Dua Guru Besar Dikukuhkan, Ini Pesan Rektor dan Ketua Senat UIN Jakarta
Auditorium Utama, BERITA UIN Online— Dua dosen, Prof. Dr. Zulfiani S.Si M.Pd dan Prof. Didin Nuruddin Hidayat MA.Tesol Ph.D, dikukuhkan sebagai guru besar baru UIN Jakarta. Sementara itu, pencapaian pangkat akademik guru besar diharapkan tidak menghilangkan karakter rendah hati seorang profesor sambil terus terlibat dalam pengembangan keilmuan dan pengabdian masyarakat.
Pengukuhan dua guru besar anyar dilakukan dalam Sidang Senat Terbuka UIN Jakarta yang dibuka langsung Ketua Senat Universitas Prof. Dr. Dede Rosyada MA untuk selanjutnya dipimpin Rektor Prof. Asep Saepudin Jahar MA Ph.D. Pengukuhan yang dilaksanakan di Auditorium Utama, Rabu (15/3/2023), ditandai pemasangan selempang guru besar kepada kedua guru besar.
Dalam sidang tersebut, Profesor Zulfiani dikukuhkan menjadi Guru Besar Ilmu Pendidikan Biologi, sedang Profesor Didin dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris. Keduanya merupakan pengajar pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta.
Selain itu, prosesi pengukuhan ditandai penyampaian pidato pengukuhan masing-masing. Profesor Zulfiani menyampaikan pidato berjudul 'Inkuiri dan Teknologi Digital: Konsep dan Praktik Pembelajaran Biologi untuk Mempersiapkan Calon Guru dengan Kecakapan Abad 21', Sedang Profesor Didin menyampaikan pidato 'Embracing the Global LandscapeL Effective Strategies for Improving English Teacher Educators' Quality in Indonesia'.
Dalam pidatonya, Profesor Zulfiani menekankan pentingnya inovasi pembelajaran sains seperti biologi bagi kalangan pelajar sekolah maupun mahasiswa universitas. Hal ini tidak lepas dari desain pembelajaran yang masih sangat konvensional.
Menurutnya, desain pembelajaran konvensional dilakukan dengan penyampaian materi pelajaran dengan mengandalkan ceramah, tanya jawab, penugasan, dan eksperimen bersifat verifikasi. “Model kuliah ini kurang mampu mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menguasai konsep maupun dalam mengembangkan keterampilan berpikir,” katanya.
Untuk itu, Profesor Zulfiani merekomendasikan inovasi pembelajaran seperti pembelajaran bioteknologi untuk meningkatkan kemampuan inkuiri model scientific inquiry. Ia juga mendorong penerapan Adaptive Learning Sisytem bagi pelajar dan mahasiswa generasi abad ke-21 yang menekankan stimulus visual-audiovisual.
Sementara itu, dalam pidatonya Profesor Didin menekankan perlunya inovasi dalam pembelajaran bahasa Inggris para siswa maupun mahasiswa di tanah air terutama dari sisi inisiatif pribadi pendidik bahasa Inggris. Menurutnya, inisiatif pribadi pribadi bahasa Inggris merupakan salahsatu dari tiga aspek penting dalam meningkatkan efektifitas pendidikan bahasa Inggris, selain dukungan lembaga maupun pemerintah.
Menurut Didin, inisiatif pribadi pendidik mengacu pada tindakan dan strategi yang dapat diambil guru bahasa Inggris untuk meningkatkan efektivitas mengajarnya. Adapun dukungan institusi dan pemerintah berbentuk dukungan lembaga mereka bekerja, sedang dukungan pemerintah berupa dukungan yang diberikan pemerintah bagi para pendidik bahasa Inggris dalam meningkatkan efektifitas mereka mengajar.
Inisiatif pribadi pendidik bahasa Inggris berhubungan dengan sejumlah aspek strategis. Diantaranya pengembangan kapasitas diri, berjejaring dengan komunitas pendidik bahasa Inggris, turut dalam diseminasi pengetahuan, dan pemenuhan tanggungjawab sebagai pengajar.
Sementara itu, dalam pidato sambutannya Rektor Asep menyampaikan apresiasi atas prestasi kedua pengajar FITK tersebut dalam meraih pangkat guru besar. Menurutnya, guru besar memang merupakan karir tertinggi dalam dunia akademik namun ia bukan akhir karir perjalanan akademik seseorang. "Ini adalah sebuah awal dari perjalanan sebagai akademisi," tandasnya.
Sebagai profesor, lanjut Rektor, seorang guru besar justru memikul tanggungjawab lebih besar dengan menjadi figur teladan untuk bersikap rendah hati. Ini misalnya direalisasikan dengan mudahnya seorang profesor untuk berkomunikasi dengan para mahasiswa dalam membantu studi mereka.
"Ketika sudah jadi guru besar, jangan susah berkomunikasi, susah dikontak mahasiswa. Tapi ketika menjadi guru besar dia harus menjadi seorang yang humble, selalu membaur, selalu membantu (mahasiswa, red.) dalam pengembangan akademik," pesannya.
Selain itu, sambung Rektor, ketika seorang dosen diangkat menjadi guru besar ia dituntut menjadi motor dalam pengembangan akademik. Guru besar diharapkan terus mendorong kajian keilmuan maupun riset-riset inovatif.
"Menjadi profesor bukan untuk pencapaian popular man. Tapi harus menjadi orang yang berdedikasi dalam memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu dan pengabdian kepada masyarakat," paparnya.
Untuk itu, Rektor Asep berharap Profesor Didin bisa mengimplementasikan peningkatan kompetensi bahasa Inggris masyarakat, terutama para dosen dan mahasiswa UIN Jakarta. "Harus disampaikan bahwa academic achievement in english in UIN Jakarta is very poor," terangnya.
Harapan yang sama disampaikan Rektor kepada Profesor Zulfiani. "Dalam bidang sains dan biologi, saya sampaikan kepada Profesor Zulfiani untuk selalu berkhidmat dan mengembangkan keilmuannya," tandasnya.
Senada dengan Rektor Asep, Ketua Senat Profesor Dede mengingatkan para guru besar baru maupun lama memaknai jabatan tinggi akademiknya sebagai sebagai ilmuwan yang mengajar, bukan agen pendidikan. Sebagai ilmuwan, seorang profesor dituntut banyak mengalokasikan waktunya untuk kegiatan penelitian, penulisan karya ilmiah, dan menghasilkan banyak inovasi yang bermanfaat.
"Tidak hanya teori, tapi juga teknologi atau desain pembelajaran baru yang mempersiapkan anak didik bangsa yang siap mandiri dan berdaya saing global," tandasnya. (hmn/adt/zm)