#CeritaMahasiswa: Wildan Miftahudin, Dai Muda UIN Jakarta Menapaki Jejak Dakwah dari Mimbar ke Media Sosial
Jakarta, Berita UIN Online – Di tengah derasnya arus digitalisasi, ketika media sosial lebih sering digunakan untuk hiburan dan tren sesaat, seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta justru memilih menjadikannya sebagai sarana dakwah dan pendidikan moral. Dialah Wildan Miftahudin, mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir semester tujuh, sekaligus Ketua Umum Himpunan Mahasiswa HIQMA UIN Jakarta.
Dalam Podcast UIN Jakarta bersama Ridho Rizki Balebat, Wildan berbagi kisah tentang perjalanan dakwahnya yang penuh warna, dimulai dari mimbar masjid tempat ia pertama kali menyampaikan ceramah di hadapan jamaah, hingga kini menjejaki layar digital sebagai dai muda yang aktif menyebarkan pesan-pesan kebaikan melalui berbagai platform media sosial.
“Media sosial hari ini bukan sekadar tempat hiburan, tapi juga wadah untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dengan cara yang santai, kreatif, dan mudah dipahami,” ujarnya.
Wildan dikenal aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun non-akademik yang menunjukkan semangatnya dalam belajar dan berkarya. Selain aktif di kampus, ia kerap mewakili UIN Jakarta dalam berbagai ajang internasional. Salah satu prestasi yang membanggakan adalah ketika ia berhasil meraih penghargaan Presentasi Budaya Terbaik di Malaysia pada tingkat internasional. Dalam ajang tersebut, Wildan memperkenalkan budaya Betawi “Andilan”, tradisi gotong royong menjelang Idulfitri kepada masyarakat internasional. “Budaya ini kami angkat untuk menunjukkan bahwa nilai gotong royong telah hidup di Indonesia jauh sebelum Islam datang,” tuturnya
Tak berhenti di sana, Wildan juga terus menorehkan berbagai prestasi gemilang di tingkat nasional yang mencerminkan konsistensinya dalam mengembangkan potensi diri di berbagai bidang. Ia pernah meraih Juara 1 Debat Ekonomi Syariah Nasional, Juara 3 Lomba Syahril Qur’an Nasional, hingga Juara 1 Lomba Musabaqah Dai Muda Nasional. Menariknya, meski berasal dari Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Wildan tak membatasi diri dalam satu disiplin ilmu. Ia beranggapan bahwa sebagai manusia itu kita bisa menjadi apa saja yang kita inginkan asalkan kita mau untuk belajar. “Para pendahulu kita mengajarkan pentingnya multidisiplin keilmuan. Anak ushuluddin itu bisa menjadi apa saja, asalkan mau belajar banyak hal baru,” jelasnya
Dalam diskusi yang hangat, Wildan menyoroti fenomena khas generasi Z yang dikenal dengan karakter yang mau serba cepat, dinamis, dan mudah merasa bosan terhadap hal-hal yang monoton. Namun, alih-alih memandangnya sebagai kelemahan, ia justru melihat sifat itu sebagai tantangan kreatif bagi para pendakwah muda masa kini. Dipandangan nya, generasi Z memiliki cara unik dalam menerima pesan, yaitu melalui konten visual yang menarik, singkat, dan relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. “Gen Z memang lebih menyukai konten visual singkat. Karena itu, dakwah satu menit pun bisa bermakna dalam jika dikemas dengan baik,” ujarnya.
Menurutnya, kunci utama dari dakwah digital bukan hanya terletak pada gaya penyampaian yang menarik atau kemampuan beradaptasi dengan tren media sosial, tetapi juga pada tanggung jawab sikap dan pemahaman yang benar dalam menyampaikan pesan. Wildan menekankan pentingnya kehati-hatian dan kesadaran dalam setiap konten dakwah yang dibagikan di ruang digital. “Sebelum konten diunggah, sebaiknya diverifikasi dulu oleh guru atau kiai. Jangan sampai semangat berdakwah justru melahirkan kesalahpahaman,” ujarnya dengan tegas.
Tak hanya itu, Wildan memandang algoritma media sosial sebagai “kapal penyelamat” di tengah derasnya arus informasi yang membanjiri kehidupan manusia modern. Ia mengibaratkan situasi dunia digital saat ini dengan kisah Nabi Nuh yang membuat perahu untuk menyelamatkan umatnya dari banjir besar.
“Kalau Nabi Nuh membuat perahu untuk menghadapi banjir air, kita hari ini menghadapi banjir informasi. Kapalnya adalah algoritma. Maka isi algoritma kita dengan kebaikan,” ujarnya penuh makna.
Bagi Wildan, algoritma bukan sekadar sistem teknis yang bekerja di balik layar, melainkan ruang strategis yang bisa digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai positif. Ia menegaskan bahwa kebenaran harus mampu menguasai media, bukan sebaliknya. “Kalau kebenaran tidak menguasai media, maka kejahatanlah yang akan menguasainya,” tambahnya.
Sebagai seorang dai muda, Wildan juga menekankan pentingnya sikap moderasi dan integritas dalam berdakwah, terutama di ruang digital yang kerap menjadi tempat munculnya perbedaan pendapat dan perdebatan terbuka. Menurutnya, dunia maya adalah ruang tanpa batas yang menuntut pendakwah untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan, menjaga etika, serta tidak mudah terprovokasi oleh opini yang beragam. Dalam konteks ini, Wildan mencontohkan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Knowledge, Piety, Integrity.
“Jadi, seorang pendakwah harus mampu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dasar yang dipegang, seperti prinsip Knowledge, Piety, dan Integrity yang menjadi pedoman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Knowledge berarti memiliki dasar ilmu yang kuat, Piety mencerminkan kejujuran dan ketulusan dalam menyampaikan ilmu, sementara Integrity menuntut keyakinan dan tanggung jawab atas apa yang disampaikan. Ketiga nilai ini, menurutnya, harus berjalan seimbang agar dakwah tidak hanya berisi pengetahuan, tetapi juga memancarkan kesalehan dan kejujuran, sehingga pesan yang disampaikan benar-benar bermakna dan membawa kebaikan,” jelasnya.
Wildan menjadi cerminan nyata bagaimana mahasiswa UIN Jakarta menapaki peran baru di era digital dengan menggabungkan ilmu, iman, dan inovasi. Ia menunjukkan bahwa dakwah masa kini tak lagi terbatas pada mimbar masjid, tetapi juga hadir di ruang-ruang digital yang menjangkau jutaan orang. Melalui media sosial, Wildan menyampaikan pesan keislaman dengan cara yang ringan namun bermakna, memadukan kedalaman ilmu agama dengan kreativitas digital. Dakwah kini hadir dalam setiap scroll, membawa nilai kebaikan ke ujung jari manusia tanpa mengurangi ketulusan dan niat baik di dalamnya.
Tonton kisah lengkapnya disini :
Selamat menyaksikan dan semoga menginspirasi!
(Fathan Rangga I. / Fauziah M./ Zaenal M./ Nabila Azzahra S.)
