Imam Besar Kroasia, Aziz E. Hasanovic: Dunia Harus Belajar Islam dari Indonesia
Ruang Diorama, Berita UIN Online - Imam Besar Kroasia Syaikh Dr. Aziz E. Hasanovic sampaikan kuliah umum bertajuk "Peran Islam dalam Membangun Perdamaian di Eropa" di Ruang Diorama, Lantai Dasar Gedung A. Auditorium Harun Nasution, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Syaikh Dr. Aziz E. Hasanovic tersebut mengungkapkan kebahagiaan yang mendalam karena diterima dengan baik dan disambut dengan hangat selama kunjungan di Indonesia, terutama dapat berjumpa dengan mahasiswa, profesor dan civitas akademika UIN Jakarta.
Imam Besar mengawali kuliah umum ini dengan menekankan pentingnya menuntut ilmu bagi semua orang. Ia menyitir Surah Al-Alaq sebagai landasan teologis yang menyebutkan bahwa pursuit of knowledge adalah bagian dari doktrin agama. “Pendidikan yang kalian lakukan di sini (UIN Jakarta) akan mengubah kalian dari tholabul ilmi menjadi ashabul ilmi,” tuturnya.
Imam mendorong dan menyemangati civitas akademika UIN Jakarta untuk tetap konsisten menempuh jalan-jalan pengetahuan. “Jalan pengetahuan (akademis) itu adalah jalan keislaman, sementara jalan keislaman adalah jalan menuju ridhonya Allah,” tuturnya.
Imam Besar Kroasia itu juga mengingatkan pentingnya meneladani akhlak Nabi Muhammad. Sebagaimana firman Allah, Syaikh meneruskan, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”, dan juga ditegaskan oleh pernyataan Istri Nabi, Aisyah bahwa “Akhlaknya Nabi adalah Al-Qur’an.”
Selain itu, Syaikh juga bercerita di banyak negara Eropa Islam belum diakui sebagai agama resmi. Menurutnya hal ini merupakan problem serius karena dapat membatasi ruang gerak umat Islam. “Tidak diakuinya Islam sebagai agama resmi membuat banyak kaum muslimin tidak mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara,” ucapnya.
“Mereka tidak difasilitasi oleh negara untuk membangun tempat ibadah, sekolah dan bahkan perguruan tinggi.” Itulah mengapa, tutur Syaikh, upaya untuk memperjuangan Islam sebagai agama resmi harus terus dilakukan.
Adanya lembaga pendidikan Islam, menurutnya, akan memberikan akses transformasi pengetahuan tentang bagaimana Islam yang sebenarnya. “Islam adalah agama yang mulia, sesuai dengan kemanusiaan, yang menjunjung tinggi perdamaian dunia,” jelasnya. Ia menolak keras citra negatif yang mengatasnamakan Islam.
Imam Besar Kroasia itu menilai adanya citra buruk terhadap Islam berasal dari pemahaman yang tidak tepat di kalangan internal umat Islam. “Cara memahami Islam yang keliru akan menghasilkan penerapan yang keliru tentang Islam sehingga menimbulkan phobia (ketakutan) terhadap Islam itu sendiri,” ungkapnya.
“Lantas bagaimana menyelesaikan problem ini,” tanya Syaikh. Menurutnya solusi dari phobia terhadap Islam dapat diatasi dengan tiga hal. Melalui pendidikan dan pengajaran, tsaqofah Islamiyah, serta akhlak yang mulia.
Akhlak yang baik, terang Syaikh, adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan keimanan dan Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akhlak yang baik. Dalam teks-teks keislaman, ia melanjutkan, dapat ditemukan dengan mudah bahwa iman selalu berbanding lurus dengan akhlak. “Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya,” tutur Syaikh.
Sebagai penutup, Syaikh mengatakan Islam harus menjadi pelopor komunikasi lintas agama. “Indonesia adalah negara yang telah berhasil melakukan percakapan antar iman dan cara beragama semacam inilah yang seharusnya diterapkan di seluruh dunia, Eropa khususnya Kroasia,” tutup Syaikh.
(Aji Pangestu/Fauziah M./Syarifah Nur K./Foto: M. Fahri Afrizal, Hermanudin)