UIN Jakarta-USIM Kembali Jalin Kerja Sama Internasional
Gedung FDIKOM, Berita UIN Online - Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) UIN Jakarta menjalin kerja sama internasional dengan Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) dalam bidang media atau broadcasting. Sebelumnya, UIN Jakarta dan USIM telah menandatangani perpanjangan perjanjian kerja sama pada 26 Januari 2024 di Gedung Rektorat UIN Jakarta. Dalam perjanjian tersebut terdapat beberapa rencana program baru untuk meningkatkan kualitas pendidikan kedua belah pihak, seperti pertukaran pelajar, workshop, seminar, dan pertukaran dosen.
Salah satu program tersebut mulai direalisasikan dengan diadakannya seminar internasional bertajuk "Islamic Broadcasting In The Digital Area” di Gedung FDIKOM, Selasa (20/2/2024). Seminar dibuka oleh Dekan FDIKOM, Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si. dan dimoderatori oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama FDIKOM, Dr. Muhtadi, M.Si. Dari USIM hadir Wakil Dekan Bidang Akademik dan Internasional Faculty of Leadership and Management, Dr. Suria Hani A. Rahman, dan Kepala Program Komunikasi Faculty of Leadership and Management Dr. Rosidayu Sabran serta sejumlah mahasiswa.
Dalam pemaparannya, Dr. Suria menjelaskan bahwa film-film yang diproduksi oleh Malaysia merupakan representasi dari kehidupan di Malaysia yang sebenarnya. Hal itu merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh media Malaysia untuk menyelaraskan perkembangan media-media Islami.
Dalam forum yang sama, Dr. Suria juga membahas kehidupan pendakwah, pers, dan pemerintah di Malaysia. Ia menjelaskan bahwa pendakwah yang muncul di TV Malaysia harus memiliki izin tauliah dari pejabat pemerintahan yang menaungi masalah keagamaan. Tauliah merupakan sertifikasi kelayakan berceramah bagi para pendakwah di Malaysia .
“Setiap pendakwah dan penceramah mendapatkan tauliah. Setiap dari mereka harus mendapatkan izin tauliah dari jabatan agama. jadi yang muncul di TV semua sudah mendapatkan tauliah. Media di Malaysia berada di bawah Kementerian Komunikasi, tapi kementerian memiliki komisi lagi di bawahnya yang mengatur penyiaran dan media internet,” ungkapnya dalam dialek Melayu Malaysia.
Menanggapi pertanyaan mengenai konvergensi media dalam dunia pers, Dr. Suria mengatakan bahwa hal itu jangan dianggap sebagai dampak yang negatif. Sebaliknya, dengan adanya konvergensi media maka akan membuat jurnalis terbiasa untuk multitasking sehingga dapat menjadi bekal di kemudian hari.
“Di masa sekarang jurnalis harus memiliki banyak kemampuan, harus bisa menulis, fotografi, videografi, dan editing. Harus bisa menyusun rencana topik, pertanyaan narasumber, dan wawancara. Semua harus bisa dikuasai jurnalis, tapi lihat dari sisi yang positif, kamu bisa ber-multitasking. Itu salah satu cara kita menambah bekal di kemudian hari untuk mungkin membangun perusahaan media sendiri, jadi lihat dari sisi positifnya,” ungkapnya.
Kehidupan pers di Malaysia menurutnya kini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan masa pemerintahan yang lalu karena kini fleksibilitas media di Malaysia lebih luas. Meskipun mayoritas berita yang dihasilkan bersudut pandang dari pemerintahan, tetapi kini sudut pandang dari masyarakat mulai sering bermunculan. Ia berharap nantinya calon pekerja media, khususnya mahasiswa USIM dapat membawa Islam ke media internasional dalam sisi yang positif, bukan sebagai penjahat atau bahkan teroris.
(Nadia Nur Fadilah/ Fauziah Muslimah/Nanang Esha)