Dialog Kebangsaan dan Pancacinta: Enam Tokoh Agama Beri Komitmen Agama Cinta dalam Dialog Kebangsaan di UIN Jakarta
Ruang Diorama, Berita UIN Online - Pada kegiatan Dialog Kebangsaan dan Pancacinta Serta Aksi Bersih Rumah Ibadah yang digelar di UIN Jakarta, Sabtu, (16/08/2025), enam tokoh lintas agama menyampaikan pandangan serta komitmen terhadap nilai Agama Cinta sebagai fondasi persatuan bangsa.
Acara dialog kebangsaan ini dipandu oleh Guru Besar Bidang Sosiologi Agama dan Kepala Pusat Moderasi Beragama UIN Jakarta, Prof. Arif Zamhari, M.A., Ph.D., menekankan pentingnya dialog lintas agama sebagai wadah memperkuat persatuan. “Peringatan kemerdekaan bukan hanya untuk mengenang sejarah, tetapi juga untuk merawat kebersamaan lintas iman demi Indonesia yang rukun dan damai,” ujarnya.
Dialog kebangsaan diawali dengan perwakilan Agama Hindu, Made Wirawan, S.Ag., M.Fil.H., dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta, menekankan pentingnya persaudaraan universal. Ia mengutip prinsip Hindu “Engkau adalah saya, saya adalah engkau” sebagai pengingat bahwa seluruh manusia sejatinya bersaudara.
Dalam ajaran Hindu, perempuan dimuliakan sebagai simbol kekuatan dan kehidupan, sebagaimana termaktub dalam Gayatri Mantra yang disebut sebagai ibu dari segala mantra. Hindu juga menolak segala bentuk kekerasan, karena menyakiti orang lain sama artinya dengan menyakiti diri sendiri.
Lebih lanjut, ia menguraikan ajaran Tri Hita Karana, yaitu harmoni dengan Tuhan (Parahyangan), sesama manusia (Pawongan), dan alam semesta (Palemahan). Menurutnya, cinta kasih, empati, serta keseimbangan spiritual-intelektual merupakan kunci menjaga keberagaman Indonesia. Praktik yoga dan spiritualitas dipandang mampu memperkuat harmoni sosial, sehingga manusia dapat hidup selaras dengan sesama, alam, dan seluruh makhluk hidup.
Melanjutkan semangat persaudaraan, perwakilan Agama Khonghucu, Xs. Ir. Budi Santoso Tanuwibowo, M.M., Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), menegaskan bahwa agama sejatinya adalah agama cinta. Menurutnya, agama bukan sekadar ritual, melainkan sarana untuk memanusiakan manusia. Umat harus dididik menjadi insan berbudi luhur dengan menjunjung nilai bakti, rendah hati, kesetiaan, kebenaran, dan tahu malu.
Ia menekankan pentingnya peran UIN Jakarta dan lembaga pendidikan lain dalam membentuk generasi yang tidak hanya toleran, tetapi juga mampu menebar kebaikan. Ia mengingatkan bahwa konflik pribadi tidak boleh menyeret agama maupun etnis, sebab persatuan bangsa harus berdiri di atas kebenaran dan keadilan.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa seluruh agama sejatinya membawa pesan kasih universal: Islam dengan rahmatan lil ‘alamin, Kristen dan Katolik dengan kasih universal, Buddha dengan kebahagiaan bagi semua makhluk, Hindu dengan Tri Hita Karana, serta Khonghucu dengan Tientiren yang menegaskan bahwa semua manusia adalah saudara.
Ia menutup sambutannya dengan prinsip Khonghucu: “Apa yang tidak kita inginkan, jangan diberikan kepada orang lain. Jika ingin maju, bantu juga orang lain untuk maju.”
Senada dengan itu, perwakilan Agama Kristen Protestan, Dr. Gandi Wibowo, M.Th., Ketua Sekolah Tinggi Teologi Baptis Katwuri (STTBK) dan alumnus Pascasarjana UIN Jakarta, menekankan bahwa UIN Jakarta adalah melting pot budaya yang menghadirkan wajah Islam ramah dan terbuka.
Ia menyoroti pentingnya moderasi beragama serta konsep Panca Cinta, yakni cinta kepada Tuhan dan sesama, cinta lingkungan melalui pertobatan ekologis, cinta ilmu, cinta kebebasan akademik, serta cinta tanah air. Dalam tradisi Protestan, firman Tuhan menjadi dasar kebijaksanaan, sebagaimana tertulis dalam Amsal 1:7, “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.”
Dr. Gandi mengapresiasi lingkungan akademik UIN Jakarta yang memberi ruang kebebasan ilmiah dan perbedaan pendapat, sebagai tradisi yang harus dijaga. Ia juga menyinggung beban sejarah umat Kristen yang beririsan dengan kolonialisme, sehingga diperlukan pertobatan historis (metanoia) agar masa lalu tidak menjadi penghalang persaudaraan kebangsaan.
Dalam penutupannya, ia menegaskan bahwa persahabatan antaragama tidak melemahkan iman, melainkan justru memperkokoh keyakinan masing-masing umat untuk bersama-sama membangun bangsa.
Menutup rangkaian pandangan tokoh agama, perwakilan Agama Buddha, Dr. Li Edi Ramawijaya Putra, M.Pd., Ketua Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang, menekankan bahwa dialog antaragama tidak boleh berhenti hanya pada diskusi, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata menjaga keberagaman.
Sebagai akademisi, ia menegaskan pentingnya peran pendidik dalam menanamkan nilai keagamaan melalui capaian pembelajaran. Pendidikan, menurutnya, bukan hanya untuk mengasah intelektual, tetapi juga memperkuat moral dan spiritual.
Selain itu, Dr. Edi juga mengingatkan bahwa cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya bisa dicapai bila seluruh umat beragama menjaga persatuan, memelihara keberagaman, dan meneguhkan agama sebagai kekuatan moral bangsa. Dengan begitu, persatuan, literasi, serta pembangunan sumber daya manusia dapat menjadi fondasi kemajuan Indonesia.
Terakhir, acara ditutup dengan deklarasi kebangsaan yang dipimpin langsung oleh Rektor UIN Jakarta Prof. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph. D., sebagai komitmen untuk meneguhkan harmoni keberagaman dan semangat kemerdekaan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Diketahui, acara dialog kebangsaan ini adalah Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama Republik Indonesia dalam rangkaian Festival Kemerdekaan RI ke-80 pada 15–17 Agustus 2025 yang mengusung semangat “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.”
Selain dialog kebangsaan, rangkaian kegiatan juga diisi dengan "Senam Merdeka" yang berlangsung pada Jumat, 15 Agustus 2025, pukul 06.30 WIB di Lapangan Student Center. Puncak peringatan berlangsung pada Minggu, 17 Agustus 2025, dengan digelarnya "Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih dan Pemberian Satyalancana Karya Satya" bertempat di Lapangan UIN Jakarta pada pukul 07.00 WIB.
(Fathan Rangga I./ Zaenal M./ Fauziah M./Nazwa Adawiyah S./Foto: Aqilah Qurrotulaini)