FIXED MINDSET DAN GROWTH MINDSET DALAM DUNIA PENDIDIKAN

FIXED MINDSET DAN GROWTH MINDSET DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Oleh :Abdul Rozak

A GROWTH MINDSET IS BELIEF YOU CAN DEVELOP ABILITIES (CAROL DWECK) Hanya orang-orang dengan mindset berkembang yang memperhatikan informasi yang dapat memperluas pengetahuan mereka. Hanya bagi mereka belajar adalah prioritas. (Carol Dweck)

Pengantar Kemajuan IPTEK yang saat ini memasuki periode 4.0 atau yang sering disebut dengan era revolusi industri 4.0 telah membawa perubahan yang sangat fenomenal dan disruptif. Karena itu era revolusi industri 4.0 sering juga disebut dengan era disrupsi. Perubahan yang terjaid pada era disrupsi ini tidak dapat disepelekan karena bisa saja akan terkena dampaknya. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menghadapi era disrupsi tersebut yang salah satunya dengan dengan menerapkan pola piker yang tepat.

Dalam teori kepemimpinan dan manajemen terdapat kata kunci yang sangat penting dan dapat membuat suato organisasi itu apakah akan stagnan, status quo dan tetap berada di zona aman atau akan menjadi organisasi pembelajar yang selalu siap berubah, beradaptasi, kontekstual, siap menghadapi perubahan dan selalu menghindari dari zona aman. Kata kunci yang dimaksud adalah Fixed Mindset versus Growth Mindset . Mungkin kita sudah pernah mendengar kedua istilah tersebut. Lantas apakah sebenarnya makna dari kedua hal ini?

Fixed dan growth mindset adalah pola pikir yang sebenarnya sangat berbeda atau dapat dikatakan berseberangan. Jadi keduanya memang tidak bisa disamakan dan memang banyak orang dengan pola pikir berbeda. Istilah Fixed Mindset versus Growth Mindset  pertama kali dicetuskan oleh peneliti di Universitas Stanford yaitu Carol Dweck seorang penulis buku psikologi terkenal. Dalam penelitian tersebut ia mencoba menjelaskan kalau manusia memiliki keyakinan berbeda dan percaya pada karakter sendiri. Untuk mempelajari lebih jauh tentang Fixed Mindset vs Growth Mindset  akan dijelaskan satu per satu secara singkat dan sederhana.

Fixed Mindset dan Ciri-Cirinya Fixed Mindset merupakan pola pikir tetap, statis, stagnan dan ajeg sebagai sesuatu yang konstan dalam diri seseorang dan dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa dikembangkan atau dirubah sama sekali. Jadi apapun yang ada dalam dirinya baik kecerdasan atau bakat lainnya sangat mustahil untuk dikembangkan dan merasa cukup. Sehingga mencapai kesuksesan juga tidak mungkin dan perjuangannya berhenti sampai disitu saja.

Perbedaan mendasar Fixed Mindset versus Growth Mindset  inilah yang membuat orang-orang dengan pola pikir tetap tidak bisa berkembang. Bahkan tidak akan ada perubahan positif dalam diri orang dengan pola pikir Fixed Mindset tersebut.

Orang-orang dengan cara berpikir Fixed Mindset selalu saja fokus ke hasil daripada mendasarkan proses. Jadi yang dicapai hanya terlihat suksesnya, kerennya saja yang diinginkan namun tidak mau berproses dalam mencapai tujuan. Orang Fixed Mindset tidak siap dan tidak mau menghadapi resiko, ingin stabilitas dan tidak suka kritik. Fixed Mindset cenderung menghindari berbagai tantangan dan perubahan. Ciri-ciri lainnya dari cara berpikir Fixed Mindset yaitu selalu mengharap untuk dihargai atas sedikit usaha yang sudah dikerjakan. Selalu berkecil hati saat mendapatkan penolakan atau kegagalan yang membuat mereka sulit untuk berkembang dan sering memberikan dan menunjukkan respon negative. Dalam konteks tata kelola pendidikan dan proses pembelajaran Fixed Mindset nampaknya sudah tidak relevan dan tidak diperlukan karena sudah tidak berdaya lagi untuk mendatangkan perbaikan dan perubahan ke arah kemajuan.

