FITK Gelar Khotmul Quran dan Kajian Nuzulul Quran Seri 2

FITK Gelar Khotmul Quran dan Kajian Nuzulul Quran Seri 2

Gedung FITK, BERITA UIN Online-- Dalam upaya meraih berkah Ramadhan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta menggelar rangkaian kegiatan Khotmul Quran dan Kajian Nuzulul Quran Seri 2 pada Selasa, (4/5/2021) di Ruang Teater Mahmud Yunus Lt 3 FITK.

Kegiatan yang dihadiri seluruh pimpinan fakultas, prodi, dan pegawai ini dimulai pukul 15.30 WIB diawali dengan pembacaan Alquran 7 akhir surat juz 30 diikuti seluruh hadirin.

Didapuk tiga narasumber pada acara tersebut, yaitu Dr Muhbib Abdul Wahab MAg dengan materi Tafsir QS Al-Alaq Ayat 1-5, Meiry Fadilah Noor MSi dengan materi Makna QS Al-Alaq dalam Tinjauan Biologi, dan Dr Sururin MAg Dekan FITK dengan materi Alquran dan Kesehatan Mental.

Meiry dalam pemaparannya menjelaskan proses perkembangan manusia dalam kandungan, proses dari zigot sampai menjadi janin sempurna.

“Nutfah itu terjadi di minggu pertama, minggu kedua menjadi alaqa. Akhir minggu kedua, embrio sepenuhnya di dalam dinding rahim ibu,” ujar Meiry.

Sementara itu, Muhbib yang menjelaskan tafsir QS Al-Alaq Ayat 1-5. Menurutnya, Iqra menjadi perintah pertama pada surat Al-Alaq ini menunjukkan bahwa membaca, menelaah, mengamati, meneliti, mengkaji, dan memahami itu hukum asalnya adalah wajib.

“Qiraah itu merupakan keharusan dalam hidup ini dan tidak ada bangsa di dunia yang maju tanpa dengan literasi membaca masyarakatnya,” ujar Muhbib.

Dijabarkannya, ada lima pesan moral Iqra yang terkandung dalam surat al-Alaq. Pertama, semua ayat Alquran sangat potensial dibaca dan dimaknai sebagai sumber nilai, inspirasi dan aneka ilmu. Dari cara membaca ayat-ayat Alquran lahirlah ilmu tajwid, ilmu nahwu, sharaf, dan ilmu qiraat.

Ketiga, dari pemaknaannya, lahirnya ilmu balaghah, ilmu hukum, ilmu fiqh, ushul fiqh, ilmu akhlak, tasawuf dan sebagainya.

Keempat, dari segi penafsirannya muncullah ilmu al-Qur’an, ilmu Asbab an-Nuzul, ilmu bahasa, tekstologi, dan sebagainya.

Kelima, dari segi kontekstualisasinya dengan kehidupan, al-Qur’an mencerahkan dan memandu peta jalan dan sistem ekonomi, sistem politik, sistem budaya, sistem hukum, sistem perbankan, dan aneka sistem lainnya menuju takwa, pendekatan dan kedekatan manusia kepada Allah SWT dan sesama.

Sebagai penutup, Muhbib menyebutkan empat kesimpulan dari paparannya. Pertama, qiraah bukan hanya perintah Allah, tetapi merupakan kebutuhan, bahkan kenikmatan;

Kedua, ayat 1-5 surat al-‘Alaq berisi pesan dan pelajaran penting tentang pengembngan budaya literasi dan sistem pendidikan yang ideal;

Ketiga, sistem qiraah (pendidikan) yang ideal adalah pendidikan yang bervisi liberasi, transedensi, integrasi dan interkoneksi, berorientasi humanisasi, intelektualisasi, dan moralisasi;

Kelima, proses pembelajaran berbasi iqra itu idealnya mampu membentuk dan mengembangkan budaya literasi, berpikir kreatif dan inovatif, serta mengantarkan peserta didik kepada pencapaian aktualisasi diri.

Sementara, Sururin dalam pemaparannya lebih menekankan kepada upaya menghidupkan kembali pemikiran Prof Dr Zakiah Daradjat tentang Ilmu Kesehatan Mental.

“Kami mempunyai tanggung jawab moral dan akademik untuk meneruskan dan menghidupkan kembali pemikiran Prof Zakiah Daradjat,” ucap Sururin.

Sururin meminta meminta kepada Prodi PAI untuk kembali memasukkan mata kuliah Ilmu Kesehatan Mental yang dulu pernah ada.

“Saya sebagai dosen berharap matkul ini dikembalikan lagi di Prodi PAI karena sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat,” imbuh Sururin.

Selain itu, Sururin secara khusus meminta kepada Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas yang baru untuk memulai mendata dan mengumpulkan dokumen dan karya-karya dosen FITK dan meminta untuk dibuatkan display.

“Saya minta kepada pengelola perpustakaan Fakultas untuk mengumpulkan semua dokumen karya-karya dosen dan dipajang seperti di SPs,” tutup Sururin.

Hadir pada kesempatan tersebut, sejumlah pejabat, dosen, dan tenaga pendidik FITK. (mf/MusAm)