Covid-19 Dan Perubahan Sosial Di Masyarakat
Oleh: Fita Fathurokhmah
Krisis Covid-19 pada pertengahan April 2020 secara global meningkatkan jumlah kematian. Krisis juga menciptakan kecemasan dan keraguan dalam masyarakat.
Hal itu mengubah pola konsumsi budaya, produksi, dan pekerjaan. Terjadi perubahan sosial di masyarakat Indonesia dengan fokus utama menyelamatkan nyawa serta tetap bertahan hidup di tengah krisis darurat Covid-19.
Kebijakan Lockdown akibat lonjakan Covid-19 berdampak pada perubahan sosial masyarakat dengan mengurung diri di dalam rumah masing-masing dengan kodisi budaya yang berbeda-beda. Ada masyarakat yang menyikapi Lockdown dengan memanfaatkan kesempatan bersantai, memiliki waktu luang dan terjadi peningkatan konsumsi belanja online.
Ada juga masyarakat yang tetap bekerja. Baik di luar dan di dalam rumah karena tuntutan hidup. Yang lainnya melakukan home-schooling atau school from home. Sementara banyak orang lain yang sakit atau berduka menimbulan ketertekanan dan ketakutan. Lalu seperti perubahan sosial itu tersebut?
Perubahan sosial bisa dilakukan menurut Pierre Bourdieu, jika orang memiliki habitus yang tepat, kapital yang mendukung, dan mampu menempatkan keduanya dalam konteks yang tepat di suatu arena perubahan sosial menuju lebih baik akan tercapai.
Pertama, Habitus adalah perilaku, ciri tindakan, kebiasaan dari masyarakat. Habitus itu nilai-nilai sosial yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang menetap di dalam diri manusia tersebut.
Habitus sangat berpengaruh dalam diri seseorang. Habitus yang sudah begitu kuat tertanam serta mengendap menjadi perilaku fisik disebut sebagai Hexis. Habitus tersebut diperoleh dari penghayatan nilai-nilai yang ada di lingkungan seseorang, yang kemudian mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang dihayatinya sebagai manusia.
Habitus masyarakat Indonesia misalnya di masa Covid-19 ini harus lebih waspada dengan kenyataan yang terjadi sekarang ini titik lengah penyebaran Covid-19 ada pada kluster keluarga, teman dekat, teman kerja yang dirasa aman. Padahal virus Covid-19 ada dimana-mana.
Harus ditanamkan Habitus, misalnya tidak melakukan makan bersama dengan keluarga yang tidak serumah, jangan dulu beribadah di tempat ibadah umum, tidak memanggil jasa apapun masuk kedalam rumah, tidak foto bersama dengan membuka masker, jangan dulu kumpul keluarga dengan yang tidak serumah.
Selain itu harus berhati-hati dengan pegawai rumah yang pulang pergi, jangan menghadiri acara-acara sosial, membiarkan anak bermain dengan temannya, jangan olahraga bersama-sama, dan yang aktual sebagai salah satu solusi adalah program vaksinasi Covid-19 yaitu Vaksin Sinovac Biotech.
Ciptakan habitus waspada terhadap penyebaran COVID-19, yang hal ini merubah praksis sosial kita sebagai makhluk sosial. Kedua, Kapital itu tidak hanya uang tetapi modal, bisa modal sosial, modal budaya, modal simbolik seperti di media sosial banyak ditemukan yang menguasai ranah ke-Medsos-an.
Kapital adalah modal yang memungkinkan kita untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan di dalam hidup termasuk hidup di masa pandemik Covid-19 ini. Jenis kapital, seperti kapital intelektual (pendidikan), kapital ekonomi (uang), dan kapital budaya (latar belakang dan jaringan).
Misalnya, pemerintah dapat membantu masyarakat Indonesia kelas menengah ke bawah memberikan kapital ekonomi berbentuk bantuan uang, fasilitas pengobatan termasuk pemberian vaksinasi sinovac gratis, maka ini akan sejalan dengan Habitus yang diciptakan dan Covid-19 akan terjadi penurunan.
Persoalan yang ditemukan sekarang ini, sebagian masyarakat menengah ke bawah tdiak mampu melakukan tes Covid-19 karena mahal, membeli masker juga sulit. Ini salah satunya makin melonjaknya Covid-19.
Kapital bisa diperoleh, jika orang memiliki habitus yang tepat dalam hidupnya. Selain itu banyak masyarakat Indonesia yang dituntut bekerja di lapangan sehingga rentan tertular Covid-19 karena banyak menemukan kerumunan di tempat umum. Artinya kapital ekononomi menjadi hal penting untuk bisa teta bertahan hidup di masa Covid-19.
Ketiga, Arena adalah lapangannya. Arena adalah ruang khusus yang ada di dalam masyarakat. Ada beragam arena, seperti arena pendidikan, arena bisnis, arena seniman, dan arena politik. Untuk menekan lonjakan Covid-19 ini berbagai arena harus sama-sama disiplin menerapkan dan melaksanakan protokol Kesehatan Covid-19. (zm)
Fita Fathurokhmah : Dosen Ilmu Komunikasi dan Ketua Divisi Penelitian Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artikel dipublikasikan Rakyat Merdeka Online 15 Januari 2021 dan bisa diakses juga di https://rmco.id/baca-berita/nasional/60821/covid19-dan-perubahan-sosial-di-masyarakat