Atasi Masalah Tuberklosis dan Anemia, Pemkot Bogor Gandeng Fikes UIN Jakarta
Bogor, BERITA UIN Online— Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UIN Syarif Hidayatullah menggelar pertemuan dengan Pemerintah Kota Bogor untuk menjajaki kesepahaman kerja sama di Kota Bogor, Senin (25/9/2023). Penjajakan kerjasama ini dilakukan menyusul keinginan Pemkot Bogor dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakatnya, tuberkulosis dan anemia.
Pertemuan penjajakan sendiri dihadiri pimpinan masing-masing lembaga. Dari Pemkot Bogor hadir Wakil Walikota Bogor Dedie A. Rachim, Ketua Bappeda Kota Bogor Rudi Mashudi, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Anas Resmana, Perwakilan Dinas Kesehatan, dan beberapa perwakilan lembaga pemerintahan Kota Bogor lainnya.
Sedang dari Fikes UIN Jakarta, hadir Dekan Prof. Dr. Zilhadia, Tim Peneliti Prodi Kesehatan Masyarakat yang diketuai oleh Fajar Ariyanti Ph.D beserta anggota tim lainnya. Selain itu, hadir Professor Bulent Kilic dari Dokuz Eylül Üniversity, Turkey, yang tengah melakukan riset di UIN Jakarta.
Dalam keterangannya, Dekan Zilhadia mengungkapkan, kolaborasi antara FIKES UIN Jakarta dan Pemda Kota Bogor sangat penting dalam mempercepat percepatan penurunan angka tuberkulosis dan anemia. Tuberkulosis dan anemia tercatat jadi masalah kesehatan terbesar di Indonesia, terutama anemia pada remaja putri yang berdampak pada angka stunting dan masalah kesehatan lain.
Masalah ini, lanjutnya, menjadi alasan bagi Fikes UIN Jakarta untuk memprakarsai pertemuan penjajakan kerja sama. Sebelumnya, Tim FIKES UIN Jakarta telah melakukan riset terkait Health System Resilience and Responsiveness untuk Tuberkulosis dan Faktor Risiko Anemia di Kota Bogor.
“Fikes UIN Jakarta telah melakukan penelitian mengenai tuberkulosis dan anemia untuk melihat bagaimana kondisi masalah kesehatan tersebut di Kota Bogor. Harapannya hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam rencana tindaklanjut dan kerja sama antara FIKES UIN Jakarta dan Pemerintah Kota Bogor sebagai upaya mengatasi masalah tuberkulosis dan anemia secara bersama-sama,” paparnya.
Dekan Zilhadia menambahkan, permasalahan tuberkulosis dan anemia sendiri menjadi bagian persoalan kesehatan Indonesia yang membutuhkan penanganan banyak pihak. “Sebagaimana kita ketahui, kedua penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan, terutama tuberkulosis yang memiliki jumlah kasus yang besar. Tentunya dalam mengatasi penyakit ini perlu kerjasama multi sektoral, tidak hanya dilakukan oleh Pihak Puskesmas maupun Dinas Kesehatan saja,” ujarnya.
Senada dengan keterangan Dekan Zilhadia, Professor Bulent Kilic menilai perlunya kolaborasi semua pihak dalam menangani permasalahan tuberkulosis dan anemia. Langkah Pemkot Bogor menggandeng universitas dinilai langkah tepat dalam penanganan masalah kesehatan ini.
“Penanganan tuberkulosis dan anemia harus dilakukan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Pemerintah kota sudah melakukan langkah yang tepat dengan menggandeng universitas,” paparnya.
Hasil riset yang dilakukan Tim Peneliti Prodi Kesehatan Masyarakat Fikes UIN Jakarta sendiri menunjukkan bahwa pengendalian tuberkulosis bergantung pada resiliensi sistem kesehatan dalam memberikan layanan pasien tuberkulosis. Sementara pada anemia, faktor edukasi yang diberikan oleh pihak Puskesmas dan sekolah sangat mempengaruhi pengetahuan siswi remaja putri dalam kepatuhan mengonsumsi makanan sehat dan tablet tambah darah.
Dalam menanggulangi penyebab permasalahan tuberkulosis dan anemia seperti ditemukan pada riset tim Fikes, Fajar Ariyanti menjelaskan, pihaknya memberikan sejumlah rekomendasi. Diantaranya membuat pelatihan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas dalam pengelolaan tuberkulosis dan memperbaiki sistem rujukan pasien TB antara Puskesmas dan Rumah Sakit.
“Sementara solusi yang bisa kami berikan untuk permasalahan anemia yaitu dengan mengoptimalkan peran UKS melalui Dinas Pendidikan Kota Bogor,” ujarnya.
Menanggapi itu, Wakil Walikota Bogor Dedie A. Rachim menyambut baik rekomendasi yang diberikan. “Kami berterima kasih atas masukan dan rekomendasi yang diberikan oleh UIN Jakarta,” ujarnya.
Walkot Dedie optimistis kasus tuberkulosis yang tinggi di Kota Bogor bisa segera diselesaikan dengan adanya hasil riset tim Fikes UIN Jakarta. Sebab dengan data yang didapat pemerintah setempat bisa mendorong pasien ini untuk mau berobat dengan patuh, seperti dengan melakukan kunjungan dan pengobatan di rumah saja untuk menghindari penularan dengan orang lain.
“Selain itu, kami juga sudah memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan juga perbaikan sanitasi lingkungan rumah sebagai upaya mengatasi masalah stunting yang hal ini juga berkaitan dengan anemia” ujarnya.
Lebih jauh, Walkot Dedie berharap kerja sama bisa segera direalisasikan. Menurutnya, realisasi kerja sama lebih cepat akan lebih baik lagi dalam mengakselerasi program pengendalian kasus tuberkulosis dan anemia di Kota Bogor. (Zil/FNH/ZM)