Aminudin Yakub: Kurban Pelajaran Mengagumkan dari Nabi Ibrahim
Reporter: Jaenuddin Ishaq
Lapangan SC, UIN Online - Dosen Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Drs Aminudin Yakub MA mengatakan, sejarah perjuangan Nabi Ibrahim AS dalam menjalani perintah Allah SWT untuk mengurbankan sang anak (Nabi Ismail AS), sangat mengagumkan umat manusia untuk memaknai arti berkurban sebenarnya.
“Berkurban dalam berasal dari kata bahasa Arab qoruba, yuqrobo, qorib berarti dekat. Sedangkan dalam kosakata kita, ‘sahabat karib’ atau ‘karib kerabat’ yaitu orang-orang yang dekat dengan kita,†kata Aminudin saat khutbah Idul Adha yang diadakan Masjid Fathullah di lapangan Student Center, Jumat (27/11).
Dalam salat yang pimpin imam Ali Hudaibi dan bilal Marta Sasmita itu dihadiri ratusan jamaah. Tampak hadir pula Guru Besar Fakultas Ushuluddin yang juga Ketua Badan Pengurus Masjid (BPM) Fathullah Prof Dr Abdul Aziz Dahlan, Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Prof Dr Moh Ardani, Pudek Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidkom) Drs Mahmud Djalal, dan Direktur LAZIS Fathullah Dr Isnawati Rais.
Aminudin menjelaskan, berkurban merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan hidup. Perjuangan dan pengorbanan merupakan syarat mutlak untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Karena tiada hidup tanpa perjuangan.
“Para pahlawan yang telah berkorban jiwa dan raga, membuatnya dekat di hati bangsa. Seorang pemimpin yang sanggup berkorban, akan dicintai rakyatnya. Juga orang tua yang berkorban, membuatnya akan dihormati oleh anaknya,†jelas Aminudin yang juga anggota MUI Pusat.
Karena itu, lanjutnya, dengan keteladanan yang diajari Nabi Ibrahim diharapkan seorang Muslim mengetahui bahwa upaya untuk mencari keridhaan Allah SWT, harus didahului dengan kesediaan untuk mengqurbankan kesenangan pribadi. Seperti Nabi Ibrahim yang mampu menempatkan nilai pengabdian kepada Allah SWT di atas segalanya dengan mengqurbankan Nabi Ismail hingga akhirnya diganti dengan seekor kibas.
Terkait dengan ibadah haji, juga terdapat pengorbanan yang dilakukan oleh jamaah haji. Sa’i misalnya, dengan berlari kecil dari Safa ke Marwah dan sebaliknya, menandakan simbol perjuangan fisik yang dilakukan oleh seorang muslim. Menurutnya, thawaf merupakan janji untuk lebih taat kepada Allah SWT, sedangkan sa’i perjuangan mengerahkan tenaga yang dahulu pernah dilakukan Siti Hajar ibunda Nabi Ismail dalam mencari air.
“Sa’i mengajarkan bahwa hidup dan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik harus berjuang atau berkorban, karena Allah SWT tidak akan menurunkan rezekinya langsung dari langit,†ujarnya. []
Â