AICIS Diharap Tawarkan Solusi, Akademisi UIN Jakarta Turut Berpartisipasi

AICIS Diharap Tawarkan Solusi, Akademisi UIN Jakarta Turut Berpartisipasi

Bali, BERITA UIN Online— Konferensi internasional tahunan pengkajian Islam, Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-21 tahun 2022 diharapkan mampu memberikan solusi atas berbagai persoalan sosial di tanah air. Pada konferensi ini, sejumlah akademisi UIN Jakarta juga tampil sebagai pembicara undangan maupun pemakalah.

Dalam pembukaannya untuk sesi dua AICIS ke-21 di Bali, Selasa (01/11/2022), Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani mengungkapkan AICIS merupakan ajang penting bertemunya para akademisi. Pertemuan yang diisi dengan diskusi dari berbagai lintas disiplin keilmuan diharapkan dapat menawarkan solusi atas berbagai persoalan sosial.

"Pertemuan yang penuh dengan orang orang hebat seperti inilah yang kemudian diharapkan memberikan soluasi atas persoalan-persoalan yang kita hadapi," paparnya seperti dipantau BERITA UIN Online dari kanal DIKTIS TV.

Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini mengungkapkan kehidupan sosial saat ini dihadapkan pada sejumlah dinamika. Salah satunya kehidupan sosial kini dihadapkan pada volatilitas atau gejolak di tengah-tengah masyarakat.

Lainnya, dinamika yang dihadapi sosial adalah kondisi uncertainty atau ketidakpastian. “Sesuatu hal yang tetap pada hari ini adalah perubahan. Dan sesuatu yang pasti adalah yaitu ketidakpastian," imbuhnya.

Dinamika lain yang dihadapi masyarakat adalah situasi complexity atau kondisi serba kompleks kehidupan sosial. "Menyelesaikan satu persoalan bisa jadi memunculkan 10 persoalan. Menyelesaikan 10 persoalan bisa jadi meninggalkan dua persoalan. Berbagai masalah datang silih berganti," tambahnya.

Terakhir, sambungnya, masyarakat juga menghadapi dinamika ambiguitas yaitu kondisi serba ambigu. Kondisi ini berimbas pada biasnya batas-batas kebaikan maupun kebenaran.

Berangkat dari berbagai kondisi demikian, lanjutnya, agama harus hadir melalui pengembalian nilai-nilainya untuk membangun hubungan sosial yang damai. Konsepsi pengembalian nilai-nilai agama ini disebutnya sebagai Future Religion.

Dengan kembalinya nilai-nilai tersebut diharapkan wajah damai umat agama-agama terbangun. Agama hadir dengan mengajarkan keramahan, mengajak kebaikan, membina kemanusiaan, dan menumbuhkan rasa cinta sesama

"Dan agama (seperti, red.) itulah yang harus hadir di hidup kita. Untuk itulah, AICIS hadir membahasnya," paparnya merujuk peran para akademisi sendiri.

Diketahui, AICIS kembali digelar untuk ke-21 kalinya pada tahun ini. Tema umum AICIS kali ini adalah Future Religion in G20 selaras penyelenggaraan pertemuan negara-negara anggota G20 tahun ini di Bali, sedang tema dasarnya Digital Transformation, Knowledfe Management, adn Social Resilience.

Harapan atas kontribusi positif dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial juga disampaikan Gubernur Bali I Wayan Koster yang hadir dan menyampaikan sambutannya dalam forum itu. “Di sini berkumpul para cendekiawan. Sudah seharusnya kita memiliki tatanan dunia baru pasca pandemi Covid 19,” harapnya.

Merujuk perspektif kearifan lokal Bali, kondisi pandemi merupakan bagian dari siklus agung menuju jaman baru dengan perubahan besar. "Dan siklus agung menuju jaman baru dengan perubahan besar perlu satu skenario untuk menuju tatanan baru tersebut," tambahnya.

Tatanan baru demikian, sebutnya, pada kasus masyarakat Bali adalah bisa direalisasikan dengan pembangunan kembali kehidupan sosial ekonomi masyarakat Bali pasca pandemi sejak hampir tiga tahun terakhir. Menurutnya, pandemi telah menyebabkan melemahnya perekonomian yang berimbas pada turunnya tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.

Pengamatan BERITA UIN Online, forum AICIS kali ini juga turut diikuti sejumlah akademisi dari UIN Jakarta. Selain menjadi penyaji makalah dalam forum panel reguler, sejumlah akademisi juga hadir sebagai pembicara undangan.

Diantaranya, Guru Besar Ilmu Politik sekaligus Dekan FISIP UIN Jakarta Prof. Dr. Ali Munhanif dan Guru Besar Prof. Iik Arifin Mansurnoor MA., Ph.D. Keduanya hadir menjadi pembicara bersama Indonesianis Profesor James B. Hoesterey, Aktifis NU Yenny Wahid, Penasihat Dharma Wanita Kemenag Eny Retno Yaqut, Profesor Yo Nonaka Keio University of Japan, Profesor Mujiburrahman dari UIN Banjarmasin, dan Profesor Jeremy Menchik dari University of Wisconsin-Madison, Profesor Masdar Hilmy dari UIN Sunan Ampel Surabaya, dan Profesor Azmil Mohd Tayeb. (zm)