Tugas Rasul, Sudahkah Berakhir?
Oleh: Syamsul Yakin Dosen KPI Magister FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam al-Qur’an minimal ada dua fungsi diutusnya para rasul. Yakni, untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Allah SWT tegaskan, “Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati” (QS. al-An’am/6: 48).
Para rasul diberikan keistimewaan oleh Allah SWT dengan turunkan wahyu untuk mereka. Allah SWT kabarkan, “Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku” (QS. al-Kahfi/18: 110). Keistimewaan lainnya adalah bahwa para rasul terjaga dari salah dan dosa. Untuk itu, Allah SWT memerintahkan kaum mukmin untuk beriman kepada mereka. Lihat misalnya surah al-Baraqah/2 ayat 136.
Secara teologis-normatif, beriman kepada rasul didasarkan titah Allah SWT, “Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya” (QS. al-Baqarah/2: 285).
Hengkang terhadap rukun iman keempat ini, oleh Allah SWT dihukumi sesat, ‘Barangsiapa yang kafir (ingkar) kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian (hari akhir), maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya” (QS. al-Nisaa/4: 136). Ibnu Katsir dalam tafsirnya menulis maksud “sesat sejauh-jauhnya” adalah keluar dari jalan hidayah dan jauh dari jalan yang benar.
Secara historis, dapat dibaca dalam sejumlah ayat, mengenai kaum yang mendustai para rasul. Misalnya, Allah SWT informasikan, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul” (QS. al-Syu’ara/26:105). Dalam Tafsir Jalalain diungkap bahwa mendustakan Nabi Nuh adalah tidak menerima ajaran t tauhid. Sejatinya tugas para rasul itu adalah sama, yakni mengajak umatnya untuk mentauhidkan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang disembah.
Ujungnya, kaum Nabi Nuh mendapatkan balasan atas keingkaran mereka. Inilah ilustrasi al-Qur’an, “Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih” (QS. al-Furqan/25: 37). Orang-orang zalim dalam ayat ini, maksudnya adalah orang kafir.
Selain kaum Nabi Nuh yang mendustakan para rasul, dalam sejarah dikenal juga kaum ‘Aad, dimana Nabi Hud diutus Allah SWT kepada mereka di daerah Yaman. Namun mereka mendustakan Nabi Hud. Allah SAW berfirman, “Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul” (QS. al-Syu’ara/26/123). Akhirnya mereka dihukum oleh Allah SWT dengan bencana kekeringan dan topan yang sangat hebat hingga kaum ‘Aad musnah
Selain itu, ada lagi kaum Tsamud. Mereka adalah orang-orang yang cerdas, terampil, dan gigih dalam menciptakan kebudayaan dan peradaban. Misalnya, mereka ahli membuat taman dan memahat gunung untuk dijadikan rumah. Namun sayang mereka mengingkari Nabi Shaleh. Mereka memilih menyembah berhala. Pada Allah SWT menyeru mereka, “Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku” (QS. al-Syu’ara/26:150).
Kaum serupa yang mendustkan para rasul adalah orang-orang Madyan. Kepada mereka diutus Nabi Syu’aib. Allah SWT berfirman, “Ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya” (QS. al-A’raf/7: 85).
Setelah sekian banyak Allah SWT mengutus para rasul hingga Nabi SAW sebagai nabi dan rasul terakhir, pertanyaannya adalah: tugas rasul, sudahkah berakhir? Bagaimana memaknai firman Allah SWT, “Kewajiban rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan” (QS. al-Maidah/5: 99). Apakah itu artinya tugas para rasul kini berada di pundak orang-orang beriman? (sam)