#CeritaMahasiswa UIN Jakarta di Mata Dunia: Kampus Islam yang Jadi Pelabuhan Mimpi Mahjoba dan Fatou

#CeritaMahasiswa UIN Jakarta di Mata Dunia: Kampus Islam yang Jadi Pelabuhan Mimpi Mahjoba dan Fatou

Berita UIN Online - Memilih untuk menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Indonesia terbaik, dua mahasiswa internasional datang dengan memiliki berbagai cerita, tantangan, dan culture shock. Di antara benturan budaya dan keindahan perbedaan budaya, tumbuh kisah-kisah yang tak hanya menjadi pembelajaran, tetapi juga layak untuk dibaca sebagai pengalaman.

Mahasiswa internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang berasal dari Gambia, Afrika Barat, Fatou Sanneh memulai pendidikannya di UIN Jakarta pada tahun 2023 dengan menjadi mahasantri dari Mabna Syarifah Fatimah Ma’had Al-Jami’ah UIN Jakarta. Ia mengatakan bahwa, asrama memberikannya pelatihan kedisiplinan, rasa kekeluargaan dan kenyamanan.

Memulai pendidikan di Indonesia membuat Fatou merasakan perbedaan Gambia dan Indonesia, ia mengatakan bahwa budaya Indonesia memiliki seni budaya pertunjukkan dan budaya tertulis yang bermacam-macam, sementara Gambia menunjukkan kebudayaan yang bergantung pada tradisi mendongeng dan sejarah lisan.

Indonesia memiliki budaya seni pertunjukkan seperti wayang kulit, gamelan, tari dan upacara adat, selain itu Indonesia juga memiliki budaya tulisan seperti, aksara daerah, naskah kuno, syair, pantun, dan lainnya. Sementara Gambia memiliki budaya dengan penceritaan khusus kepada anak-anak dan warga desa dengan ekspresif, kisah leluhur, pahlawan dan pelajaran hidup diceritakan oleh orang tua atau tokoh masyarakat.

Nasi goreng, makanan khas Indonesia yang hampir menjadi favorit seluruh masyarakat Indonesia menarik perhatian Fatou, khasnya Gambia, Nasi Goreng memiliki rasa yang gurih, namun di Indonesia nasi goreng cenderung memiliki rasa manis dan pedas yang memberikan perasaan berbeda terhadap Fatou.

Fatou menjelaskan, keuntungan terbaiknya saat menempuh pendidikan di Indonesia yaitu, kemampuan adaptasi, mempelajari Bahasa Indonesia dan menyesuaikan diri dalam budaya yang begitu berbeda. “UIN Jakarta gave me the intellectual tools and confidence to use my voice on a global level,” ungkapnya.

Berbeda dengan Fatou Sanneh, mahasiswa internasional Fakultas Sains dan Teknologi yang berasal dari Afghanistan dengan nama lengkap Mahjoba Hasina Wardak merasakan perbedaan budaya dari segi gender dan cara belajar di perkuliahan. Ia mengungkapkan bahwa Afghanistan merupakan negara menganut hukum syariah yang ketat, interaksi antar gender hanya sebatas interaksi formal dalam pekerjaan atau lainnya, sedangkan Indonesia memiliki aturan yang lebih ringan dalam kebebasan berpendapat. 

“Meanwhile, here in Indonesia, I’ve noticed that there is more freedom, particularly in speech, education, and social interactions,”  jelasnya.

Menyoroti sistem perkuliahan di Indonesia, Mahjoba mengaku bahwa saat berada di Indonesia salah satu hal paling unik yang pernah dimiliki ialah, perbedaan kepribadian dan metode mengajar dosen. “In Indonesia, students are expected to be more independent in their studies. Most of the materials and coursework must be done individually, and not all subjects rely on written exams some use projects or other assessments instead,” jelasnya.

Berbeda dengan Afghanistan yang dominan menggunakan sistem kepenulisan dalam pembelajarannya terlebih saat ujian, ia mengatakan bahwa metode mengajar yang sebelumnya ia dapatkan lebih tradisional dengan metode menulis dan menghafal. “Lecturers explain the material, and students focus on memorizing it for the exam. If you memorize everything, you’re usually safe,” jelasnya.

Mahjoba memberikan penjelasan bahwa UIN Jakarta telah memberikannya wadah dan dukungan untuk meningkatkan wawasan serta keahlian dalam bidang teknik informatika, peluang besar juga ia temukan karena UIN Jakarta memiliki cakupan dan bidang yang luas sebagai wadah mengembangkan kepeminatan, keahlian, dan bakat. 

Ia menambahkan bahwa, UIN Jakarta sangat membantu mahasiswa untuk berkembang, tidak hanya pada bidang akademik namun, dalam membangun karakter dan menemukan keahlian mahasiswa. UIN Jakarta memberikan berbagai macam kesempatan untuk mahasiswa dalam mengikuti berbagai kegiatan seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), seminar, dan perlombaan yang dapat memberikan kepercayaan diri.

Moreover, being able to apply what I’ve learned here is very valuable. Hopefully, if I get the opportunity, I can bring this knowledge back to my country or at least contribute to the improvement of the IT field there,” jelasnya.

UIN Jakarta membuktikan sebagai PTKIN mampu memberikan wadah pengembangan skill yang tidak hanya berada dalam lingkup akademik, namun dalam bidang berkarya, berinteraksi dan pengembangan soft skill lainnya.

(Meisa Aqilah N.H./ Fauziah M./Zaenal M./Muhamad Arifin Ilham)