Dialog Ilmiah FDI: Islam Mengajarkan Nilai-Nilai Wasathiyah
Gedung FDI, BERITA UIN Online-- Dialog ilmiah Fakultas Dirasat Islamiyah menggarisbawahi nilai-nilai wasathiyah diajarkan dalam Islam. Diperlukan komitmen untuk terus menggali dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehiduapan multikultural masa kini.
Demikian benang merah al-Nadwah al-'Ilmiyah Hiwar al-Wasathiyah wal I'tidzal fi Lughot al-Quran 'Dialog Moderasi Beragama dalam Bahasa al-Quran' di Gedung FDI, Jumat (27/5/2022). Dialog dihadiri dosen, mahasiswa, dan partisipan utusan dari berbagai lembaga.
Dialog menghadirkan sejumlah narasumber. Diantaranya, Doktor Ali Ibrahim Abdullah (Rais al-Ba'tsah al-Azhariyah bi Indonesia), Doktor Muhammad Salim 'Amir (Imam al-Jami' al-Azhar Mesir), Doktor Fathullah Muhammad Fathullah (Mab'uts al-Azhar Indonesia, Doktor Syauqi al-Athar (Mab'uts al-Azhar Indonesia), dan Doktor Alfiyan Iqbal Zahasfan (Mudarris al-'Aqidah wa al-Falsafah FDI UIN Jakarta).
Seminar dibuka langsung Dekan FDI UIN Jakarta Dr. KH. Muhammad Syairazi Dimyati. Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Lubis turut hadir dan menjadi pembicara kunci pada dialog tersebut.
Dalam paparannya, Rektor Amany mengungkapkan, Wasathiyah menjadi sisi tidak terpisah dari Islam. Sisi ini yang menjadikan Islam mudah diterima sebagai agama mayoritas di Indonesia.
Pemerintah dan masyarakat Muslim sendiri, sebutnya, melihat pentingnya sikap wasathiyah untuk konteks kehidupan Indonesia dan dunia. Karena itu, Indonesia menginisasi Konferensi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia di Bogor pada 1-3 Mei 2018 lalu.
Hasil KTT, seperti dibacakan Fadhilatu Syaikh DR. Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyib menegaskan beberapa aspek penting terkait sikap wasathiyah yang dibutuhkan. Diantaranya penting yakni al-Tawasshut, al- I’tidzal, al-Tasamuh, asy- Syura, al–Ishlah, al-Qudwah, dan al-Muwathonah.
"Keseluruhan poin risalah tersebut diharapkan menjadi Katsafah Hayyah atau budaya yang selalu hidup," katanya.
Mengingat pentingnya nilai Wasathiyah, ia berharap ide dan implementasi Wasathiyah terus dilakukan. "Mari kita perdalam kembali pemahaman kita terhadap Islam yang menyebarkan dakwah Islam sangat lembuh sebagaimana Nabi telah mencontohkannya," sarannya.
Wasathiyah adalah Ruh Islam Dalam paparannya, Doktor Ali Ibrahim menegaskan jika wasathiyah merupakan bagian dari Islam. Menurutnya, Wasathiyah menjadi prinsip kebaikan dalam setiap sisi kehidupan manusia sehingga menjadi metode dakwah yang dilakukan Nabi dan sahabat paling awal.
Pengalaman wasathiyah dalam dakwah Islam, sebutnya, terlihat dari status hukum Khamr yang dilakukan secara bertahap hingga mencapai status haram. Ini disebutnya sebagai prinsip kebertahapan (mabda al-Tadrij) dalam dakwah Islam.
"Dan hal wajib yang kita lakukan saat ini adalah mari bersama-sama menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang berprinsip bagi dan benar serta hadir sebagai rahmat bagi alam semesta," paparnya.
Dr. Fathalla menambahkan, Indonesia memiliki pengalaman sejarah menarik tentang sikap wasathiyah dalam dakwah Islam Wali Songo. "Sebagai orang Mesir, kami sangat mengapresiasi dakwahnya Wali Songo di Indonesia yang model dakwah moderasi dan Wasathiyah di INdonesia," sebutnya.
Sementara itu, Dr. Alfian mengingatkan perlunya pemaknaan bersama tentang pengertian Wasathiyah itu sendiri. Menurutnya ini diperlukan agar tidak terjadi penafsiran sendiri-sendiri tentang Wasathiyah. (zm)