Diskusi Publik FISIP UIN Jakarta Bersama APPSI Bahas Ketahanan Generasi Milenial dan Z Menghadapi Budaya Global Childfree

Diskusi Publik FISIP UIN Jakarta Bersama APPSI Bahas Ketahanan Generasi Milenial dan Z Menghadapi Budaya Global Childfree

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Berita UIN Online - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta bekerja sama dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Sosiologi Indonesia (APPSI) menggelar diskusi publik dengan tema "Ketahanan Generasi Milenial dan Generasi Z Menghadapi Infiltrasi Budaya Global Childfree.” Baru-baru ini, keputusan pasangan muda untuk childfree menjadi menarik dan sedang banyak dibicarakan. Pasalnya, pilihan untuk tidak memiliki anak seringkali dianggap melawan arus budaya dan norma sosial yang menimbulkan perdebatan.

Diskusi ini dihadiri oleh Dekan FISIP UIN Jakarta, Prof. Dr. Dzuriyatun Toyibah, M.Si., M.A., Ketua Umum APPSI, Dr. Harmona Daulay, S.Sos., M.Si, serta para pembicara yaitu Bambang Ruswandi, M.Stat., Dr. Wahidah R. Bulan, M.Si., dan Dr. Ida Rosyidah, M.A. Hadir pula jajaran pengurus APPSI dan dosen FISIP UIN Jakarta.

Dalam sambutannya, Dekan FISIP UIN Jakarta, Prof. Dr. Dzuriyatun Toyibah, M.Si., M.A., memaparkan bahwa diskusi ini merupakan langkah baik tentang bagaimana childfree dipandang sebagai stereotip dan apakah bertentangan dengan budaya Indonesia. Kemudian, Ketua Umum APPSI, Dr. Harmona Daulay, S.Sos., menyambut baik kerjasama ini. Menurutnya, diskusi ini sangat relevan dengan generasi milenial dan generasi Z. Ia juga menambahkan diskusi ini sekaligus berisi pemaparan proposal penelitian mengenai childfree yang akan dilakukan oleh tim peneliti FISIP dan APPSI.

Dalam pemaparan materi, Dr. Wahidah R. Bulan, M.Si., menjelaskan bahwa childfree bukanlah fenomena baru, bahkan sudah ada sejak abad ke-15. Praktik childfree secara keseluruhan meningkat pada rentang usia 15-50 tahun, terutama di negara-negara berkembang.

"Pada generasi sekarang childfree bukanlah sebuah alasan ekonomi, tapi merupakan gaya hidup modern," jelasnya.

Selanjutnya, Dr. Ida Rosyidah, M.A, memaparkan pandangan agama terhadap childfree. Agama-agama seperti Islam, Protestan, dan Hindu memiliki prinsip pronatalis yang kuat, di mana setelah menikah dianjurkan untuk memiliki keturunan sebagai bentuk ketaatan terhadap agama. Selain itu, childfree juga dapat berdampak pada perempuan, baik dari segi sosial (stigmatisasi) maupun biologis seperti risiko kesehatan.

“Perempuan yang memilih childfree berisiko memiliki risiko tumor rahim dan tumor payudara lebih tinggi dibandingkan laki laki,” tambahnya.

Terakhir, Bambang Ruswandi, M.Stat., menjelaskan bahwa penelitian mengenai childfree yang dilakukan ini akan menggunakan metode mix method, karena dimensi-dimensi terkait akan seimbang jika menggunakan pendekatan tersebut. Faktor-faktor penyebab generasi milenial dan generasi Z pro-kontra childfree menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan mix method. Diskusi ini menjadi titik awal bagi penelitian lebih lanjut yang diharapkan dapat memberikan solusi preventif dan promotif terkait isu childfree.

"Solusi preventif ini sebagai upaya pencegahan dan promotif dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi,” tegasnya.

Diskusi publik ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai fenomena childfree, terutama dalam konteks generasi milenial dan generasi Z. Berbagai perspektif, baik dari segi sosial, budaya, agama, maupun kesehatan, yang telah disampaikan oleh para narasumber.

Bagi publik yang ingin menyaksikan acara ini, dapat mengaksesnya melalui live streaming di YouTube UIN Jakarta pada tautan berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=WjaqLepemO4

(Shely Nurloka/Fauziah M./Syarifah Nur K.)