Metodologi Tafsir Jalalain

Metodologi Tafsir Jalalain

Oleh: Syamsul Yakin

Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penulis Buku "Dimensi-Dimensi Kitab Kuning"

Tafsir Jalalain adalah nama "beken" Tafsir al-Qur'an al-Adzim. Tafsir Jalalain secara harfiah berarti "Tafsir Dua Jalal". Keduanya bergelar "Jalaluddin", artinya keduanya memiliki kemuliaan karena telah memelihara agama. Seperti menulis banyak kitab dan memublikasikannya ke seantero dunia, termasuk Indonesia.

Nama asli mereka, pertama, Muhammad bin Ahmad. Al-Mahalli pada ujung Muhammad bin Ahmad menunjukkan bahwa dia orang Mahal, satu daerah di Mesir. Kedua, Abdurrahman bin Abi Bakar. Seperti al-Mahalli, al-Suyuthi menunjukkan bahwa dia berasal dari Asyuth, sebuah daerah di Mesir juga.

Selain bergelar Jalaluddin, mereka juga bergelar al-Imam. Artinya, keduanya adalah para pemimpin agama, secara umum. Sedangkan secara khusus, gelar al-Imam merujuk pada makna guru bagi para pakar hadits di zamannya. Gelar tertinggi bidang hadits adalah al-Hafidz, bagi yang hapal 100 ribu hadits dengan sanad dan matannya.

Belakangan, gelar al-Hafidz disemangatkan kepada orang yang hapal 30 juz al-Qur'an secara mutqin. Kendati ada yang berpendapat gelar untuk kreteria itu lebih tepat adalah al-Hamil. Hal ini terlihat dari al-Tibyan: fii Adabi Hamalatil Qur'an karya Imam Nawawi, yang juga menulis al-Adzkar dan Riyadush Shalihin.

Jadi penulis Tafsir Jalalain adalah Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Al-Mahalli yang hidup sekitar 791/1389-864/1459 adalah guru al-Suyuthi (849/1445-911/1505. Relasi guru murid inilah yang menghasilkan sebuah mahakarya yang bernama Tafsir Jalalain, yang dibaca di semua pesantren di Indonesia.

Secara metodologis, kitab ini diawali dengan basmalah, hamdalah, dan shalawat. Hal itu tertuang dalam sambutan pengantar kitab oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi Menurutnya, tugas untuk meneruskan karya gurunya, yakni surah al-Kahfi hingga al-Nas dan al-Fatihah adalah kesukaan yang sangat diharapkan banyak orang.

Imam Jalaluddin al-Suyuthi memulai menuliskan surah al-Baqarah hungga al-Isra dengan metode yang sama persis dengan yang dilakukan oleh gurunya. Sehingga kalau dibaca, sulit dibedakan antara karya al-Mahalli dan al-Suyuthi. Kerja intelektual al-Suyuthi ini diselesaikan hanya dalam tempo setahun saja, yakni mulai 870-871 Hijriah.

Dalam penyajiannya, tafsir ini menggunakan pendekatan gramatika Arab. Misalnya cara membaca ujung-ujung kata (al-I'rab). Kitab ini menghindari pembicaraan yang tidak perlu. Seperti mengutip pendapat yang mengundang perdebatan baik soal akidah, ibadah, maupun soal bahasa. Untuk itu, pengarang hanya mengutip pendapat yang paling kuat.

Metode penyusunan kitab ini ada dua. Pertama, ada yang disusun sesuai mushaf secara umum yang dimulai dari al-Fatihah hingga al-Naas. Kedua, ada yang memulainya dari al-Baqarah sampai surah al-Kahfi sesuai yang ditulis oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Bagian inilah yang disebut dengan jilid satu Tafsir Jalalain. Kendati hanya dalam satu bundel buku.

Jilid kedua adalah bagian yang merupakan karya Imam Jalaluddin al-Mahalli. Mulai surah al-Kahfi sampai al-Naas. Sementara surah al-Fatihah yang merupakan karya al-Mahalli, diketakkan pada bagian belakang kitab model kedua ini yang umumnya adalah cetakan luar negeri. Selamat mempelajari kitab Tafsir Jalalain.(sam/mf)