Al-Quran dan Hadits Inspirasi Utama Medis-Farmasi Islam

Al-Quran dan Hadits Inspirasi Utama Medis-Farmasi Islam

Ciputat, BERITA UIN Online-- Al-Quran dan Hadits dinilai tidak hanya menjadi sumber penting yang dibutuhkan umat dalam menjalankan kewajiban keagamaan, melainkan juga kehidupan saat ini, termasuk inspirasi dalam dunia medis-farmasi. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran banyak intelektual Islam yang merumuskan praktek kedokteran dan pengobatan ala Nabi Muhammad SAW atau populer dengan sebutan Thibbun Nabawi.

Demikian benang merah Kuliah Umum Daring bertema ‘Riset Pengobatan Islam Pada Masa Pandemi Covid 19’, Rabu (6/5/2020). Kuliah umum menghadirkan narasumber peneliti sekaligus pengajar Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Jakarta Apt. Ofa Suzanti Betha, M.Si dipandu Apt.Vivi Anggia, M.Farm.

Dalam perspektif medis dan farmasi, Ofa menuturkan, terdapat sejumlah ayat al-Quran maupun matan hadits Nabi SAW yang secara langsung dan tidak mengungkap praktek-praktek kedokteran dan pengobatan yang dibutuhkan setiap tubuh manusia. Dengan kondisi demikian, tugas para sarjana medis dan farmasi masa kini untuk menyingkap berbagai penanda yang diberikan kedua rujukan utama masyarakat Muslim tersebut.

“Di dalam kitab suci Al-quran dipaparkan banyak bahan-bahan alam bermanfaat yang dapat digunakan dalam pengobatan yang patutnya penting untuk dikaji lebih lanjut,” ujarnya.

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Apt. Dr. Zilhadia, M.Si yang membuka kegiatan menambahkan, berbagai penanda yang menginspirasi medis dan farmasi itu telah mulai dikaji para sarjana Muslim sejak belasan abad lalu. Beberapa sarjana Muslim seperti al-Razi, Ibnu Sina, Abu al-Qasim mengembangkan praktek kedokteran Islam yang terinspirasi dari al-Quran, Hadits, dan pengetahuan yang berkembang kala itu.

“(Karya pemikiran mereka, red.) menjadi acuan pengobatan modern yang terus berkembang hingga kini di seluruh dunia. Hingga saat ini, banyak diantara praktek pengobatan peneliti dan dokter Muslim terdahulu dikaji dan diakui oleh berbagai peneliti modern,” tambahnya.

Kuliah umum yang berlangsung pukul 09.00-11.00 ini diikuti ratusan peserta baik dosen maupun mahasiswa. Selain dari Fakultas Ilmu Kesehatan dan berbagai fakultas lain di lingkungan UIN Jakarta, para peserta berasal dari berbagai lembaga pendidikan beragam seperti Prodi Farmasi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Jakarta, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Prodi Farmasi Universitas Esa Unggul, Prodi Pendidikan Biologi UIN Raden Intan Lampung, Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Prodi Farmasi STIKES Bani Saleh, dan berbagai institusi pendidikan lain di Jabodetabek-Banten.

Para peserta sendiri mengikuti seluruh kegiatan dengan penuh antusias. Pada sesi diskusi misalnya, tidak sedikit peserta mempertanyakan kemungkinan adanya apoteker Muslim yang mengaplikasikan dan mencoba membuktikan pengobatan ala Thibun Nabawi di era modern ini, termasuk relevansinya pada pengobatan modern sekarang. Narasumber sendiri optimis bahwa pengobatan ala Thibbun Nabawi sangat mungkin dikembangkan dan menjadi alternatif medis-farmasi modern. Untuk itu, diperlukan kerja keras dan integritas para sarjana kedokteran dan farmasi Muslim untuk mengembangkan berbagai temuan yang telah diletakkan para sarjana Muslim awal berdasar inspirasi al-Quran dan hadits agar bisa menjadi solusi kesehatan masyarakat kini dan mendatang. (z. muttaqin)