya.
- Nelly Puspandari juga mengingatkan untuk patuh terhadap pengobatan dengan antibiotik dan bersikap kritis saat diberikan antibiotik oleh tenaga kesehatan. “Sebagai pengguna, kita diperbolehkan bertanya saat diberikan antibiotik oleh tenaga kesehatan, apa nama obat, kandungannya, khasiatnya, dosisnya, cara penggunaannya, dan efek sampingnya,” tutupnya.
Selain paparan para narasumber, seminar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Terakhir, kegiatan ditutup dengan ditandai tukar menukar cendera mata antara pimpinan Fakultas Kedokteran UIN Jakarta dengan Pengurus PAMKI Jakarta. (Lisnawati/ANM/HMN)