PJJ di Masa Pandemi, Prodi PGMI Undang “Guest Lecture” 

PJJ di Masa Pandemi, Prodi PGMI Undang “Guest Lecture” 

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta mengundang “Guest Lecture” atau dosen tamu bagi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mahasiswanya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk berbagi pengalaman mengenai pelaksanaan PJJ selama masa pandemi Covid-19.

Dosen tamu yang diundang adalah Arifa, seorang guru kelas 3 di Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Bantur, Malang, Jawa Timur. Pelaksanaan PJJ bersama dosen tamu bertema “Dinamika Pembelajaran IPS pada Kurikulum 2013” itu digelar secara daring, Selasa (9/6/2020).

PJJ dipandu Ani Fuadah, dosen mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk MI/SD pada Prodi PGMI, dan diikuti oleh 60 mahasiswa semester 2 serta mahasiswa lain. Kegiatan PJJ juga disiarkan secara langsung melalui media sosial Instagram.

Arifa mengatakan, pembelajaran tematik terpadu yang berbasis tema untuk menghubungkan tema satu dengan tema berikutnya dalam satu rumpun telah dilaksanakan pada kegiatan belajar mengajar kelas 1-6 MI/SD. Namun, pada ujian akhir menimbulkan kebingungan pada peserta didik karena mereka disuguhi soal-soal berbasis mata pelajaran kembali.

Kegiatan pembelajaran daring dalam rangka memutus mata rantai Covid-19 menimbulkan beberapa masalah di wilayah perdesaan. Masalahnya. penggunaan media elektronik untuk menghubungkan guru dan peserta didik tak berjalan sempurna.

“Tidak semua pelajar MI/SD sudah memiliki ponsel pintar. Bahkan di antara orang tua mereka pun ada yang tidak menggunakan perangkat tersebut.” katanya.

Kalaupun misalnya ada guru dan peserta didik yang menggunakan gawai pintar, mereka juga tak selalu mendapatkan jaringan internet dengan baik.

Selain itu, kata Arifa, muncul hasil ujian dari anak yang pada semester-semester sebelumnya mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), kini menjadi anak yang menghasilkan ujian tertinggi pada pelaksanaan ujian daring ini.

Lebih lanjut Arifa mengatakan, tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara mengemukakan ada tiga hal yang menjadi pondasi kekuatan karakter dan prestasi bagi peserta didik, yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, ketiga lingkungan tersebut seharusnya bahu membahu dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam hal ini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) dalam penyampaian informasi harus lebih memertimbangkan masalah terkecil yang terjadi di lapangan. Bukan saja guru dan masyarakat di sekolah, tetapi juga menggendeng orang tua dan masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan mutu, layanan, serta kualitas pembelajaran melalui pendampingan orang tua di rumah selama PJJ daring berlangsungi.

Sedangkan pihak sekolah sebagai pelaksana sepenuhnya kegiatan belajar mengajar berbasis media internet juga harus lebih pro aktif, terutama dalam memberikan informasi kepada orang tua murid. Demikian pula langkah-langkah apa saja yang harus dilaksanakan serta batasan pendampingan putera-puteri mereka terutama pada saat mengerjakan tugas ujian.

Seentara bagi orang tua, sebagai pembimbing anak di rumah, juga harus menghormati hak-hak anak untuk mendapat kebebasan mengerjakan tugas sesuai pemahaman dan penalarannya selama ujian berlangsung.

“Pendampingan adalah hal yang sangat bijak. Misalnya pada saat anak-anak memahami materi yang belum mampu dicernanya,” ujar Arifa. (ns)