Mengais Rezeki di Musim PMB
Mereka meraup untung dari hasil penjualan buku prediksi soal dan jasa bimbingan test. Rata-rata per paket ditawarkan Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu. Untuk menggaet mahasiswa baru, mereka menjemput bola, langsung menjajakan buku di sekitar Gedung Akademik Lt.1. Demi meraup untung besar, tak jarang mereka saling berebut calon peserta. Tapi, itu hanya dinamika kecil dari hiruk pikuk Bimtes tahun ini.
Ketua Panitia Bimtes Gema Pembebasan Hizbut Tahrir Indonesia, Zainal Abidin mengatakan, selain mengais rezeki dari Bimtes, pihaknya juga ingin membantu para calon mahasiswa agar mampu mengerjakan soal-soal ujian, baik lisan maupun tulisan. “Kami membuka ruang konsultasi bagi mereka sehingga dapat lulus masuk kampus tercinta,†ungkap Zainal yang kini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH).
Bimbingan yang akan diberikan meliputi pembahasan soal-soal Agama Islam, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan persiapan wawancara. Buku yang berisi prediksi soal-soal tersebut dijual sebesar Rp 20 ribu, sementara pendaftaran Bimtes sebesar Rp 30 ribu. Hingga Jumat kemarin, Zainal mengaku telah mendapat peserta sebanyak 15 orang. Zainal sendiri menargetkan, di akhir pendaftaran nanti peserta yang mendaftar sekitar 100 orang.
Untuk Penjualan buku prediski soal-soal sendiri, Zainal mengaku dalam sehari dapat menjual sekitar 15-20 eksemplar. Zainal merasa bangga dengan penjualannya itu, karena sudah mendapatkan uang saku yang cukup untuk jajan sehari-hari. Bukan hanya Zainal yang menjajakan buku, teman-temannya pun melakukan hal yang sama.
Suasana PMB tahun ini berbeda dengan tahun 2007 lalu. “Dulu kami diperbolehkan membuka stand di sekitar Gedung Akademik, tapi tahun ini pihak keamanan melarangnya demi ketertiban pelaksanaan PMB,†tuturnya.
Meski demikian, pihak keamanan kampus memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjajakan buku dan Bimtes di depan pintu masuk Gedung Akademik, dengan catatan tidak melakukan hal yang melanggar tata tertib seperti menjual dengan paksa, merepotkan calon mahasiswa, atau menghalanginya ketika ingin mendaftar.
Tak berbeda dengan Zainal, Fajri Miftah Fauji yang tergabung dalam Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) juga mengakui hal yang sama. Tahun ini KPMDB selain membuka kesempatan Bimtes bagi mahasiswa dari Brebes juga bagi mahasiswa dari daerah lainnya. KPMDB menyediakan tempat untuk Bimtes sangat dekat dengan kampus ini, agar tidak merepotkan, yaitu di daerah Asrama Putri UIN Jakarta. [Nif/Ed]