Dunia Pendidikan Alami Gap Digitalisasi Pendidikan

Dunia Pendidikan Alami Gap Digitalisasi Pendidikan

Ruang Diorama, BERITA UIN Online - Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB), Ibrahim, mengatakan, perubahan dunia yang berlangsung secara cepat memunculkan tantangan besar berupa jarak antara imigran digital dan native digital. Jarak itu terjadi di antaranya di dunia pendidikan.

“Ada satu tantangan besar yang saya kira terjadi dalam dunia pendidikan, yaitu bagaimana mengatasi gap antara imigran digital dengan para native digital,” katanya pada Seminar Nasional bertema “Visi Indonesia 2045 untuk Penguatan Ketahanan Nasional” yang digelar UIN Jakarta di Ruang Diorama, Senin (20/6/2022).

Ibrahim menjelaskan bahwa tidak adil jika melihat Indonesia dari Jakarta saja. Menurutnya banyak persoalan yang cukup pelik terjadi di daerah yang tidak dirasakan di ibu kota. Ia mengambil contoh yakni soal akses internet yang belum dirasakan secara merata di berbagai daerah, sehingga berdampak pada terhambatnya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara daring.

“Hal itulah yang sering tidak disadari oleh para pengambil kebijakan di Jakarta. Hingga sekarang masalah tersebut akhirnya tidak kunjung usai,” ujarnya.

Saat ini, lanjut Ibrahim, masih banyak terjadi kesenjangan dalam dunia pendidikan, terutama di kampus-kampus kecil, sehingga menjadi bagian dari tantangan yang harus segera diatasi. Kesenjangan tersebut berupa kurangnya adaptasi terkait teknologi dari tenaga pendidik yang terkadang menghambat perkembangan para mahasiswa.

Banyak kampus yang mahasiswanya sudah berubah dengan cepat, tapi dosennya tidak berubah. Banyak mahasiswa pintar karena sekarang sumber belajar bisa dari berbagai media, seperti Youtube dan internet. Tapi karena dosennya tidak mau berubah, mahasiswa menjadi tidak bisa pintar. Jadi, dosennya dianggap menghambat kepintaran mahasiswa,” ucap Ibrahim.

Ibrahim mengungkapkan kekhawatirannya terkait bonus demografi yang akan terjadi di Indonesia. Menurutnya, bonus demografi yang terjadi harus dibaca secara hati-hati. Jika tidak siap, Indonesia akan terjebak dalam bonus demografi dan malah akan menciptakan beban demografi.

Tantangan selanjutnya, menurut Ibrahim, munculnya masalah terkait kebangsaan, yakni meluasnya paham ektremisme yang menolak gagasan perbedaan mengenai homogenisasi identitas. Masalah kebangsaan ini harus diselesaikan segera, karena politisasi identitas dalam beberapa tahun terakhir cukup mengkhawatirkan.

“Menolak identitas  orang yang berbeda dengan kita saya kira ini adalah fakta yang terjadi di antara kita,” ucapnya.

Seminar digelar dalam rangka memeriahkan perayaan Milad ke-65 UIN Jakarta. Narasumber lain yang tampil berbicara adalah Tenaga Profesional Bidang Ketahanan Nasional dan Kepemimpinan Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) Indonesia Lumban Sianipar, Rektor Universitas Gadjah Mada Ova Emilia, Rektor Universitas Pertahanan Amarulla Octavian, dan Gubernur Akademi Angkatan Udara Eko Dono.

Seminar dibuka Rektor UIN Jakarta Amany Lubis dan dipandu Direktur Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta Amelia Fauzia. Turu pula memberi sambutan Ketua Panitia Milad ke-65 UIN Jakarta yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ali Munhanif.  (ns/aldy rahman)

Foto: Hermanuddin (Humas UIN Jakarta)