Hadiri Wisuda ke-131, Dua Alumnus Beri Testimoni Inspiratif bagi Lulusan Baru UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berita UIN Online — Dua alumnus, Irpan Hilmi dan Ahmad Shonhaji, turut hadir mewakili alumni pada wisuda sarjana ke-131 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 dan 25 Februari 2024. Keduanya hadir untuk memberikan testimoni inspiratif, pengalaman mereka dalam meniti karir, sekaligus memberikan motivasi bagi para sarjana baru S1, S2, dan S3 UIN Jakarta. Irpan Hilmi, M.Pd., G.Coach. merupakan lulusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta angkatan tahun 2004 yang aktif berkecimpung di dunia pendidikan dan pengembangan bakat minat anak. Beliau adalah Founder dan Coach di lembaga Pride Home Schooling (PHS). Adapun Ahmad Shonhaji, S.Ag., M.M. adalah lulusan Fakultas Dakwah dan ilmu Komunikasi (FDIK) UIN Jakarta angkatan tahun 1991. Beliau aktif sebagai pegiat dakwah dan filantropis yang handal, di samping kecintaannya menekuni bidang seni dan budaya. Beliau telah malang melintang di jajaran manajemen dan dewan direksi Dompet Dhuafa. Kini beliau menjabat Direktur Layanan Sosial, Dakwah, dan Budaya Dompet Dhuafa.
Dalam sambutan hari pertama yang dihadiri 744 wisudawan/wati, Hilmi selain mengungkapkan rasa senangnya karena sudah diundang, namun sempat heran juga karena merasa bukan sebagai alumni yang pintar dengan indeks prestasi cumlaude. Bahkan pernah ditinggal oleh mitra bisnis, dipecat dari lembaga yang dirintis dan dikembangkannya serta ditolak ketika melamar sebagai dosen, kenangnya. Namun demikian seiring perjalanan waktu, justru sebagai founder lembaga Pride Home Schooling yang dirintis dan dikembangkan sejak tahun 2017, kini sudah memiliki 10 cabang di berbagai kota dan tahun 2035 menargetkan capaian 100 cabang. Selain itu, bersama alumni fresh graduate UIN Jakarta ada 3 perusahaan lagi yang telah dirintis, salah satunya adalah PT Kreasi Indo Sejahtera yang telah 4 tahun berjalan dengan omset perusahaan yang cenderung bergerak naik setiap tahunnya, ujarnya.
Beliau juga berbagi cerita dibalik berdirinya lembaga Pride Home Schooling, yakni berawal dari cita-cita ingin menjadi pemain sepak bola, tapi tidak ada upaya serius dari lembaga pendidikan yang bisa mengembangkan bakat-minat dan cita-citanya sejak SD, SMP, hingga SMA. Akhirnya ketika lulus tidak jadi apa-apa dan keinginan untuk menjadi tim nasional usia 17 tahun pupus sudah, hanya karena tidak ada sarana yang mendukung. Pada usia 17 tahun itu pula dan setelah lulus SMA, kemudian berganti cita-cita ingin membangun dan membuka layanan yang fokus kepada pengembangan bakat dan minat anak. Inilah yang mendorongnya memasuki S1 Manajemen Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta dan berlanjut ke jenjang S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di UHAMKA Jakarta. Sepuluh tahun kemudian cita-cita tersebut baru tercapai tepatnya di tahun 2017, berdirilah lembaga bernama Pride Home Schooling di bawah Yayasan Khazanah Iman Ilmu dan Amal, yang dihibah dan wakafkan untuk kemajuan tiap potensi dan bakat anak. Alhamdulillah, sekarang sudah ada 10 cabang dan target tahun depan dapat mencapai 10 ribu siswa dengan berbagai latar belakang minat dan bakatnya.
Pelajaran atau hikmah yang bisa dipetik untuk bekal hidup di tengah masyarakat, wisudawan/wati mungkin boleh bangga hari ini dapat meraih nilai bagus, terpuji atau cumlaude dengan berbekal selembar ijazah. Tapi perjuangan sesungguhnya baru akan dimulai. Teman-teman mulai besok, pertanyakan kepada diri masing-masing apakah sudah siap kembali ke masyarakat? jika sudah siap, apakah kegiatan produktif yang akan dilakukan esok di jam yang sama? Kemudian 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun yang akan datang, tujuan besar atau big goal apa yg ingn dicapai? jika besok saja masih bingung ingin melakukan apa, Kemudian 5 tahun, 10 tahun,15 tahun yang akan datang belum tahu goal apa yang akan dicapai jangan salahkan kampus dan siapapun, jika tujuan itu tidak akan pernah tercapai. Dua pesan bagi wisudawan/wati untuk berkarir dan ber- masyarakat. Pertama, wisudawan/wati harus fokus pada satu bidang (rintis, kembangkan, besarkan). Kedua, harus terus berupaya untuk terus bertumbuh dan berkembang (imbangi bekal ijazah dengan kemampuan dan pengembangan personal secara mandiri), demikan pungkasnya.