Growth Mindset dan Ciri-Cirinya Berbeda dengan pola pikir tetap, jika dibandingkan Growth Mindset  vs fixed mindset jelas sangat berbeda. Orang-orang dengan pemikiran seperti ini sangat menyadari kalau kualitas seseorang bisa didapatkan lewat usaha. Mereka sangat menghargai yang namanya proses sehingga tidak pernah takut mengalami kegagalan. Bahkan saat mengalami kegagalan justru merasa kalau mereka mendapatkan pengalaman baru untuk lebih mengembangkan diri.

Orang-orang yang memiliki cara berpikir Growth Mindset  suka tantangan, siap dibenturkan dengan berbagai pengalaman dari setiap usaha yang dilakukan. Meski terus mengalami kegagalan semangat untuk mewujudkan apa yang diinginkan nantinya akan tercapai juga. Skill dan kecerdasan intelektual yang dimiliki dipercaya dapat terus berkembang seiring dengan kerja keras, usaha serta ketekunan mereka. Sehingga kemampuan dalam diri terus digali karena percaya semua orang bisa pintar.

Growth Mindset, ketika ada tantangan mereka tidak menghindar justru malah mencari tantangan itu sendiri, menjadikan setiap keadaan sebagai peluang dan tantangan yang harus dicarikan solusinya. Mereka yang mempunyai pola pikir Growth Mindset  senantiasa mau berkembang di bawah tekanan sekalipun sehingga mampu membuatnya semakin hebat dan kuat mental. Selain itu siap dengan kegagalan dan terbuka dengan kritik atas usaha yang dilakukannya. Ketika menghadapi hal-hal sulit justru semakin termotivasi untuk bisa menyelesaikan dengan baik bukan menghindar. Tidak heran jika mereka selalu mempelajari hal-hal baru yang pada awalnya sulit namun akhirnya bisa dikuasai juga. Suka melakukan langkah inovasi dan tidak takut dengan perubahan serta anti kemapanan. Pada saat melakukan satu kesalahan mereka tidak fokus pada kesalahan tersebut namun justru melakukan intropeksi diri. Karena percaya bakat saja tidak cukup tanpa ditunjang kerja keras untuk lebih baik. Ciri-ciri lainnya yaitu mereka selalu mencintai apapun yang dilakukan dengan penuh sukacita dan bahagia. Tidak pernah iri dengan kesuksesan orang lain namun mencari inspirasi dari apa yang orang lain dapatkan.

Organisasi (institusi pendidikan) yang maju sangat bergantung pada adanya pola kepemimpinan transfromatif dan pola manajemen perubahan yang didasarkan pada adanya pola piker Growth Mindset . Di tengah situasi dan kondisi dengan perubahan disruptif dan keadaan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) dalam dunia bisnis dan sektor lainnya sebagaimana dikemukakan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus pada 1987 dalam teori kepemimpinan, membuat setiap orang untuk mencari langkah solusi dan cara bagaimana dalam menghadapi VUCA tersebut.

Secara umum, VUCA adalah fenomena yang menggambarkan situasi dunia yang mengalami perubahan sangat cepat dan cenderung tidak bisa ditebak. Pola pikir Growth Mindset menjadi salah satu jawaban yang tepat dalam menghadapi VUCA selain juga bisa diatas I dengan VUCA sebagaimana dikemukakan oleh Bob Johansen, dari Institute for the Future, bahwa mengadaptasi VUCA untuk dunia bisnis dalam bukunya tahun 2009, Leaders Make the Future. Ia mengusulkan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menanggapi ancaman VUCA, yang disebutnya dengan istilah VUCA Prime, yaitu Vision, Understanding, Clarity, Agility. VUCA Prime ini berbeda dengan VUCA

Situasi VUCA juga terjadi dalam berbagai sektor kehidupan manusia termasuk juga dunia pendidikan. Volatility (perubahan drastic-fenomenal). Dunia berubah begitu cepat, bergejolak, tidak stabil, dan tak terduga yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi yang saat ini memasuki era teknologi 4.0. Selain akibat teknologi, volatility juga disebabkan oleh hadirnya COVID 19. Tidak ada yang dapat memprediksi bahwa 2020 menjadi tahun paling buruk bagi hampir semua sektor kehidupan manusia di dunia termasuk di Indonesia.

