Bagaimana Komunitas Wanita Muslim Indonesia membangun Rumah untuk Muslim
KKN Internasional UIN Jakarta di Jepang - Siapa yang tidak mengenal Negeri Sakura? Islam telah berkembang di Jepang sejak lama, dan saat ini ada sekitar 200 ribu Muslim yang tinggal di sana, baik dari mereka yang telah lama memeluk Islam maupun para mualaf. Ini tentu menjadi kabar baik bagi umat Muslim yang ingin tetap menjalankan agamanya di negara dengan mayoritas penduduk non-Muslim.
Seiring waktu, semakin banyak warga Jepang yang tertarik untuk lebih mengenal Islam. Namun, mereka seringkali merasa khawatir akan penilaian dari orang lain dan merasa tertinggal dalam banyak hal seperti membaca Al-Qur’an, menutup aurat, dan sebagainya. Untuk menjembatani kesenjangan ini, terbentuklah komunitas-komunitas Muslim yang berperan sebagai wadah bagi para Muslim. Di Tokyo, khususnya di Masjid Nusantara Akihabara, terdapat komunitas Muslimah bernama Fatayyat yang didirikan tiga tahun lalu di bawah naungan NU. Komunitas ini telah memiliki lebih dari 140 anggota dengan sekitar 5 pengurus aktif hingga saat ini. Fatayyat menyelenggarakan berbagai aktivitas dalam setiap periodenya.
Pada tahun ini, KKN Internasional Jepang dari UIN Jakarta berkesempatan berdiskusi dengan Kak Fadila, Ketua Fatayyat Tokyo. Beberapa kegiatan rutin bulanan dan mingguan yang diadakan oleh Fatayyat Tokyo antara lain adalah tahlil bersama Muslimat dan khataman Al-Qur’an. Selain itu, mereka juga menyelenggarakan acara tahunan seperti peringatan harlah, Muharram, kajian agama, serta pelatihan digitalisasi seperti pembuatan poster. Tak ketinggalan, mereka juga mengadakan LKD (kaderisasi). Kegiatan ini dilakukan secara offline maupun online, tergantung pada ketersediaan pengurus dan anggota yang tersebar di berbagai daerah.
Fatayyat berkembang pesat hingga menarik banyak orang untuk mengikuti kegiatannya. Dalam acara-acara pembelajaran, komunitas ini sering mengundang pembicara dari luar untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih mendalam. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan sumber daya manusia dan keinginan untuk mendasarkan pembelajaran pada kitab-kitab yang shahih.
Di luar kajian rutin, Fatayyat juga mengadakan sesi sharing yang diisi oleh Ustadzah Oki Setiana Dewi, yang membahas kehidupan dan kesehatan mental di Jepang. Respon dari peserta sangat emosional dan menyentuh, mengingat kehidupan bersosialisasi di Jepang yang masih sangat minim dan cenderung individualis.
Kak Fadila sendiri, dari pengalamannya yang merasakan kurangnya interaksi sosial di Jepang, ingin menjadikan Komunitas Muslim Fatayyat sebagai tempat bagi para anggotanya untuk menemukan teman seperjuangan dan merangkul mereka dalam jalan Islam. Harapannya, agar teman-teman Muslim dapat terus istiqamah dalam menjalankan ibadah dan memperkaya rohani.
Kedepannya, dengan adanya masjid-masjid di Jepang, Komunitas Muslim Fatayyat diharapkan dapat berkontribusi lebih luas serta menjadi wadah yang tepat bagi para Muslimah.
Peserta KKN Internasional Jepang UIN Jakarta: Naila Rafifa, Yulia Rahma, Anisa Nur Safarina, Ghany Fitriamara S, Annisa Dzakiah.
(Ghany Fitriamara S.)