Dalam pada itu, di hari kedua acara wisuda yang dihadiri 716 wisudawan/wati, Shonhaji mengawali sambutannya dengan bernostalgia 33 tahun yang lalu, di mana ketika 1991 silam mulai menapakkan kakinya di kampus kebanggaan intelektual dan cendekiawan, saat itu masih IAIN namanya, sebagai mahasiswa Fakultas Dakwah angkatan kedua. Seingatnya di kalangan mahasiswa Fakultas Dakwah saat itu ada satu pertanyaan besar yang ditujukan kepada dosen atau pimpinan fakultas, yakni di manakah laboratorium dakwah yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat? Jawabannya sedang disiapkan. Namun seiring tahun berlalu dan waktu berjalan, tempat itu tidak kami dapatkan secara fisik. Rupanya yang perlu disiapkan adalah value dan misi, yakni persiapkan intelektual bagi para mahasiswa saat itu. Ternyata kampus UIN Jakarta di kemudian hari terbukti menjadi penebar bibit-bibit intelektual dan bibit-bibit da’i yang dapat menjawab problematika keumatan.
Saat ini sejak tahun 2000, saya mengabdi di lembaga filantropi Dompet Dhuafa yang juga merupakan mitra Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta, mitra strategis Dompet Dhuafa dalam mengimplementasikan misi kemanusiaannya. Dakwah dalam konteks kekinian adalah dakwah yang dapat memecahkan problematika keumatan, dakwah dengan pendekatan transformatif. Dakwah yang bukan lagi hanya sekedar pendekatan mimbar, tapi dakwah yang masuk kepada persoalan strategis di masyarakat. Ilmu dan agama menjadi satu paket dalam mengemban misi kemanusiaan dengan dasar nilai-nilai agama. Pendidikan yang didapat di UIN Jakarta adalah pendidikan yang implementatif dan pragmatis yang bisa dipergunakan sebagai modal dalam pengembangan masyarakat. Karena itu kepada para wisudawan/wati yang hari ini akan melepas status kemahasiswaannya, maka tantangan ke depannya adalah bagaimana menjunjung tinggi nama baik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengimplementasikan kepada masyarakat ilmu yang sudah didapat dengan membawa nilai-nilai agama, ungkapnya bersemangat.
Saat ini saya bersama kawan-kawan berupaya menciptakan laboratorium dakwah dengan cara menggerakkan para da’i, menebarkan dan menduniakan dakwah di lima benua (Asia, Afrika, Eropa, Amerika, Australia). Kita sebarkan para da’i yang mumpuni untuk menyebarkan agama tentu dengan dasar dan basis ilmu pengetahuan yang kuat. Tantangan saat ini adalah bagaimana mahasiswa dan alumni mampu menjawab problematika keumatan. Tantangan dakwah kita masih jauh dan masih panjang. Masyarakat di pedalaman juga masih membutuhkan sentuhan intelektual dan cendekiawan muslim yang mau peduli dengan misi dan nilai kemanusiaan, termasuk juga antara lain di rumah sakit, di lembaga pemasyarakatan, dan di semua medan adalah medan perjuangan para alumni untuk menunjukan peran dan dedikasi terbaiknya sebagai mahasiswa dan lulusan kampus terbaik di Indonesia dan mudah-mudahan terbaik juga di dunia. Harapan kita semua kepada para wisudawan/wati adalah akan muncul generasi penerus dan mengajak kembali berkolaborasi. Ayo kita tunjukkan kepada dunia, bahwa alumni UIN Jakarta dapat menembus dunia untuk menjawab problematrika keumatan dengan nilai dasar ilmu pengetahuan dan nilai dasar agama sebagai tanggung jawab moral kita untuk menindaklanjuti misi perjuangan dan jejak dakwah Rasulullah SAW. Terima kasih kepada kampus yang telah memberi kesempatan memberikan testimoni inspiratif, Langkah mash panjang, berjuang terus, semangat tak boleh surut, tantangan di depan mata, terus maju dan berkembanglah serta jangan lupa tanamkan nilai-nilai sisi kemanusiaan sebagai kekuatan untuk berkiprah di tengah masyarakat, imbuhnya dengan penuh optimis. (Agus Salim / Muhammad Furqon / Zaenal Mutaqin / Noeni Indah Sulistiyani)