Diskusi Dosen FITK Tegaskan Eksistensi dan Peran Profesi Guru di Era Revolusi Industri 4.0.
Gedung FITK, BERITA UIN Online-- Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta kembali menggelar Diskusi Dosen Nasional Seri 3 secara virtual pada Jumat (28/05/2021).
Program rutin bulanan bertema Eksistensi dan Peran Profesi Guru di Era Revolusi Industri 4.0 ini diikuti 89 peserta yang terdiri dari para dosen, praktisi pendidikan, dan mahasiswa.
Didapuk sebagai keynote speaker Guru Besar Universitas Negeri Jakarta Prof Dr Arief Rahman MPd memaparkan peran guru sebagai konservator, inovator, transmitor, transformator, dan organisator.
Menurut Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO itu guru harus melakukan penilaian berkala mengenai kualitasnya sebagai guru, yaitu rencana pembelajaran, prosedur pembelajaran, dan hubungan antar pribadi.
“Mutu seorang guru itu harus kuat akademisnya, bagus psikologisnya, kaya metodologisnya, luas sosiologisnya dan sehat jasmaninya,” ujar Arief.
Selanjutnya, Ketua Prodi PPG FITK UIN Jakarta Dr Zaenul Slam MPd sebagai narasumber dalam pemaparannya mengatakan guru adalah jabatan profesi, sehingga seorang guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara professional.
“Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi,” ujar Zaenul.
Selain itu, lanjut Dosen Pendidikan Kewarganegaraan ini, profesionalitas itu juga didukung independensi, produktif, efektif, efisien, dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima dengan unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat, dan kode etik yang regulatif.
Senada dengan Arief, Guru Besar Pendidikan Agama Islam FITK Prof Dr Abuddin Nata MA yang menjadi pembahas juga menegaskan peran guru harus konprehensif dan materi ini sangat relevan untuk didiskusikan.
“Jika peran guru dapat direalisasikan secara optimal, maka akan menghasilkan lulusan-lulusan yang unggul,” ujar Abuddin.
Guru yang berhasil, sambungnya, adalah guru yang bisa membangkitkan rasa ingin tahu dan dapat menggugah peluang dari kehadiran IT dalam menghasilkan lulusan yang kreatif, mandiri, memiliki kemampuan global dan berpikir kritis , di era revolusi industri 4.0 ini.
“Untuk menghasilkan guru yang unggul, maka kualitas PPG pun harus unggul,” imbuh Abuddin.
Ditegaskannya, Program PPG UIN Jakarta bisa menyiapkan guru-guru yang berani melakukan bid’ah hasanah yang bisa membuat inovasi-inovasi pembelajaran, sehingga membuat siswa merasa tertarik.
“Untuk PPG yang lebih baik, kami siap merealisasikannya,” ujar Zaenul merespon pemaparan yang disampaikan oleh para pembicara. (mf/MusAm)