Azyumardi Azra: Milad ADIA/IAIN/UIN Jakarta ke-64 dalam Refleksi

Azyumardi Azra: Milad ADIA/IAIN/UIN Jakarta ke-64 dalam Refleksi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta) berawal dari Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) Kementerian Agama (dulu Departemaen Agama) pada 1 Juni 1957 dan menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) tertua di Indonesia pada akhir tahun 1950-1957. PTKIN lainnya, umumnya di luar Jawa, berdiri setelah berdirinya ADIA tahun 1960.

Guru-guru saya sendiri adalah produk ADIA yang sebagian besar mereka sudah tidak ada lagi di tengah-tengah kita. Termasuk Rektor ADIA Drs Ahmad Sadali yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Mereka tidak menyaksikan perubahan ADIA menjadi IAIN dan UIN. Setelah itu datang generasi IAIN pada tahun 1960.

Pada tahun pertama pertengahan, IAIN Jakarta berhadapan dengan situasi yang sulit karena permasalahan politik dan ekonomi di akhir masa kepemerintahan Presiden Sukarno. Saat itu, IAIN Jakarta masih bisa bertahan, bahkan menjadi induk dari bebragai fakultas di berbagai tempat dan pulau yang sekarang sudah bertransformasi menjadi UIN juga, mulai dari UIN Padang, Medan, Pontianak, Serang, dan lainnya.

Dengan segala keterbatasannya, IAIN Jakarta yang pada waktu itu hanya satu rumpun ilmu agama memiliki banyak kajian dan penelitian dalam dan luar negeri. IAIN Jakarta memainkan peran yang sangat penting, yaitu modernisasi pendidikan Islam di Indonesia, baik dengan terlibat langsung sebagai praktisi pendidikan di pesantren, madrasah, sekolah-sekolah Islam model al-Azhar atau sebagai birokrat yang mengambil keputusan-keputusan penting mengenai pendidikan Islam di Kementerian Agama (Kemenag), baik di tingkat nasional maupun lokal.

Tidak mungkin kita membayangkan pendidikan Islam seperti saat ini tanpa IAIN, khususnya IAIN Jakarta. Karena waktu itu selalu disebut dua IAIN pembina pada awal 1970an, pertama IAIN Ciputat, Jakarta, kedua IAIN Yogyakarta.

Jakarta lebih beruntung karena dekat dengan pusat kekuasaan, yaitu Kemenag. Jadi itulah yang kemudian melahirkan kaum intelegensia Muslim yang mendapatkan gelar Bachelor of Art (BA). Dulu sistemnya masih bakaloriat yang ditempuh selama empat tahun dengan gelar Sarjana Muda atau BA. Untuk mendapatkan gelar Doktorandus (Drs) atau Doktoranda (Dra), para mahasiswa harus menempuh studi lagi selama tiga atau empat tahun. Itulah yang melahirkan intelegensia baru yang kemudian bergerak di dalam berbagai bidang kehidupan.

Peran lembaga ini bukan hanya terbatas pada IAIN saja atau terbatas pada Kemenag saja, tetapi memiliki peran dalam berbagai aspek kehidupan bangsa kita ini. Banyak alumni IAIN Jakarta yang bekerja di berbagai sektor, seperti di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan menjadi juru kampanye BKKBN, sehingga Indonesia menjadi negeri yang paling sukses di dunia Muslim dalam Program Keluarga Berencana. Ada yang aktif di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dengan menjadi Wakil Kemenlu, yaitu A M Fahir dan ada Wahidudin Adams di lembaga yudikatif. Dulu di IAIN ada jurusan Bahasa Inggris, Pedagogik, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Sosial yang alumninya menjadi guru di sekolah-sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Artinya, alumni IAIN Jakarta menempati peran yang luar biasa dalam memberikan sumbangsih untuk kemajuan Islam sampai sekarang ini.

Pernah juga IAIN Jakarta menghadapi kesulitan-kesulitan berhadapan dengan perkembangan politik pada tahun 1974. Ketika itu, kampus diserang tentara dari Kodam Diponegoro di saat Sidang Umum MPR. Termasuk Rektor IAIN, pada waktu itu Prof Dr Harun Nasution, dinaikkan ke mobil truk dan dibawa ke Kapolres Jakarta Selatan di Fatmawati dan pada waktu itu seluruh rumah sakit di Ciputat dan Jakarta Selatan penuh dengan mahasiswa-mahasiswi IAIN Jakarta (yang terluka akibat serangan).

Itulah pengalaman sejarah pahit yang dihadapi IAIN Jakarta ketika itu. Selain itu, IAIN Jakarta juga mengalami politisasi, termasuk Prof Harun yang diminta untuk memastikan bahwa di kampus IAIN Jakarta tidak ada anasir Komando Jihad. Beberapa dosen IAIN juga ada yang ditangkap, terutama dari Fakultas Syariah, salah satunya suami almarhumah Halimah Majid. Itu adalah sekelumit cerita dari bagian pahit perjalanan IAIN Jakarta.

