FITK Kembali Gelar Diskusi Dosen Virtual Nasional

FITK Kembali Gelar Diskusi Dosen Virtual Nasional

 

Gedung FITK, BERITA UIN Online - Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK UIN Jakarta kembali menggelar diskusi dosen bulanan Seri ke-6 secara virtual nasional, Jumat (28/8/2020). Diskusi dibuka Dekan FITK Sururin dan diikuti oleh sedikitnya 80 peserta. Mereka adalah para dosen, mahasiswa, dan kalangan praktisi pendidikan.

Diskusi digelar dalam dua sesi serta menghadirkan Rektor UIN Jakarta Amany Lubis sebagai pembicara kunci. Sesi pertama mengusung tema “Model dan Media Pembelajaran bagi Anak Usia Dini dan Berkebutuhan Khusus (ABK) di Era New Normal menghadirkan narasumber Siti Khadijah dan pembahas Armai Arif serta moderator Meila Dinia Rahim. Sedangkan sesi kedua mengusung tema “Urgensi Pembelajaran dengan Menekankan STEM untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Berpikir Kritis Peserta Didik” dengan narasumber Dwi Nanto dan pembahas Baiq Hana Susanti serta moderator Sujiyo Miranto.

Dekan FTK Sururin dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan guru besar FITK yang hingga kini tetap semangat mengikuti program rutin bulanan dosen. Ia berharap dosen-dosen UIN Jakarta, khususnya dosen FITK, dapat memberikan kontribusi pemikiran dan karya nyata bagi dunia melalui pendidikan.

“Kita berharap UIN Jakarta dapat menjadi kiblat dan rujukan pendidikan di dunia,” katanya.

Rektor UIN Amany Lubis dalam paparannya mengungkapkan, dosen harus banyak berkarya dan mampu mengadaptasi kurikulum di era kenormalan baru, terutama dalam mengembangkan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini (PAUD) dan anak berkebutuhan khusus (ABK). Rektor juga sangat mendukung diadakannya pembelajaran melalui Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM).

“Mudah-mudahan bidang STEM mendapat perhatian serius. Para dosen UIN Jakarta perlu mentransformasi kurikulum untuk mengakomodasi kebutuhan pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman,” ujarnya.

Sementara itu, Siti Khadijah mengatakan, sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi anak usia dini (AUD) saat ini tidak mendapatkan ruh belajar dari gurunya. Pembelajaran di era kenormalan baru ini menjadi hantaman bagi guru, siswa dan orang tua karena semua harus belajar agar tidak mendapatkan pembelajaran yang diskriminatif.

Senada dengan Khadijah, Armai Arif mengatakan, prinsip pembelajaran AUD di masa pandemi pada dasarnya sangat fleksibel. Sebab, yang paling penting adalah bagaimana guru memberikan dorongan, koreksi, dan membuat konten belajar, baik berupa nyayian maupun dongeng dengan pesan moral sesuai umur dan tidak merusak mental anak.

Adapun Dwinanto, yang membahas tentang pendidikan, menegaskan bahwa pembelajaran yang menekankan pada STEM adalah perwujudan dari rencana guru dan dosen dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Pendapat Dwinanto diperkuat oleh Baiq Hana Susanti. Ia mengatakan bahwa STEM memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami berbagai cara belajar dan pemecahan masalah. Namun, STEM akan lebih kompleks jika ditambahkan art, sehingga menjadi STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics).

“Penambahan Art di sini penting agar siswa bisa lebih bebas berkreasi,” tandasnya. (ns)