Kualitas Pendidikan di Indonesia Masih Memprihatinkan
Auditorium, BERITA UIN Online – Kualitas pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah dan memprihatinkan. Menurunnya kualitas pendidikan tersebut di antaranya karena minat baca masyarakat yang juga masih rendah.
Hal itu diutarakan Prof Dr Ulfah Fajarini, guru besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, saat dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Antropologi Budaya di Auditorium Harun Nasution, Minggu (5/11/2017). Acara pengukuhan yang sekaligus Wisuda Sarjana ke-106 tersebut dihadiri Rektor UIN Jakarta Prof Dr Dede Rosyada, para guru besar, orangtua, dan peserta wisuda.
Menurut Ulfah, data World Education Ranking yang diterbitkan Organization for Economic Co-operation and Develomnet (OECD) seperti yang dilansir The Guardian, disebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-57 dari total 65 negara di dunia. Sedangkan untuk minat baca, menurut studi Most Litered Nation in the World yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara.
“Hal ini menunjukkan bahwa dalam bidang pendidikan Indonesia memang masih memprihatinkan,” katanya.
Pada bagian lain, Ulfah mengatakan, masalah utama yang muncul dalam antropologi pendidikan di ataranya berhubungan dengan keilmuan, yaitu kekeliruan paradigma yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan serta berkaitan dengan aspek praktis atau teknis (manajemen). Dalam aspek praktis ini, misalnya rendahnya karena kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya prestasi siswa, dan mahalnya biaya pendidikan.
Rendahnya kualitas sarana fisik tersebut ditandai dengan, misalnya, banyaknya gedung lembaga pendidikan yang rusak, penggunaan media belajar yang rendah, dan koleksi buku perpustakaan yang kurang lengkap.
“Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan di samping belum meratanya pendidikan di Indonesia,” jelasnya.
Antropologi dalam pendidikan
Dalam pidato ilmiahnya berjudul Peranan Antropologi di Bidang Pendidikan, Ulfah mengatakan antropologi memiliki manfaat dalam pendidikan. Di antara manfaat antropologi adalah dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara universal maupun perilaku manusia pada setiap individu masyarakat atau suku bangsa. Selain itu, antropologi juga dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus dilakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang disandangnya.
Dengan mempelajari antropologi, katanya, setidaknya akan memperluas wawasan terhadap perhaulan umat manusia di seluruh dunia, khususnya di Indonesia yang mempunyai kekhususan-kekhususan sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
“Hal lain lain yang penting dari antropologi adalah dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi masyarakat,” jelasnya.
Ulfah Fajarini lahir di Jakarta pada 28 Agustus 1967. Ia merupakan putri ketiga dari pasangan Prof Dr H Hadjid Harnawidagda MPd (alm) dan Hj Sudarsini Hadjid. Pendidikan dasar dan menengahnya ditempuh di SDN Legoso Ciputat tahun 1980, SMPN XI Jakarta tahun 1983, dan SMAN VI Jakarta 1986. Selepas dari SMA, ia melanjutkan kuliah ke Jurusan Antropologi pada Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilm u Politik Universitas Indonesia dan lulus tahun 1991.
Untuk mengembangkan keilmuannya, Ulfah kembali melanjutkan pendidikan ke program magister dan doktor dalam bidang ilmu yang sama serta di fakultas dan universitas yang sama. Kedua jenjang tersebut berhasil diraih masing-masing tahun 1998 dan 2012.
Selama menjadi PNS, ibu dua anak itu sempat memperoleh penghargaan dari Presiden Republik Indonesia berupa Satyalencana Karya Satya 10 tahun (2006) dan Satyalencana Karya Satya 20 tahun (2016). Pada tahun 2005, ia sempat mengikuti program Training of Trainer (ToT) di Malaysia dan Singapura.
Selain sebagai dosen dan peneliti, Ulfah juga terbilang cukup produktif menulis di jurnal ilmiah, baik berskala nasional maupun internasional. Beberapa karya ilmiahnya bahkan telah masuk ke dalam jurnal internasional bereputasi dan terindeks Scopus. Antara lain berjudul Traditional Knowledge on Malaria of Gayo People in Centeral Aceh, Indonesia (Studies on Ethnomedicine, KRE Publisher Vol 10, Oktober 2016) dan Indigenous Tourism: Ngarot Tradition in Indramayu, Wes Java, Indonesia (Advance Science Letter, American Publisher, 2017). (ns)