Namun, jika kita berbicara mengenai pendidikan Indonesia, itu adalah cerita mengenai history of progress yang menunjukkan bahwa cerita pendidikan di Indonesia Islam tidak pernah mengalami kemunduran. Pada akhirnya, tanggal 20 Mei 2002, IAIN Jakarta menjadi kampus yang kali pertama melakukan transformasi di antara PTKIN dari institut menjadi universitas dengan nama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Baru dua tahun kemudian, kampus-kampus lain mengikuti jejak IAIN Jakarta.

Sebagaimana yang disampaikan Rektor UIN Jakarta Prof Amany Lubis dalam sambutannya, saya juga berani mengatakan UIN Jakarta ini adalah kampus yang lengkap dan akan banyak prestasi yang bisa dicapai. Satu contoh, hasil skor ujian masuk calon mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Jakarta itu menempati ranking dua paling tinggi dan mengalahkan induknya, Universitas Indonesia (UI).

Inilah yang harus kita syukuri seperti dalam ayat Alquran (Surat Ibrahim ayat 7) untuk harus banyak bersyukur terus-menerus. Bahwa ada kelemahan dan masalah di sana sini, itu sesuatu hal yang biasa saja asal kita berusaha untuk memecahkannya bersama-sama dengan baik, karena kampus ini adalah lembaga kita semua yang harus dikembangkan. Saya yakin masa depan UIN Jakarta itu adalah terus melangkah ke depan. Bisa dipastikan UIN Jakarta ini memiliki masa depan yang cemerlang, easier to come, dan masih akan terus berkembang.

UIN Jakarta juga sering disebut flagship campus, kampus pengibar bendera keunggulan akademik Islam Indoensia, walaupun mungkin ada UIN yang lain di atas kita. Dengan kelengkapannya dan pengaruhnya, UIN Jakarta saat ini masih sangat memiliki peluang bukan hanya sekedar flagship campus di Kemenag, tapi sudah menjadi Window of Academic Ecxellent. Jika UIN Jakarta terus meningkatkan berbagai usaha, maka akan lebih banyak lagi prestasi yang akan dihasilkan.

Tantangan UIN Jakarta

Tidak ada niat baik yang tidak bisa diwujudkan, walaupun harus dilakukan program konsolidasi, paling tidak empat hal penting yang harus dikonsolidasikan. Pertama, mengkonsolidasikan kembali Sumber Daya Manusia (SDM) UIN Jakarta yang belakangan ini cukup banyak yang sudah meninggal dunia. Ini menjadi tantangan UIN Jakarta kedepan untuk melakukan konsolidasi SDM. Walaupun UIN Jakarta masih tetap menjadi kampus dengan jumlah Guru Besar yang paling banyak di antara PTKIN lainnya, namun demikian, karena musibah pendemi ini, kita harus kembali melakukan program kosolidasi SDM agar semakin banyak lagi para dosen yang menjadi Guru Besar.

Kedua, mengkonsolidasikan proses pembelajaran yang sudah tiga semester dilakukan secara daring yang yang tidak efektif, berbeda dengan proses pembelajaran secara luring.

Ketiga, mengkonsolidasikan paragdigma keilmuan dalam proses integrasi Ilmu Quraniyah dan Ilmu Kauniyah yang harus terus-menerus dilakukan.

Terakhir, mengkonsolidasikan peran yang sudah dimainkan dengan penguatan kembali pemberdayaan dan sosialisasi Islam Wasathiyah. Masa depan Islam di muka bumi ini adalah model Islam Wasathiyah yang inklusif, terbuka pada ilmu pengetahuan, dan kosmopolit, bukan model Islam keras dan leteral. Islam model seperti itu (keras dan leteral) tidak mempunyai masa depan.

Dengan demikian, UIN Jakarta sejak masa lalu mempunyai peran yang sangat penting. Tugas selanjutnya adalah mengembangkan UIN Jakarta dan meningkatkan perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus juga diharapkan dapat mengambil peran yang lebih besar di dunia global, dunia Muslim. Dalam memainkan peran di dunia global, Rektor UIN Jakarta saat ini memiliki akses yang besar dan kuat ke ke jaringan dunia Islam. Inilah yang kita harapkan ke depan.

Selamat milad ADIA/IAIN/UIN Jakarta ke-64, mudah-mudahan berjaya ke depan!

Refleksi Milad ADIA/IAIN/UIN Jakarta ke-64 disampaikan secara virtual oleh Prof Dr Azyumardi Azra MA CBE pada acara Munajat UIN Jakarta untuk Bangsa, Jumat, 2 Juli 2021 dan dapat disaksikan secara lengkap di sini. (mf)