FGD Fikes Kupas Tradisi Ilmiah Islam dalam Ilmu Kesehatan

FGD Fikes Kupas Tradisi Ilmiah Islam dalam Ilmu Kesehatan

Jakarta, BERITA UIN Online-- Pusat Kajian Integrasi Ilmu (Puji) UIN Jakarta kembali menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) virtual bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes), pada Rabu, (30/6/2021).

FGD bertajuk Integrasi Ilmu dan Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam dalam Keilmuan Kesehatan itu dipantik tiga narasumber yang berkompeten. Dua dari UIN Jakarta, yaitu Ketua Puji Prof Dr Rd Mulyadhi Kartanegara dan dosen Pemikiran Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Dr Akhmad Sodiq MA, dan satu dari luar Guru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Prof Dr dr Veni Hadju MSc.

Acara yang dimulai pukul 15.30 sampai 18.00 itu dibuka Dekan Fikes Dr apt Zilhadia Msi. Dalam sambutannya, Zilhadia sangat mengapreasiasi terlaksananya kegiatan ini. Pasalnya, Fikes sedang menyusun pedoman integrasi ilmu keislaman dan ilmu kesehatan sebagai pedoman sivitas akademik Fikes dalam integrasi ilmu.

“Ini beban moral. Realisasinya sudah ada di tahun 2004, namun rumusan integrasi belum dibicarakan secara serius dan belum punya desain yang baik untuk dilakukan,” ujar Zilhadia pada acara yang diikuti 127 peserta itu.

Desain sudah ada, sambungnya, tapi pada level lebih kecil. Kita ingin pada level Fakultas mempunyai pemahaman yang sama tentang integrasi ini.

Sementara, Sodiq dalam paparannya yang mengusung tema “Integrasi Ilmu Sebuah Tawaran” menegaskan ilmu Islam yang masuk ke Barat menjadi terpotong dan keluar dari titik sakralitas ketuhanan, sehingga ilmu jadi desakralisasi.

“Perlu ada reorientasi ilmu dari konsep konvensional Barat yang berkembang, sehingga integrasi ilmu harus berhasil ditauhidkan,” ujar Sodiq.

Di Barat, sambung Ketua Ma’had Jamiah UIN Jakarta itu, mereka hanya sekedar mempelajari ilmu, tetapi tidak memahami orientasi ilmu, sehingga mengalami eksternalisasi,” imbuhnya.

Ditegaskannya, ilmu itu mengalami internalisasi yang dikembalikan kepada titik ketuhanan, sehingga ilmu akan menemukan sakralitas.

“Termasuk ilmu kesehatan yang bersifat empirik, dari bawah ke atas, taraqy, yang menunjukkan semua ini adalah ayat Allah sebagai bentuk ibadah untuk membaca tanda-tanda kekuasaan-Nya,” tegasnya.

Sedangkan Veni yang berbicara tentang Kajian Islam dan Kesehatan serta Upaya Pengembangannya lebih menekankan pada keseimbangan antara fisik dan psikis.

“Orang yang sehat itu orang yang seimbang antara fisik dan psikisnya. Ketika sakit, berarti ada ketidakseimbangan,” ujar Veni.

Dilanjutkannya, ketidakseimbangan itu karena pola hidupnya yang tidak teratur, yaitu antara pola hidup (makan, minum, tidur) dengan pola pikir yang mengalami tekanan.

“Jangan selalu minum obat, tapi terapi dengan ayat Alquran yang dapat menenangkan psikis dan suara-suara istighfar yang bisa mempengaruhi tubuh,” imbuh Veni.

Ditambahkannya, terapi sedekah juga bisa menyembuhkan dan melembutkan perasaan ketika bertemu dengan orang miskin. Bahkan, terang Veni, sel kankerpun bisa disembuhkan dengan thibbun nabawi dan terapi ruhani.

“Ini tantangan yang kita harus jawab ke depan. Selamat kepada UIN Jakarta untuk merombak kurikulum agar mahaiswa menjadi baik,” pungkasnya.

Sebagai pembicara ketiga, Mulyadhi menyarankan untuk mengembangkan integrasi ilmu dalam bidang objek ilmu, disiplin, sumber, metode, pengalaman, dan penjelasan, seperti dalam buku integrasi ilmu yang disusunnya.

“Supaya setiap fakultas memiliki visi yang sama, saya menganjurkan betul buku ini (integrasi ilmu), setidaknya satu buku satu fakultas, semoga bisa mengerti maksud integrasi ilmu dan aspek-aspeknya,” kata Mulyadhi menutup paparannya.

Berkesempatan menutup acara, Rektor UIN Jakarta Prof Dr Amany Lubis MA. Dalam sambutannya Amany mengatakan ilmu agama harus selaras bersama dengan ilmu pengetahuan dan dikembangkan sesuai dengan perspektif zaman sekarang.

Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diselaraskan dengan ajaran Islam yang universal, sehingga saintis dalam bidang apapun sangat diperlukan untuk menggali agama agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Amany menutup sambutannya. (mf)