BERIMAN KEPADA KITAB ALLAH
Oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penulis Buku “Milir”
Terkait dengan kitab Allah, al-Qur’an memberi informasi, “Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) al-Kitab (al-Qur’an) dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan batu ujian bagi kitab-kitab yang lain itu” (QS. al-Maidah/5: 48).
Yang dimaksud “Kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya” (QS. al-Maidah/5: 48), misalnya Zabur kepada Nabi Daud. Allah SWT tegaskan, “Dan telah Kami berikan Zabur kepada Dawud” (al-Nisaa/4: 163).Termasuk Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, “Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa al-Kitab (Taurat)” (QS. al-Baqarah/2: 53).
Begitu pula Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, Allah SWT informasikan, “Isa berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi” (QS. Maryam/19: 30). Tiga ayat ini menggunakan diksi “al-Kitab” untuk mengatakan al-Qur’an, Taurat, dan Injil. Tidak untuk Zabur.
Dalam pandangan Ahmad Mushthafa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi Allah SWT menyebut kitab Zabur secara khusus, karena kitab itu memiliki tempat yang spesial di hati Ahli Kitab. Menurut Imam Syafi’i dalam Tafsir Imam Syafi’i Ahli Kitab adalah Yahudi dan Nasrani dari kalangan Bani Israel. Di luar itu bukan Ahli Kitab.
Menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Tafsir Munir, ungkapan ayat, “Ujian bagi kitab-kitab yang lain itu” (QS. al-Maidah/5: 48) adalah bahwa al-Qur’an menjadi saksi bagi seluruh kitab lainnya. Alasannya, al-Qur’an adalah kitab suci yang dijaga Allah SWT sehingga tidak terjadi perubahan atau penyimpangan.
Menurut Abu Laits al-Samarkandi, dalam Masail Abi Laits atau Matan Qathrul Ghaits kitab Allah wajib diimani dari tiga sisi. Pertama, bukan sebagai makhluk. Maksudnya, tulis Syaikh Nawawi Banten dalam Syarah Qathrul Ghaits, semua kitab itu adalah buah karya Allah SWT dan bukan karya cipta manusia.
Untuk itu, Allah SWT menantang manusia membuat yang serupa dengan al-Qur’an, “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”' (QS. al-Israa/17: 88).
Atau sepuluh surah saja. Allah SWT tegaskan, “Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat a-Quran itu”. Katakanlah, “Maka datangkanlah sepuluh surah seumpamanya dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (QS. Hud/11: 13-14).
Akhirnya, Allah SWT hanya meminta manusia untuk membuat satu surah saja, seperti firman-Nya, “Atau mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah, “Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu orang yang benar” (QS. Yunus/10: 38). (sam/mf)