Uncertainty (ketidakpastian). Kondisi yang terjadi saat ini dan masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan pengalaman masa lalu tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi. Perubahan terjadi begitu cepat dan berlangsung secara disruptif. Ketidakpastian menjadi bagian dari keadaan yang tak terhi ndarkan saat ini.

Complexity (kompleksitas). Kehidupan manusia di dunia super modern saat ini jauh lebih kompleks dari keadaan sebelumnya. Masalah dan akibat yang muncul dalam kehidupan manusia lebih berlapis, berjalin berkelindan, dan saling memengaruhi serta saling berbenturan. Situasi eksternal kehidupan manusia dan perkembangan yang dihadapinya semakin rumit.

Ambiguity (ambigu). Lingkungan bisnis dan dunia usaha serta layanan jasa semakin membingungkan, sarat ketidak jelasan, dan sulit dipahami bila hanya dengan satu pandangan atau pendekatan saja. Setiap situasi dapat menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi. Karena itu memerlukan trans dan ultidisiplin dalam memahami dan memecahkan permasalahan yang terjadi dalam realitas kehidupan manausia.

Menghadapi VUCA tersebut memerlukan pemimpin yang memiliki Growth Mindset  yang dapat menjadikan organisasi sebagai agen perubahan dan agen pembelajar (learning organization). Selain pada diri pemimpin itu tentunya para anggota organisasi tersebut jika saat ini masih memiliki pola pikir tetap (Fixed Mindset) segeralah mulai merubah ke Growth Mindset agar bisa berkembang lebih baik dan cepat. Fixed Mindset tidak akan membawa kemajuan dan perubahan signifikan ke arah perbaikan, justru yang ada hanyalah status quo atau kemandegan organisasi. Sedangkan Growth Mindset mendatangkan kemajuan dan selalu siap menghadapi perubahan. Inovasi hanya bisa terjadi bila ada Growth Mindset. Dalam konteks dunia pendidikan, maka pola pikir Growth Mindset  lah yang cocok untuk diterapkan dalam kepemimpinan, manajemen dan pembelajaran karena pola pikir tersebut merupakan karakter utama dari sebuah proses pendidikan yang secara inheren meniscayakan adanya perubahan.

Pola pikr Growth Mindset dapat terjadi dalam dunia pendidikan dan pembelajaran bila terbangun ekosistem pendidikan yang kondusif dengan manajemen perubahan, agilitif, adaptif, responsif dan model kepemimpinan tranformatif serta suasana pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir diantara dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning, inquiry learning, project based learning, problem based learning, STEM learning dan sejenisnya. Model pembelajaran tersebut orientasinya pada pengembangan 3CAR yaitu critical thinking, creative thinking, computational thinkin, analogical thinking dan reflective thinking. Salah satu tugas dari proses pendidikan atau pembelajaran adalah membentuk kemampuan belajar sepanjang hayat (life long learning). Seorang pembelajar seumur hidup didefinisikan sebagai seorang individu yang mengeksplorasi dan bertanya sepanjang hidupnya. Definisi ini menyiratkan bahwa pembelajar sepanjang hayat selalu berusaha untuk memperluas wawasannya, baik terkait aspek keterampilan maupun pengetahuan. Selain itu, seseorang dapat dianggap sebagai pembelajar seumur hidup ketika mereka terbuka terhadap ide dan perspektif baru dari orang lain.

Orang-orang dengan pola pikir yang berkembang (growth mindset) akan senantiasa menjaga disiplin dan fokus pada upaya mengembangkan kebiasaan baik, belajar secara terus menerus dan mencapai kemajuan lebih baik. Menjadi pembelajar seumur hidup bukan hanya tentang mempelajari apa yang tidak kamu ketahui (learning how to learn), tapi juga mempelajari kembali apa yang telah kamu ketahui untuk diambil hikmahnya (learning how to relearn) dan mempelajari apa yang tidak kamu ketahui terhadap apa yang akan terjadi di masa depan (learning how to unlearn). Ini juga berarti bahwa apa pun yang kamu pelajari, kamu harus dapat menerapkannya untuk penggunaan di masa mendatang. Dengan demikian tugas dan tantangan bagi institusi pendidikan adalah mewujudkan Growth Mindset pada semua kalangan internal pendidikan yaitu pada tataran manajemen institusi dan tataran praksis pembelajaran di semua jenjang pendidikan sejak pendidikan dasar, menengah dan tinggi.(sam/mf)